si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Romansa Cinta SBY-Ani, Ketika Putra Danramil Mempersunting Putri Jenderal TNI
Setelah kita belajar banyak soal sejarah kelam, propaganda politik, sampai pemberontakan. Mari kita rileksasikan otot syaraf kita, dengan mempelajari kisah romansa pemimpin bangsa. Kali ini ane akan membahas sikap kesetiaan dari seorang RI 1 yang patut kita teladani.


Bersyukur setelah era Soekarno tak ada lagi Presiden yang ikut poligami. Presiden setelah Soekarno kabanyakan setia dengan pasangannya masing-masing, mulai dari Soeharto-Tien, Habibie-Ainun, Gus Dur-Sinta Nuriya, SBY-Ani, sampai Jokowi-Iriana. Megawati juga termasuk salah satu yang setia dengan pasangannya. Karena tidak mungkin wanita bersuami ikut-ikutan punya pasangan lebih dari satu kan ?, nanti bakal kena demo berjilid-jilid.


Seperti judul tulisan ini, kita akan mempelajari kisah cinta Presiden ke 6 Indonesia. Pak SBY dengan Ibu Ani, penasaran dengan kisah cinta mereka ?. Sebelum ke acara inti yaitu lamaran dan pernikahan, mari kita simak dulu cerita hidup keduanya sebelum bertemu.




Sumber



Kehidupan SBY-Ani Sebelum Menikah


Susilo Bambang Yudhoyono adalah anak dari Raden Soekotjo, perwira ABRI dengan pangkat Pembantu Letnan Satu (Peltu). Ketika Soekotjo pensiun ia menjadi sosok terpandang didesanya, Soekotjo dikenal sebagai seorang komandan, tapi hanya sebatas Komandan Rayon Militer (Danramil). Jabatan paling rendah dalam matra Angkatan Darat.


Susilo Bambang Yudhoyono, putra Soekotjo yang akrab dipanggil "Sus". Berhasil masuk Akabri (akademi militer) di Magelang tahun 1970, hal ini membuat sang bapak bangga. Ia senang karena Sus tidak perlu mengalami masa sulit sebagai bintara atau tamtama. Saat lulus dari Akabri, pangkat Sus sudah letnan dua. Jabatan yang diraihnya sudah melampaui jabatan Danramil yang pernah disandang sang bapak.



Saat jadi taruna terbaik

Sumber




Sus sudah memperlihatkan bakat kepemimpinan sejak awal masuk Akabri, sebagai taruna ia sangat berprestasi dan berbakat. Menjelang kelulusannya dari Akabri, pada bulan terkahir ditingkat tiga, Sus terpilih menjadi komandan divisi korps taruna.


Bertatap muka dengan Gubernur Akabri adalah hal biasa bagi para taruna, terutama bagi mereka yang terpilih menjadi komandan dari para taruna. Gubernur Akabri saat itu di Magelang, adalah Mayor Jenderal Sarwo Edhi Wibowo. Gubernur Jenderal disini bisa dibilang adalah jabatan sebagai pembimbing tertinggi didalam Akabri, kalau disekolah posisinya diibaratkan kepala sekolah. Mohon koreksinya kalau salah.


Kisah yang hampir serupa tapi beda datang dari Kristiani Herrawati, yang kelak akan menjadi istri Sus. Ia lebih akrab dipanggil dengan nama Ani, ia juga anak perwira ABRI. Namun ayah Ani memiliki jabatan yang lebih tinggi dan strategis kala itu.


Ani sudah terbiasa dengan kehidupan tentara, ayahnya bernama Sarwo Edhie Wibowo. Seorang perwira dengan pangkat terakhir Letnan
Jenderal Angkatan Darat. Ani sempat merasakan menjadi anak kolong, sebutan khas bagi mereka yang menjadi anak perwira TNI sampai saat ini.




Ani waktu masih muda

Sumber



Sarwo Edhie yang menjadi ayah Ani dulu adalah komandan RPKAD, merupakan akronim dari Resimen Para Komando Angkatan Darat. Resimen ini merupakan pasukan elite TNI AD pada masanya, RPKAD merupakan cikal bakal pasukan baret merah yang kita kenal dengan nama Kopassus.


