• Beranda
  • ...
  • Sista
  • Perlu atau Tidak: Pasang Standar Gaji Saat Cari Jodoh?

limone.id
TS
limone.id
Perlu atau Tidak: Pasang Standar Gaji Saat Cari Jodoh?

Foto: www.istockphoto.com

Berkat punya banyak waktu saat social distancing dan bekerja dari rumah, kamu akhirnya punya kesempatan lebih untu menjelajah dunia online dating—dan sepertinya kamu sudah menemukan kandidat teman hidup yang tepat. Namun, ada satu yang mengganjal pikiran kamu: kamu ingin mengetahui kondisi finansialnya. Apakah perlu memasang standar gaji saat memilih pasangan? Dan bagaimana membicarakan gaji dengan calon pasangan hidup? Berikut penjelasan dari seorang perencana keuangan.

Perlunya Memasang Standar Gaji Pasangan



Kamu pasti pernah memikirkan ini ‘kan? Karena meski pepatah mengatakan ‘kotoran kambing jadi rasa cokelat’ ketika jatuh cinta—lama-lama juga rasa cokelatnya akan hilang. Akan tetapi kita sering urung membicarakannya karena takut dengan stigma ‘cewek matre’.


Clarte Everett, MInfsci, RFP, CFP, QWP menyampaikan bahwa memasang standar gaji ketika mencari pasangan adalah hal yang perlu dilakukan. Namun, tidak boleh straight to the point.

“Tentu saja perlu, karena ujungnya akan membentuk keluarga kecil. Kehidupan berkeluarga itu bukan perlu cinta saja, tetapi perlu penghasilan. Terlebih jika kelak memiliki anak, perlu dipersiapkan pendidikan anaknya juga,” paparnya ketika dihubungi melalui Instagram.

“Tapi tidak straight to the point harus punya gaji sekian jika mau cari pasangan. Harus fleksibel. Yang paling penting, daya juangnya untuk mendapatkan penghasilan bagaimana.”

Selain itu, standar gaji juga berhubungan dengan gaya hidup (lifestyle). “Jika tidak memiliki standar gaji, maka perubahan gaya hidup yang diharapkan tidak akan terwujud.”

Apakah Perlu Mematok Besaran Gaji Pasangan?




Misalnya minimal digit dua. Menurut Clarte, “ini pertanyaan yang sulit, karena tidak ada patokan pastinya.”


Namun, jika diminta menjawab, perhitungannya sangat bergantung pada lifestyle masing-masing individu.

“Idealnya, penghasilannya harus bisa mencukupi dengan gaya hidupnya sendiri. Tidak boleh berasal dari utang. Sangat tidak sehat. Apalagi belum apa-apa sudah pinjam ke pasangannya (wanita) untuk mencukupi gaya hidupnya (pria),” paparnya.

Jadi sebelum memutuskan untuk menikah, harus terbuka lebih dahulu mengenai keuangan masing-masing, seperti apa kehidupan keuangan keluarga yang akan dibangun kelak.

Ia juga mengatakan bahwa ketika memutuskan untuk menikah, harus ada hitungan dalam membina keluarga yang harmonis. “Jaman now, pria dan wanita masing-masing punya income sendiri. Serta banyak kehidupan keluarga retak karena tidak ada keterbukaan dalam keuangan,” imbuhnya.  “Jadi sebelum memutuskan untuk menikah, harus terbuka lebih dahulu mengenai keuangan masing-masing, seperti apa kehidupan keuangan keluarga yang akan dibangun kelak.”

Jadi, Bagaimana Menghitung Besaran Gaji Standar?






Memasang standar gaji yang tinggi itu tidak salah, justru itu hal yang bagus agar tidak alami kekecewaan. “Artinya wanita tahu apa yang dia inginkan. Banyak wanita yang ketika ditanya kriterianya apa, jawabannya apa aja. Begitu dapatnya tidak sesuai dengan impiannya, kecewa. Jadi sebaiknya setiap wanita punya standar, termasuk juga standar gaji tinggi,” saran Clarte.

Setelah menikah idealnya total gaji adalah total gaya hidup berdua ditambah kurang lebih 20% dari gaya hidup untuk persiapan pensiun. Hal ini akan berubah jika ada penambahan anggota keluarga.

“Untuk besaran gaji, tidak harus tinggi, karena bukan besaran gaji saja jadi patokan. Seperti yang disebutkan di atas, daya juang-nya atau sikap kerjanya bagaimana, dan banyak faktor lainnya,” tambahnya melengkapi. “Seorang yang ulet bekerja, meski awalnya punya penghasilan minim akan berbeda hasilnya dengan orang yang malas bekerja.”

