si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Belajar Makna Kesetiaan Dari AH. Nasution,Jenderal TNI Yang Anti Poligami
Ketika sedang diadakan acara Halal Bihalal di Istana Negara, Jenderal TNI AH. Nasution mendapatkan pertanyaan dalam bahasa Belanda dari Presiden Soekarno. Soekarno bertanya, “Zeg Nas, wanner komt je bij mij lunchen?”. (Hei Nas, kapan kamu datang makan siang dengan aku?).


Pertanyaan ini sukses membuat Sang Jenderal kebingungan untuk menjawabnya, makan siang di kediaman Soekarno. Berarti Nasution diundang datang ke Istana Bogor dimana Hartini ada disana. Adakah yang masih ingat dengan sosok Hartini ?, beliau adalah salah satu istri Bung Karno waktu itu gan sist.




Sumber


Alasan Nasution bingung menjawab pertanyaan Bung Karno waktu itu, karena status Hartini adalah istri ke dua Bung Karno. Sedangkan sosok Nasution sendiri adalah orang yang paling anti dengan namanya poligami, istri Nasution sendiri juga merupakan sosok wanita yang menolak adanya istri kedua dalam hubungan suami istri.


Namun pada akhirnya Jenderal Nasution tetap memenuhi undangan ke Bogor, untuk makan semeja dengan Bung Karno dan Hartini, tapi dia tidak pernah mengajak sang istri, Johana Sunarti. Kali ini ane akan membahas kenapa sang jenderal sangat anti dan alergi dengan yang namanya poligami, untuk itu mari kita simak sejenak sedikit cerita hidup dari sang jenderal ini.



Anti Poligami


Sejak menjabat sebagai KSAD (Kepala Staf Angkatan Darat), AH. Nasution telah mengajarkan prinsip puritan dalam kehidupan rumah tangga tentara. Puritan sendiri adalah sikap yang menganggap hidup dalam kemewahan adalah sebuah dosa. Pada tahun 1952, Nasution menerbitkan aturan bahwa seorang pejabat militer tak diperbolehkan mengambil istri kedua tanpa izin komandan atasan.


Perwira yang memiliki dua istri, maka hanya punya dua pilihan : melepas istri kedua dan menerima kenaikan pangkat atau minta berhenti dari kesatuannya.




Soekarno dan Hartini foto bersam duta besar AS, Howard Jones dan istrinya.

Sumber



Peraturan beristri satu ini sesuai dengan aspirasi gerakan wanita saat itu, dimana banyak kaum wanita yang menolak untuk dipoligami. Menurut pandangan Jenderal Nasution, istri tambahan bukan hak, melainkan keperluan darurat dengan alasan tertentu. Jika seorang perwira ingin menambah istri lagi, itu harus dengan persetujuan dari pimpinan tertinggi tentara dikesatuannya masing-masing. Kebijakan ini juga menjadi pedoman organisasi Persatuan Istri Tentara (Persit), yang secara resmi mereka hanya mengenal istri pertama Presiden sebagai Ibu Negara.


Karena hal inilah Nasution selalu menolak serta menghindari kunjungan ke Istana Bogor, karena di Istana Bogor ada sosok Hartini yang waktu itu baru saja dinikahi Soekarno. Sang istri juga demikian, tidak pernah sekali pun diajaknya jika memang kebetulan Sang Jenderal harus menemui Presiden di Bogor. Karena keduanya sama-sama tidak menyukai hadirnya istri kedua dalam kehidupan berumah tangga.



Konflik




Nasution,Hartini dan Soekarno

Sumber



Tanggal 7 Juli tahun 1953 Soekarno resmi menikah lagi dengan Hartini, pernikahan dilakukan tertutup di Istana Cipanas. Buntut pernikahan ini banyak kecaman datang dari aktivis perempuan kepada Soekarno, termasuk dari Organisasi Persatuan Istri Tentara (Persit), Kongres Wanita Indonesia (Kowani), dan Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari), mereka kompak berunjuk rasa menolak poligami yang dilakukan Soekarno. Mereka menganggap poligami merendahkan martabat perempuan, bahkan Perwari mendukung keputusan Fatmawati keluar dari Istana Negara.