Di masa Sarwo Edhie menjabat komandan RPKAD, Ani sempat merasakan tinggal di kompleks perumahan tentara di Cijantung (markas Kopassus sekarang), di Jakarta Timur. Periode itu bangsa ini dalam masa penuh ketegangan dan kegelapan setelah meletusnya G30S, Ani masih menjadi anak sekolah waktu itu dan disana ia merasakan pengalaman menjadi anak kolong seorang perwira TNI.


Sebagai anak perwira tinggi TNI, Ani tidak bisa setiap hari melihat sang ayah di rumah. Satu contoh saat Sarwo Edhie ditugaskan di Papua menjabat sebagai Panglima Kodam Cendrawasih, atau saat ditunjuk menjadi Gubernur Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) Magelang. Ani pun harus rela tidak tinggal dengan Ayah dan Ibunya (Sunarti Sri Hadiyah). Ani dan saudarinya harus tetap tinggal di Jakarta, demi meneruskan sekolah.




Cinta Mereka Bersemi Di Lembah Tidar


Suatu hari di awal tahun 1973, akan menjadi salah satu hari yang tak terlupakan dalam hidup Sus. Kota Magelang (Lembah Tidar) yang menjadi kawah Candradimuka bagi Taruna ABRI, mendadak kedatangan seorang mahasiswi berparas cantik jelita yang datang dari Jakarta. Mahasiswi itu datang untuk berlibur sekaligus melepas rindunya, kepada sang ayah Sarwo Edhi Wibowo dan sang ibu Sunarti Sri Hadiyah.


Mahasiswi yang waktu itu masuk tahun ketiga di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI), adalah putri dari Sarwo Edhie yang saat itu menjabat Gubernur Akabri di Magelang. Saat Ani datang ke kompleks Akabri untuk menemui sang ayah, kebetulan waktu itu ada acara persmian gedung Balai Taruna. Gedung itu akan digunakan sebagai sarana kegiatan ekstra kurikuler, bagi para taruna Akabri.


Acara ini pun dipenuhi para taruna calon perwira ABRI, bagi Ani sendiri suasana militer adalah hal yang biasa. Sebagai anak tentara, Ani tahu bagaimana rasanya menjadi anak kolong. Hal unik pun terjadi ketika Ani menyaksikan sang ayah yang hendak menggunting pita, sebagai bentuk simbolis dalam acara peresmian gedung itu.


Tatapan matanya tak pernah lepas dari sosok taruna bertubuh jangkung, yang tampaknya adalah komandan dari kelompok taruna waktu itu. Sang komandan pun terlihat mendekati sang ayah saat peresmian gedung itu, taruna jangkung itu terlihat mondar-mandir di depan Ani dan berhasil mencuri perhatiannya. Sosok yang punya posisi sebagai komandan korps taruna saat itu, memang punya peran penting dan tak bisa jauh-jauh dari sosok gubernur Akabri.




Mahasiswi yang dimaksud.

Sumber



Pertemuan Ani dengan sang taruna jangkung pun berlanjut, waktu itu Sersan Mayor Taruna Susilo Bambang Yudhoyono, bertamu ke rumah Mayor Jenderal Sarwo Edhie Wibowo. Ani tidak pernah menyangka bahwa sang taruna akan datang ke rumahnya.


Ani dibuat terpana oleh sosok jangkung itu lagi, kali ini jarak mereka lebih dekat dari pertemuan sebelumnya.
Kedua mata Ani bisa lebih fokus menganalisis sosok sang taruna, dari hasil analisis itu Ani menarik kesimpulan. Bahwa sang taruna memiliki wajah yang tampan, ditambah seragam yang digunakan, beserta dengan tali komandan tersemat di dadanya, membuatnya terlihat gagah dan berwibawa. Hubungam mereka semakin dekat setelahnya, dan memutuskan untuk berpacaran.


Bulan Desember tahun 1973, Sus lulus bersama rekan seangkatan yang masuk Akabri tahun 1970. Dia kemudian berdinas di Kostrad, sebagai perwira Sus sudah melampaui bapaknya. Dimana Sukotjo sang bapak, hanya menjabat Komandan Koramil di Pacitan.