Tak lupa, ia juga memaparkan gaji ideal sebelum dan sesudah menikah. “Idealnya gaji sebelum menikah adalah minimal biaya (gaya) hidup masing-masing,” bebernya. “Setelah menikah idealnya total gaji adalah total gaya hidup berdua ditambah kurang lebih 20% dari gaya hidup untuk persiapan pensiun. Hal ini akan berubah jika ada penambahan anggota keluarga.”


Ini Panduan Membicarakan Gaji sebelum Menikah

Foto: www.gettyimages.com


Ketika pasangan memutuskan untuk menikah, tentunya banyak yang menjadi pertimbangan. Salah satunya mengenai keuangan. Tentunya hal harus dibicarakan dan harus “ada keterbukaan mengenai masalah keuangan dan sama-sama menetapkan tujuan keuangan keluarga bersama,” ucap Clarte.

“Termasuk apakah akan tetap double income, atau single income saja. Bagaimana jika nanti anak hadir dalam keluarga? Bagaimana dengan biaya pendidikannya, dan seterusnya.”

Clarte menambahkan kejujuran penting bukan hanya dalam keuangan, tetapi dalam kehidupan berkeluarga. Dikarenakan kejujuran menjadi landasan dalam berkeluarga. “Ini yang harusnya melandasi kehidupan berkeluarga, jadi bukan hanya dari segi keuangan. Dan ini berlaku bukan hanya bagi wanita, tapi bagi pria juga,” ucapnya.


Jika Gaji Pacar Tidak Sesuai Keinginan, tapi Dia Ideal







Clarte  berpendapat , “jika tidak memenuhi standar gaji yang diinginkan, tetapi dia pasangan yang ideal, harus dilihat faktor lainnya. Bagaimana dengan karir-nya, performance di kantor, daya juangnya. Tentunya hal itu akan mempengaruhi penghasilannya.” Mungkin tidak sekarang, tapi di masa depan.

Namun, “jika semua faktor lainnya juga tidak memenuhi, mungkin sebaiknya cari pasangan lain. Jika semuanya sudah dilakukan, dan terlihat dari usahanya yang gigih, bisa jadi dia salah tempat kerja,” cetusnya. 

Bagaimana Jika Si Laki-Laki Juga Menaruh Standar Gaji pada Wanita?




Foto: www.gettyimages.com


Menurutnya, wanita diciptakan dari tulang rusuk pria, sementara pria yang jadi tulang punggung. Namun tidak menjadi masalah, jika wanita beralih jadi tulang punggung.

“Sangat jarang ditemui seorang pria memiliki standar gaji dari seorang wanita, namun itu tidak salah. Jika itu terjadi, harus dicari tahu dalam konteks apa,” ungkap Clarte. “Nah, jika alasannya masuk akal, ya kenapa tidak.”

Hubungan itu bukan mengenai ego masing-masing, tetapi kompromi ego masing-masing, dan harus terus dilakukan. Jika tidak bisa mencapai kompromi, harus cari jalan keluarnya.

Jika hal itu, terjadi untuk mengatasi  kamu dan pasangan sebaiknya membuat keputusan: apakah hubungan dilanjutkan atau sebaliknya.

“Tentunya merupakan hasil kompromi dari kedua pihak. Kompromi bukan mengenai standar gajinya, tetapi juga kompromi gaya hidup yang akan dijalankan kedua pihak jika mau melanjutkan hubungan. Jika tidak bisa mencapai kompromi, sebaiknya ditinggalkan.”

Tips bagi kamu yang sedang alami hal ini: “Komunikasikan mengenai harapan dan tujuan keuangan kedua pihak, dan juga solusinya atau jalan keluarnya. Duduk berdua, diskusikan hal ini untuk masa depan hubungan,” sarannya. “Hubungan itu bukan mengenai ego masing-masing, tetapi kompromi ego masing-masing, dan harus terus dilakukan. Jika tidak bisa mencapai kompromi, harus cari jalan keluarnya.”

Selanjutnya: Ini cara membantu dan memberi dukungan kepada pasangan yang baru dipecat.

Sumber :  
https://www.limone.id/bagaimana-membicarakan-gaji-pasangan/
bayutriadmojojaparinatien212700
tien212700 dan 23 lainnya memberi reputasi
20
6K
141
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sista
Sista
icon
3.9KThread7.4KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.