Malam semakin larut, tak terasa sudah jam dua dini hari. Anakku menangis minta susu. Si Putri berumur satu tahun lima bulan masih sering minta susu. Aku langsung terjaga tidak membiarkan dia menangis terlalu lama.

"Sebentar ya sayang, Mama buat dulu susunya," Aku ke dapur membuat susu putriku. Hatiku tidak tenang. Seolah-olah ada mata mengintai dari jendela. Aku sering merasakan itu, membuat tubuhku kadang sering merinding. Kali ini juga suasananya sepi mencekam. Di luar hujan gerimis sayup-sayup terdengar. Suamiku masih tidur nyenyak, dia tidak tahu aku keluar dari kamar. Putriku kembali tertidur tidak terdengar lagi tangisnya.



Sambil mengocok susu, aku mengembalikan wadah susu ke lemari. Tiba-tiba ada seseorang yang menabrakku, tapi tidak kelihatan, rasanya sangat sakit sekujur tubuhku. Badanku lemas dan terjatuh, masih untung di belakangku ada sofa. Aku terduduk lemas dan jantungku seperti berlomba lari. Dug ... dug ... dug. Cepat banget bunyinya. Setelah beberapa lama, kira-kira sepuluh menit. Tak henti-hentinya mulutku komat-kamit mengucapkan doa agar mahluk halus yang menggangguku segera pergi. Aku mengumpulkan tenaga lagi setelah beberapa lama duduk di sofa, buru-buru aku berlari ke kamar.

Setelah memberikan susu kepada Putri. Aku membangunkan sang suami.
"Pa, bangun!" Kugoncang-goncangkan tubuhnya.
"Ada apa."
"Mama lemas. Tadi waktu buat susu Putri ada yang menggangguku." Aku menceritakan kejadian yang baru terjadi.
"Mungkin pikiran Mama lagi kosong," ujarnya lagi.

"Yuk berdoa lagi biar rohnya pergi dari rumah kita," Sang Paksu mengajakku berdoa lagi padahal mau tidur kami sudah berdoa. Tapi karena melihatku ketakutan, Sang Paksu mengajakku berdoa lagi biar roh halus segera pergi. Sepertinya dia betah di ruang tengah rumah kami.

Konon katanya perumahan tempat kami mengontrak dulu tempat pemakaman. Dan sebelum kami mengontak di sini, ceritanya yang mengontrak rumah ini dulu sering diganggu, katanya yang pintunya tutup sendiri, anaknya sering menangis tengah malam. Makanya mereka hanya mengontrak selama tiga bulan padahal mereka sudah bayar untuk setahun. Jadi mungkin penghuninya tidak terima kami di rumah itu.

Tapi kami tidak takut, tetap bersyukur dan sering menyalakan lagu rohani. Dan mengadakan kebaktian di rumah. Hanya sekali itu saja sebenarnya roh halus itu menggangguku.

Dan karena perumahan itu sekarang sudah ramai, penunggunya juga lama- lama pergi.