AyraNFarzana91Avatar border
TS
AyraNFarzana91
Kurelakan Suamiku Untukmu part 3
Aku menarik koper keluar kamar, melemparnya ke arah Randi yang sedang duduk di kursi.

“Apa-apaan ini Rei!” teriaknya.

“Apa?! Apa kamu bilang!” jawabku, aku mendorong tubuh pria yang sudah mengisi hari-hariku beberapa tahun ini. “Pergi kamu dari sini, Mas! Aku sudah tidak sudi melihat wajahmu lagi!”

“Apa kamu bilang?!” ucapnya marah. Dia mendekat, menarik rambutku yang tergerai.

“Kamu pikir bisa hidup tanpa aku! Kamu itu cuma seorang istri dalam sangkar emas, yang tidak tahu dunia luar, mana mungkin kamu bisa bertahan tanpa seorang suami!” Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku.

“Lepaskan! Bila menyakitiku bisa membuatmu bahagia, maka lakukanlah itu, tanpamu aku pasti bisa! Ceraikan saja aku!” Aku berusaha melepaskan tangannya dari rambutku. Dia menghempaskan lalu mendorongku, hingga aku terjerembap ke lantai.

“Kau mau berpisah denganku?” Dia berdiri membelakangiku. Mas Randi berubah, tidak lagi seperti suami yang aku kenal, suami yang penuh dengan kasih sayang.

“Ceraikan saja aku, Mas! Kau hadirkan dia dalam rumah tangga kita, yang ada hanya akan menyisakan luka. Nikahilah wanita itu, Mas! Dari pada kau berzina dan berbuat dosa. Kalau kamu tidak dapat bicara sama kedua orang tuamu.” Aku berbicara sedikit pelan terhadap ayah dari kedua putriku. “Aku yang akan berbicara dengan mereka agar melamarkan wanita itu untukmu.”

“Tidak perlu! Baiklah Reina Atmaja aku jatuhkan talak satu padamu.” Pria itu menarik koper, pergi meninggalkan rumah pemberian orang tuaku. Mungkin ini memang jalan takdirku, jodoh kami hanya sampai di sini.

Seketika badanku luruh ke lantai. Aku menangis, meratapi dirinya yang telah menyakitiku. Rumah tangga yang kami jalani selama lima tahun, harus berakhir.

***AyraFarzana***

“Aku benci kamu, Mas! Aku benci kamu!” Aku berteriak, melempar segala benda yang ada di hadapanku.

“Reina, kamu kenapa?” Mila kaget melihat keadaanku, membawa kedua anakku masuk ke dalam kamar, lalu kembali menghampiriku.

“Ada apa? Apa yang terjadi?” tanyanya.

“Aku mengusir Mas Randi dari rumah, dia telah menjatuhkan Talak satu terhadapku.” Mila membantuku berdiri, memapah untuk duduk di kursi.

“Apa dia benar berselingkuh?” tanyanya, Mila memandangku. Aku mengangguk mengiyakan.

“Nama wanita itu Raya, manajer di tempatnya bekerja. Dia tampak masih muda, cantik, dan seksi. Dia bilang bosan terhadap penampilanku yang hanya memakai daster, dan tak pernah dandan,” ucapku terisak.

“Dasar kurang ajar si Randi.” ucap Mila kesal.

“Memang lebih baik tinggalkan saja pria macam itu, pria yang tak pernah mau tahu, betapa repotnya seorang istri saat di rumah. Menjadi seorang ibu rumah tangga itu bukan berarti tak bekerja. Justru ibu rumah tangga tak pernah selesai tugasnya dari pagi, siang, dan malam. Bersabarlah Reina.” Mila menghapus air mataku dengan selembar tisu.

“Sebelum dia pergi, dia bilang kalau aku tak akan mampu bisa bertahan hidup tanpa seorang suami,” ucapku terisak, Mila membelai punggungku.

“Buktikan padanya, kalau kamu bisa hidup tanpa dirinya, aku pasti akan membantumu, Rei!” Mila menggenggam erat kedua tanganku. “Aku pernah berada di posisimu, tetapi sekarang, kamu bisa lihat sendiri bagaimana aku! Hanya duduk manis di rumah, uang masuk ke dalam rekeningku.” Mila memang pernah berada di posisiku. Dia memiliki seorang putra, tapi mantan suaminya yang mendapat hak asuhnya. Sekarang, Mila menjadi pengusaha sukses, dia mempunyai beberapa cabang cafe di kota ini. Ada tim pengelola tersendiri, dia hanya mengunjunginya sesekali untuk mengecek saja.

“Semangat Reina, kamu pasti bisa!” Aku mengangguk mengiyakan.

“Ayo, anak-anak membutuhkanmu.” Mila menggandengku, kami berjalan menuju kamar, menemui si kembar. Mereka tampak sedang bermain di atas tempat tidur. Aku berhambur memeluk mereka berdua.

“Unda, kenapa anis?(Bunda, kenapa nangis?)” tanya Nela.

“Bunda, nggak apa-apa, Sayang.” Aku melepaskan pelukan. Tak disangka Neli menghapus air mataku dengan tangan mungilnya. “Ayo kita makan, kalian pasti belum makan kan?” ajakku, mencoba tersenyum di hadapan Nela dan Neli, seperih apa pun rasa di hati, aku harus tetap tegar di hadapan mereka. Mila tersenyum melihat kebersamaan kami.

“Nggak unggu ayah uyu ya, Unda?(Nggak menunggu ayah duli ya, Bunda?)” Neli bertanya dengan wajah polosnya.

“Ayah, keluar kota, Sayang. Jadi pulangnya lama,” jawabku asal. “Mil, yuk makan bareng! Aku tadi masak banyak lho! Sayang kalau enggak dimakan,” ajakku menggandeng Mila menuju meja makan untuk makan bersama.
Melihat keceriaan putri kembarku, sejenak aku melupakan masalahku dengan Mas Randi.

“Reina, kok enggak makan sih!” ucapan Mila membuyarkan lamunanku. “Sudah jangan pikirkan Randi lagi, enggak pantas pria seperti itu untuk dipikirkan! Pikirkan saja masa depan kedua anakmu. Aku hanya mengangguk menanggapi ucapannya.

Selesai makan dan membantuku membereskan piring kotor Mila pamit pulang.

Anak-anak sudah tidur, mungkin mereka kelelahan setelah seharian main di rumah Mila. Tinggal aku sendiri berteman sepi.
Memori masa lalu, saat bersama Mas Randi berputar di kepalaku. Mungkin kebahagiaan bersama Mas Randi hanya seperti mimpi, tapi biarlah mimpi itu terus menemani di setiap tidurku.

***Bersambung***
Diubah oleh AyraNFarzana91 26-06-2020 06:00
darmawati040
jiyanq
anton2019827
anton2019827 dan 9 lainnya memberi reputasi
8
6.1K
64
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.