closefileAvatar border
TS
closefile
Teriakan Seorang Polisi
Jadilah penjahat, agar kau tahu sejahat apa polisi. - Rekson


Ah, gue selalu mengingat perkataanya hingga detik ini, dia adalah teman terbaik yang pernah gue punya, sahabat terbaik yang pernah gue punya.

Sebelumnya perkenalkan nama gue Rezan, gua bekerja di instansi kepolisian, di kota fiktif di Indonesia yang disebut dengan nama Jakarta. Nama asli gue bukan Rezan, itu nama yang gue dapat dari seseorang yang sangat berpengaruh nantinya di hidup gue.

Pangkat? Pangkat gue sekarang Detective III. Divisi gue yaitu Detective Bereau, gue bertugas sebagai penyidik aktif yang turun ke lapangan dengan pakaian bebas tanpa seragam, seperti kisah fiktif, mari kita samarkan nama, pangkat, divisi dan lainnya, agar kelancaran cerita ini dan kenyamanan gue dalam memaparkan cerita ini.

Prologue : Cadet

2010 Awal

Seperti dalam dunia dongeng, atau cerita romantis dalam novel novel indie di pasaran, pagi itu hujan turun rintik-rintik, hari ini adalah hari pertama Akademi Kepolisian akan dibuka, dengan semangat yang membara, jiwa muda yang bergetar, gue mendaftarkan diri gue ke salah satu instansi terbesar dan bergengsi di Indonesia, instansi kepolisian. Gue sudah melatih fisik gue untuk menanti hari ini, karena cita-cita gue dari kecil memang menjadi seorang polisi. Semua administrasi yang diperlukan sudah gue siapkan dan gue datang ke tempat pendaftaran sendirian, dengan motor bebek peninggalan bokap gue, yang sudah meninggal sejak gue duduk di bangku SMA.

Sesampai ditempat, gue melihat ada ratusan manusia mengantri, menunggu giliran, gue datang dan mengambil nomor antrian, kemudian duduk di sebelah telpon umum yang sudah sangat lama tidak terpakai. Gue buka handphone blackberry gue kemudian gue buat status, seperti anak remaja pada umumnya. Sangat lama gue menunggu, berjam-jam. Hingga akhirnya, nama gue dipanggil dan gue disuruh melewati sebuah tali yang terikat di pintu, yang gue rasa itu untuk mengukur tinggi badan. Gue menunduk untuk melewati tali itu dan masuk ke dalam ruangan, gue lihat di dalam ruangan ada beberapa petugas yang menggunakan pakaian kepolisian.

Setelah itu, gue disuruh untuk duduk dan memberikan berkas ke salah satu panitia penerimaan, seorang wanita yang masih muda, tapi tetap lebih tua dari gue. Dia melihat dengan seksama berkas yang gue berikan, tanpa melewati satu bagian-pun, hingga akhirnya gue diperbolehkan lewat dan masuk ke ruangan tes kesehatan awal. Tes kesehatan fisik, tanpa lama gue lulus tes ini dan disuruh untuk tes kesehatan jiwa, di tes kesehatan jiwa juga, hanya pertanyaan-pertanyaan dasar yang mereka tanyakan. Setelah itu gue disuruh pulang dan nanti gue akan di telepon, jika seandainya gue lolos ke tahap berikutnya.

Beberapa minggu kemudian, nomor gue di telpon agar gue datang untuk tes psikologi dan lain-lain, hingga akhirnya semua tes berhasil gue lewati dan gue dikirim ke tempat pendidikan, dan disinilah neraka pertama gue datang.

2010 Pertengahan

Pagi itu gue berpamitan kepada ibu gue untuk pergi ke tempat pendidikan, ibu gue berpesan, jadilah anak yang baik dan menjadi polisi yang jujur, itu yang akan menjadi bekal gue di kepolisian. Gue menangguk dan disusul untuk segera pergi ke tempat akademi berlangsung, akademi gue dilaksanakan di Sumatra Selatan, awalnya gue pikir sesuai dengan prosedur, tapi ternyata bayangan gue jauh dari apa yang gue harapkan.