Kegelisahan Sang Bapak Dari Perwira TNI


Sus menceritakan hubungannya dengan anak jenderal pada bapaknya. Sang bapak dibuat kaget bukan kepalang, dia berpikir bahwa putranya sudah salah pergaulan. Karena berani memacari putri Jenderal TNI, bapaknya sempat berkata seperti ini “Apakah tidak jomplang statusmu dengan anak gubernur yang pangkatnya mayor jenderal ?”


Namun Sus meyakinkan bapaknya, bahwa pilihannya tidak salah. Dia tidak pernah merasa malu atau berkecil hati, karena berpacaran dengan anak jenderal. Dia juga tak pernah canggung bergaul dengan siapa saja, termasuk dengan rekan sesama taruna yang beberapa diantaranya adalah anak jenderal. Sus berusaha keras untuk menyakinkan sang bapak waktu itu.


Hingga Raden Soekotjo pun luluh atas usaha keras sang anak, dia sadar bahwa rasa khawatirnya terlalu berlebihan. Sarwo Edhie sang calon besan, tak pernah mempermasalahkan latar belakang Sus yang hanya anak Danramil. Pandai bergaul dan punya kepribadian baik, yang membuat Sarwo Edhie merestui hubungan Sus dengan Ani, menurut pandangan Soekotjo.




Ujian Berat Menuju Gerbang Pernikahan


Hubungan Ani dan Sus mendapat ujian berat, ketika Ani harus dihadapkan pilihan sulit. Dimana ia harus ikut ayahnya ke Seoul, karena sang ayah diangkat menjadi Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan. Itu artinya Ani dan Sus akan menjalani masa LDR untuk sementara, Sus harus rela ditinggal sang pujaan hati.


Sebelum berangkat ke Seoul, Ani dipanggil oleh ayahnya. Sang ayah mengatakan satu permintaan pada putrinya waktu itu, “Ani, sebaiknya kamu bertunangan dulu dengan Bambang," Ucap sang ayah. Bambang yang dimaksud adalah Sus alias Susilo Bambang Yudhoyono.


Saat itu Sus menjabat Komandan Peleton di Batalyon Infanteri 330, pasukan Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) di Cicalengka. Ani sebenarnya tidak tahu bahwa Sus berdinas di Kostrad waktu itu, ada hal lain lagi yang tidak diketahui Ani. Bahwa sebenarnya orang tua Sus sudah bertemu dengan ayahnya, dan melamarkan Ani untuk Sus.




Saat Tuanagan

Sumber



Sarwo Edhie pun menerima lamaran itu, Sang Jenderal sendiri punya pandangan khusus kepada Sus. Sebagai taruna yang berprestasi, Sus berpeluang menjadi perwira sukses. Bukan tidak mungkin Sus akan jadi jenderal, begitu pandangan calon mertua kala itu.


Bulan Februari tahun 1974, Sus dan Ani lebih dulu bertunangan sebelum berangkat ke Seoul.
Hubungan LDR masih terjadi saat Ani kembali ke Indonesia, giliran Sus yang pergi meninggalkan Ani menuju Amerika Serikat. Waktu itu sang pujaan hati, menempuh pendidikan lanjutan sebagai Airborne dan Ranger. Selama LDR mereka saling berkirim kabar melalui surat.




Menikah Bersama Dua Saudarinya Sekaligus


Momen bahagia Ani dan Sus pun tiba, setelah saling menjalani hubungan LDR. Mereka resmi menikah pada tanggal 30 Juli tahun 1976, saat itu Sarwo Edhie masih menjabat Dubes di Seoul. Karena jabatan itu, Sarwo Edhie pun memutuskan untuk menikahkan ketiga putrinya sekaligus.


Mereka yang berbahagia waktu itu: Erwin Sudjono dengan Wrahasti Cendrawasih (kakak Ani). Susilo Bambang Yudhoyono dan Kristiana Herrawati. Hadi Utomo dengan Mastuti Rahayu (adik Ani). Ketiga mantu Sarwo Edhie, semuanya adalah taruna lulusan Akabri. Erwin angkatan 1975, pangkatnya Letnan Dua. Sus angkatan 1973, berpangkat Letnan Satu. Dan Hadi angkatan 1970, pangkatnya Kapten.


