• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Ini Penjelasannya Mengapa Tidak Ada Negara yang Membuang Sampah di Segitiga Bermuda

dompetjadipeciAvatar border
TS
dompetjadipeci
Ini Penjelasannya Mengapa Tidak Ada Negara yang Membuang Sampah di Segitiga Bermuda


Pasti kita semua pernah berpikir bahwa Segitiga Bermuda menyimpan banyak misteri yang belum terungkap hingga sekarang. Banyaknya kapal dan pesawat yang tenggelam di sana bahkan belum ditemukan hingga sekarang.

Banyak isu yang beredar hal ini bukanlah misteri tetapi fenomena alam berupa adanya medan magnet yang menyebabkan navigasi penerbangan ataupun akuatik menjadi terganggu. Total ada 20 pesawat serta 50 kapal yang hilang tak berbekas di sana.

Sontak hal tersebut membuat kita bertanya-tanya, kalau memang Segitiga bermuda mampu melenyapkan objek hingga tak berbekas, mengapa kita tidak mengirimkan sampah kesana saja agar mengurangi penumpukan sampah dibumi ini yang tiap tahunnya mencapai 2,01 triliun ton sampah.

Penasaran mengapa konsep tersebut tidak dilakukan oleh satupun negara, yuk check thread berikut!




Pada dasarnya pemikiran atas Segitiga bermuda merupakan suatu tempat paling berbahaya di bumi karena mampu melenyapkan kapal dan pesawat adalah hal yang keliru. Mengapa? Karena dari berbagai lautan yang ada di dunia, segitiga bermuda bahkan tidak masuk 10 besar sebagai lautan berbahaya di dunia.

Hingga sekarang bahkan kondisi di segitiga bermuda sudah seperti perairan-perairan pada umumnya yaitu dilintasi banyak kapal dan pesawat. Pendapat bahwa adanya medan magnet yang kuat disana perlahan-lahan tidak terdengar lagi.

Segitiga bermuda menjadi terkenal karena boombastisnya pemberitaan dari suatu Media Amerika Serikat demi meraup keuntungan sebesar-besarnya dahulu kala.



WWF (World Wildlife Fund) Bahkan telah melakukan studi komprehensif di sana untuk menyimpulkan benarkah Segitiga Bermuda sangat berbahaya dan menyeramkan. Ternyata Segitiga Bermuda sungguh tidak berbahaya bahkan urutan 10 besar pun tidak masuk. WWF justru menyatakan Laut Cina Selatan yang berdekatan dengan Indonesia jauh lebih mengerikan dibanding Segitiga Bermuda.

Alasan mengenai adanya medan magnet yang kuat disana rupanya perlahan-lahan ditepis lewat berbagai macam studi lebih lanjut di sana. Kesimpulan dari studi menyimpulkan bahwa seringnya dilewati Badai dan Puting Beliung menyebabkan Segitiga Bermuda Berpotensi melenyapkan kapal dan pesawat ditambah kedalaman laut yang cukup dalam.



Sama saja dengan badai & puting beliung yang terjadi di laut dunia dengan rata-rata kedalaman mencapai 3700 meter. Mampu melenyapkan Malaysia Airlines MH-370 yang tidak ditemukan sampai sekarang.

Walaupun studi sudah banyak dilakukan, Ilmuan sampai sekarang belum bisa menetapkan bahwa hilangnya kapal dan pesawat di Segitiga Bermuda dikarenakan “Human Error” atau Fenomena Alam namun tidak ada yang menyimpulkan ke arah Anomali.

Tapi seiring berjalannya waktu dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Jalur-jalur badai dengan mudahnya diprediksi lewat instrumentasi kelautan serta satelit yang mengirimkan status secara realtime. Sehingga Segitiga Bermuda kini tidak ada bedanya dengan lautan biasa dimana kapal dan pesawat melintas dengan aman.



Traffic kapal peti kemas di Segitiga bermuda bahkan sudah masuk kategori “Heavy Traffic” atau sudah padat dilalui kapal-kapal. Karena pada dasarnya memang tidak ada hal yang misterius dari lautan tersebut. Melainkan hanya pemberitaan pada masa lampau yang begitu bombastis membuat Segitiga Bermuda seolah-olah sangat berbahaya.

Jadi kembali ke Topik, apakah membuang sampah di Segitiga Bermuda akan mengurangi penumpukan sampah. Jawabannya TIDAK, sebab Lautan ini hanya seperti lautan biasa, tidak ada anomali yang terjadi melainkan hanya ketidakmampuan teknologi masa lampau untuk memprediksi secara akurat bagian-bagian mana dari lautan Segitiga Bermuda yang sedang dilalui Badai dan Puting Beliung.



Membuang sampah di Segitiga Bermuda hanya memperparah kondisi ekosistem laut, dan lebih buruknya bisa membuat Pulau Sampah yang mengambang diatas lautan seperti “Pacific Great Garbage Patch” yang ada di Samudera Pasifik. Pulau Sampah tersebut sangat mencemari lautan karena secara aktif menyebarluaskan partikel-partikel mikroplastik ke berbagai daerah lautan.



Pacific Great Garbage Patch


Berdasarkan studi dari National Geographic. Total sampah di lautan sudah mencapai 5,25 Triliun ton. Belum lagi ditambah mikroplastik yang telah tenggelam mencapai 4 milyar ton tersebar di setiap 1 km persegi laut dalam. Plastik ini pada akhirnya akan masuk ke dalam tubuh organisme laut. Membuat ikan-ikan yang kita konsumsi bisa saja tercemar mikroplastik.




Oalah ternyata itu toh penjelasannya mengapa tidak ada konsep untuk membuang sampah ke Segitiga Bermuda. Bila dipikir-pikir memang benar sih tidak ada yang misterius dari lautan tersebut. Hanya pemberitaan masa lampau saja yang membuat lautan tersebut seolah-olah mengerikan.

Pada akhirnya karena rasa penasaran manusia, penelitian demi penelitian dilakukan hingga akhirnya terungkap bahwa tidak ada yang misterius dari lautan tersebut. Sehingga menepiskan anggapan bahwa “Apa mungkin kita membuang sampah di Segitiga Bermuda saja karena Pesawat dan kapal saja bisa lenyap”.

Dibandingkan dengan kasus tenggelamnya kapal di Laut China Selatan yang mencapai 234 kapal lenyap dalam 1 dekade ini. Segitiga Bermuda sungguh tidak ada apa-apanya.


Sumber : [url=https://S E N S O R@karyuwibarton/why-dont-we-just-throw-our-trash-to-the-bermuda-triangle-5e7d14742eb]Disini[/url],[url=https://S E N S O R@karyuwibarton/why-dont-we-just-throw-our-trash-to-the-bermuda-triangle-5e7d14742eb]Disini[/url] dan Disini







Diubah oleh dompetjadipeci 19-06-2020 08:54
alifrian.
ekoontorjo
rotten7070
rotten7070 dan 66 lainnya memberi reputasi
65
16.9K
387
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.