Hal ini juga membuat hubungan rumah tangga Soekarno dan Hartini terganggu, karena Persit sendiri turut ikut campur dalam urusan kehidupan rumah tangganya.


Ibu-ibu anggota Persit kompak mengasingkan Hartini, mereka merasa kurang sreg dan tidak cocok dengan Hartini. Walaupun tidak sampai memusuhi, para ibu Persit selalu berusaha menjauh dari istri baru Bung Karno ini.


Ketika para perwira mendapat undangan dari Presiden, istri mereka kompak menolak untuk tidak hadir mendampingi sang suami, bila disitu ada kemungkinan bertemu dengan Hartini. Aksi boikot ini hanya dilakukan oleh para istri perwira TNI AD, yang tergabung dalam Persit. Hal itu juga sempat dikeluhkan oleh Presiden Soekarno, ketika rumah tangganya mulai terusik dan diganggu orang lain. Walaupun jengkel, Soekarno sendiri tidak dapat berbuat apa-apa untuk meredam hal itu.



Konflik Usai




AH. Nasution bersama Johana Sunarti dan kedua putrinya emoticon-Smilie

Sumber



Sikap antipati Nasution dan istri pada Hartini sendiri tidak berlangsung lama, sewaktu Soekarno sudah tidak menjabat sebagai presiden dan diperiksa Kopkamtib, Nasution mendapat fakta menarik. Salah satu perwira Corps Polisi Militer yang memeriksa Soekarno memberitahu Nasution, bahwa ada perceraian dengan Fatmawati tahun 1958, tapi tak diumumkan. Tapi saat itu, Nasution sudah tidak mau untuk mempersoalkannya lagi.


Sebenarnya saat itu, berarti sosok Hartini sudah sah menjadi First Lady, jika memang Fatmawati benar diceraikan, dan harusnya Nasution bisa menerima Hartini sebagai First Lady tanpa ada masalah. Setelahnya sikap antipati Nasution dan istrinya terhadap Hartini berubah menjadi lebih bersahabat, pertemuan pertama kali Johana Sunarti (istri Nasution) dengan Hartini terjadi setelah Sang Jenderal sudah tidak menjabat sebagai KSAD. Setelahnya hubungan sang istri dan Hartini berjalan baik, tanpa ada masalah sedikitpun.


Setelah AH Nasution dicopot dari KSAD dan digantikan oleh A.Yani. Untuk pertama kalinya para istri perwira TNI mau berkunjung ke Bogor (tempat Hartini tinggal), setelah A.Yani bersama asistennya, berikut istri masing-masing berkunjung ke Istana Bogor. Di sana, para perwira tinggi TNI AD makan semeja bersama Presiden Soekarno didampingi istrinya, Hartini. Ini adalah momen yang langka, karena di era Nasution, tak ada satu pun istri perwira tinggi TNI yang mau datang ke Bogor. Bahkan AH. Nasution tak pernah sekali pun mengajak istrinya, untuk hadir ke Istana Bogor.


Satu hal yang bisa kita contoh dari Sang Perwira adalah kesetiannya pada sang istri, Johana Sunarti. Dia tetap menjadi satu-satunya wanita yang dinikahi sang jenderal, sampai akhir hayatanya. Padahal dengan jabatan yang dimilikinya saat itu, bisa saja ia ikut poligami seperti Soekarno. Tapi ia lebih memilih setia sampai mati, dia tak pernah mau mengkhianati kesetiaan dan kesucian cintanya pada sang istri, Johana Sunarti.


~~~~~~~~~~~


Semoga para lelaki bisa mencontoh kesetiaan sang perwira TNI, karena tak ada satu pun wanita didunia ini yang rela jika cinta, perhatian dan kasih sayang dari sang suami dibagi-bagi dengan wanita lain !!!


Cukup cendol saja yang dibagi-bagi,cinta dan kasih sayangmu jangan sampai dibagi-bagi !!!



JAS MERAH emoticon-Blue Guy Cendol (L)




Referensi: sini dan sini
Ilustrasi: google image
Diubah oleh si.matamalaikat 29-05-2020 23:52
monicamey
jintuang
tien212700
tien212700 dan 58 lainnya memberi reputasi
59
7.9K
104
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & XenologyKASKUS Official
6.5KThread10.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.