Pesta pernikahan mereka berlangsung di ballroom Hotel Indonesia, acara mereka menjadi tontonan bule yang menginap kala itu. Pesta yang meriah itu seperti sebuah parade militer, karena mempelai prianya sama-sama menjadi anggota TNI.




Sumber


Sarwo Edhie melakukan pernikahan tiga putrinya sekaligus, atas dasar kepraktisan. Sebagai Dubes, Sarwo Edhie tidak punya banyak waktu jika harus menikahkan putrinya setiap tahun. Dia pun merasa sungkan untuk meminta izin, selain itu ia tidak mau menikahkan putrinya yang berusia lebih muda. Tabu untuk melangkahi yang lebih tua, dalam urusan menikah. Dia mengambil jalan tengah, dengan menikahkan tiga putrinya sekaligus.




Sumber


Ketika menikah dengan Sus, Ani paham bagaimana resiko menjadi istri perwira dan dia siap dengan semua itu. Belum sempat merasakan indahnya bulan madu ia kembali ditinggal sang suami, setelah beberapa hari pesta pernikahan digelar. Sus harus kembali bertugas menjalankan kewajiban sebagai abdi negara.




Karir Suami Yang Dipersulit Dimasa Orba


Mertua Sus, Sarwo Edhie Wibowo pada masa Orba dijauhkan dari lingkungan kekuasaan The Smiling General, meski sang mantan komandan RPKAD sangat berjasa dalam menaikkan pamor Soeharto. Hal ini bisa dilihat dari keputusan Soeharto mengirim Sarwo Edhie sebagai Dubes di Seoul, adalah hal yang lumrah bagi mereka yang bersebrangan dengan Orba dibuang ke luar negeri dengan jabatan sebagai Dubes. Entah alasan apa yang membuat sosok Sarwo Edhie tidak disukai Soeharto.


Hal ini merembet pada karir sang menantu SBY, karir SBY terbilang lamban selama masa Orba. Padahal ia salah satu lulusan terbaik ABRI, gosip pun mulai beredar. Lambannya karir SBY salah satunya karena dia menjadi menantu dari Sarwo Edhie, sosok yang tidak disukai Soeharto. Gosip ini sampai ke telinga Ani sang istri, ia pun pernah bertanya pada Sus dalam suatu kesempatan. Ani bertanya begini, “Pak, apakah Bapak menyesal menikah denganku?” Tanya Ani waktu itu.


Dengan mantap dan tenang Sus menjawab pertanyaan sang istri, "Sama sekali tidak. Buatku hal terpenting dalam hidup ini adalah keluarga." Jawaban ini membuat lega Ani, karena Sus sama sekali tidak mempermasalahkan karir militer yang meredup akibat menikahi Ani. SBY sendiri sudah cukup sadar diri dan mengerti waktu itu, tidak mudah berkarir militer dimasa Orba.




Sumber


Orang yang masuk black list Soeharto, akan dipersulit karirnya. Salah satunya mertua SBY yang dibuang menjadi Dubes di Seoul, sementara sang menantu dibuat lamban karirnya oleh Soeharto. Bagi SBY pangkat tinggi bukanlah tujuan utama dalam militer kala itu, dia tahu betapa sulitnya berkarir pada era Orba.


Membina keluarga dan hidup bersama Ani, sudah lebih dari cukup buatnya. Apalagi ia dikaruniai dua orang putra selama menikah dengan Ani, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono dan Edi Baskoro Yudhoyono. Keluarga lebih penting buatnya, lebih baik punya pangkat rendah asalkan ia bisa hidup tenang bersama keluarga. Dia tetap bangga menjadi abdi negara, walaupun ia dan sang mertua tidak pernah disukai Soeharto.




Sumber



Perjalanan Karir SBY, Dan Ani Yang Setia Mendampingi


Nasib Sus memang tak seberuntung rekan seangkatannya yang telat lulus, Prabowo Subianto. Rekannya itu berjaya di TNI dan pernah menjabat Komandan Korps Baret Merah dan Panglima Kostrad. Lebih beruntung lagi sang rekan seangkatan, malah menjadi menantu Soeharto.