Sesampainya di tempat, gue disuruh untuk menuju kamar yang telah ditentukan, satu kamar berisi 8 orang, karena gue datang dari Jakarta, gue termasuk yang tertinggal untuk memilih kasur dan gue mendapatkan kasur yang membuat leher sakit. Nantinya, setiap kamar harus memiliki satu pimpinan komando, pimpinan komando bertugas untuk memerintahkan pasukannya dan bertanggung jawab atas pasukannya. Gue diberi waktu istirahat, hingga sampai semua peserta tiba di tempat akademi, dan gue juga diberikan seragam untuk cadet yang nantinya harus dipakai ketika pendidikan.

Hanya dua hari waktu gue beristirahat, hari pendidikan tiba, pagi-pagi buta, kami dibangunkan dengan suara tembakan dan disuruh cepat berbaris di lapangan. Gue bergegas bangun dan memakai seragam gue, gue berlari ke lapangan dan berbaris. Kemudian, gue mendengar langkah kaki yang sangat kuat dari arah kiri gue, dan suara pukulan benda tumpul ke perut salah satu cadet.

"Kuping kau budek hah? Atau kau gak punya otak! Aku suruh kalian pakai seragam, bukan pakaian gembel!" Teriak salah satu petugas kepolisian, yang gue lihat dari insignianya, dia adalah seorang sersan.

"Maaf pak, saya buru-buru." Ucap cadet tersebut merintih kesakitan dan memegangi perutnya. Kemudian petugas polisi itu meludahi wajah cadet itu dan berteriak di telinganya. "Memang kau pikir aku bapakmu, panggil aku Sersan Donan, mulai hari ini, kalian berada di bawah komandoku, paham!" Teriak Sersan Donan

"Paham Sersan!" Jawab kami serentak

Sersan Donan kemudian memanggil cadet yang tidak memiliki seragam dan diperintahkan untuk membuat barisan sendiri dan gue gak harus menceritakan apa yang selanjutnya terjadi pada cadet-cadet tersebut.

Hari ini gue selamat, karena gue menggunakan seragam, tak lama kemudian datang seseorang yang sudah beruban dan menepuk pundak Sersan Donan, Sersan Donan dengan sigap memberi hormat kepada pria tersebut.

"Semangat seperti biasanya Sersan?" Tanya pria beruban itu

"Cadet cadet ini harus diajar kedisiplinan Kapten." Ucap Sersan Donan

Ternyata pria itu seorang Kapten, yang pasti dia sudah banyak pengalaman dan melakukan tugasnya dengan baik, hingga dia bisa naik menjadi Kapten. Kemudian Kapten tersebut menghampiri kami para cadet dan memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan saya Kapten Devon dan saya adalah penanggung jawab kalian semua dan sebagai ketua pelaksana akademi ini, Sersan yang disana adalah Sersan Donan, ada beberapa Sersan lainnya yang akan menjadi pelatih kalian di akademi ini, dari kalianpun tak semuanya akan menjadi seorang polisi, kalian dinilai mulai dari kalian bangun pagi ini hingga nanti kalian pensiun dari kepolisian, paham?" Ucap Kapten Devon dengan suara yang sangat lembut

"Paham Kapten." Jawab kami serempak

"Baik, kalian mulai hari ini akan dibagi menjadi 7 kelompok latihan, masing-masing kelompok di komandoi oleh seorang Sersan, Sersan Donan akan membacakan nama-namanya dan kalian berbaris sesuai kelompok yang ditentukan." Kata Kapten Devon

Sersan Donan mulai membacakan nama-nama kami, gue masuk ke kelompok 3 dan Sersan yang memimpin kelompok kami bernama Sersan Sagimo dan menurut penuturan Sersan Donan, Sersan Sagimo adalah Sersan paling disiplin dan nantinya gue akan tahu betapa disiplinnya dia.
Diubah oleh closefile 05-06-2020 20:05
danpangestu
tien212700
inginmenghilang
inginmenghilang dan 40 lainnya memberi reputasi
37
3.9K
76
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.