Karir militer Sus sebenarnya biasa saja, dia melaluinya seperti lulusan Akabri pada umumnya. Menjadi komandan peleton lalu komandan kompi, setelah menyelesaiakan latihan lintas udara di Amerika, dia menjabat komandan Batalyon Infanteri 744 Udayana. Seperti prediksi mertuanya, Sus akhirnya menjadi jenderal, meski prestasinya tak sekeren kawannya di Akabri yang bernama Prabowo Subianto. Yang begitu dekat dengan pemerintahan dan menjadi anak emas di militer.




Prabowo Subianto dan SBY

Sumber



Meski sempat menjadi Jenderal, tapi Sus tidak dapat jabatan strategis seperti Panglima Kostrad, Kasad, atau Panglima ABRI. Sus yang terpelajar tidak menonjol sebagai komandan tempur, ia dikenal sebagai perwira yang punya nilai akademisi mumpuni. Mendapat jabatan sipil, di era menjelang lengsernya Soeharto, Sus menjabat Kepala Sosial Politik (Kasospol) ABRI.


Sus lebih dikenal sebagai SBY, setelah Soeharto lengser dan rekan Akabrinya yang telat lulus menjadi suram karirnya dan terpental jauh dari pemerintahan. SBY ditunjuk menjadi menteri pada era Presiden Megawati, lebih hebatnya lagi SBY menjadi calon terkuat penantang sang mantan atasan di Pemilu 2004.


SBY mengukir sejarah baru, menjadi Presiden pertama hasil pilihan rakyat. Tak hanya sekali, bahkan ia sempat dua kali menjabat Presiden RI. Dia telah melampaui ekspetasi sang mertua, dimana tak hanya jadi jenderal tapi SBY sukses menjadi Presiden RI. Semua itu tak lepas dari dukungan Ani sang istri yang selalu setia mendampingi, dan sikap nrimo (menerima) selama masa Orba.




Sumber


Sama seperti pasangan suami istri pada umumnya, SBY Ani juga pernah mendapat kabar kurang sedap. Dimana tahun 2007, 2 tahun menejelang pilpres 2009. SBY dikabarkan sudah pernah menikah sebelum bertemu Ani, namun kabar itu nyatanya tak pernah terbukti, hanya gosip saja. Ani pun tak ketinggalan diserang, ibu dua anak ini dituduh beragama Kristen. Karena masalah sepele pada nama depannya, yang menggunakan nama Kristiani. Isu ini dilemparkan menjelang pemilu 2009, kemungkinan untuk menjatuhkan SBY, namum gagal total karena SBY kembali terpilih.


Selama menjadi ibu negara, Ani dikenal aktif dalam berkegiatan, kususnya dibidang budaya. Ia juga sering memakai kebaya dan menyanggul rambutnya, hal yang sudah tidak bisa kita jumpai pada wanita Indonesia sekarang, khususnya wanita Jawa. Ia juga sempat menulis buku soal batik dengan judul, Batikku: Pengabdian Cinta Tak Berkata (2010). Ani juga dikenal aktif dalam media sosial, dimana ia kerap membagikan momen bahagia keluarganya melalui Instagram.


Yang unik SBY Ani juga mendapat panggilan Pepo dan Memo, panggilan khusus dari anak mereka. Namun tepat tanggal 1 Juni 2019 kemarin, Ani lebih dulu pergi meninggalkan SBY. Setelah perjuangan tanpa kenal lelah, melawan kanker darah yang dideritanya. SBY begitu terpukul ditinggal oleh Ani, setiap minggu ia dan keluarga menyempatkan mengunjungi makam Ani. Kesetiaan SBY juga ia tunjukkan saat Ani masih menjalani pengobatan di Singapura, dimana ia selalu setia mendampingi dan menghibur sang istri. Sebuah kesetiaan yang abadi dari SBY dan Ani.




Sumber



Referensi: 1.2.3
Ilustrasi: google image
Pupilsxone
fergusonredarmy
tien212700
tien212700 dan 71 lainnya memberi reputasi
70
12.4K
166
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.