• Beranda
  • ...
  • Sports
  • Seberapa Besar Pengaruh Karakter Machiavelli Dalam Sepakbola?

FootballStory
TS
FootballStory
Seberapa Besar Pengaruh Karakter Machiavelli Dalam Sepakbola?

Niccolò Machiavelli, ialah seorang diplomat, politikus, sekaligus filsuf asal Italia. Machiavelli telah mengambil peran besar dalam realita politik, ia sangat disegani di Eropa pada masa Renaisans.

Dua bukunya yang terkemuka, Discorsi sopra la prima deca di Tito Livio (Diskursus tentang Livio) dan Il Principe (Sang Penguasa). Menjadi buku panduan kepemimpinan tokoh semacam Hitler, Napoleon, ataupun Lenin.

Il Principe adalah karyanya yang mengudepankan soal tindakan yang bisa atau perlu dilakukan manusia untuk mendapatkan atau mempertahankan apa yang ia miliki.

Berkat pola pikir seperti itu, nama Machiavelli selalu dikaitkan dengan hal yang buruk, untuk menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan tertentu. Orang yang melakukan tindakan atau sekedar berpola pikir seperti ini disebut makiavelis.

Dalam dunia sepakbola, menghalalkan segala cara sudah menjadi kebiasaan bagi aktor² tertentu, mulai dari pemain yang bertindak curang, manajer atau pelatih tentang persoalan bermain anti-sepakbola, bahkan sampai pejabat kesebelasan dan federasi yang sibuk memikirkan cara untuk korupsi di sela² waktu dan tempat.

Dibarisan pemain kita mendapati seorang Materazzi, permainannya diatas lapangan menjelaskan bagaimana Niccolò Machiavelli bekerja.

Sebuah jajak pendapat bernama France Football pada 2016, Materazzi menempati urutan paling atas sebagai "Pesepakbola Paling Dibenci". Bagaimana tidak lutut Benni McCarthy, kepala Filippo Inzaghi, dan baik Andriy Shevchenko adalah sebagian kecil contoh area yang pernah kena hantaman dari Matrix.

Saat ia dipinjamkan ke Everton pada 1998/99, Materazzi mendapatkan total empat kartu merah hanya dari 27 pertandingan, sampai-sampai ia sering pulang ke Italia karena terlalu sering mendapatkan hukuman.

Namun dari semua alasan diatas, ada satu alasan kuat kenapa ia mendapat gelar Pemain Paling Dibenci, ialah karena momen legendaris dirinya dan Zidane di final Piala Dunia 2006 yang menurut ane anda semua sudah pada tau bagaimana kasusnya dan ga perlu dijelaskan lebih lanjut. Momen tersebut sudah cukup menunjukkan bagaimana Matrix mendewakan pola pikir makiavelis di atas lapangan hijau, di pertandingan sekelas Final Piala Dunia. Matrix melakukan semua dengan rapi dan seksama untuk memprovokasi lawannya. Berkaca dari perspektif Materazzi, secara tidak langsung ia sudah membuat Zidane menolong timnya untuk kalah.

Bagaimanapun pemikiran publik mengenai dirinya, Materazzi selalu persetan. Gelar Piala Dunia, UCL, Serie A, Coppa Italia, Supercoppa Italiana, Piala Dunia Antarklub, sampai sekelas Liga Super India adalah bukti konkrit Materazzi bukan pemain ecek².

Masih dalam barisan pemain namun kali ini kita naik satu jabatan yakni sebagai kapten, ialah Sergio Ramos yang terkenal bengis dalam mempertahankan kemenangan.

Nama Sergio Ramos jadi sukses menjadi headliner di berbagai media dunia pada 2018. Ramos menjadi sorotan utama setelah aksi kotornya di final UCL melawan Liverpool. Aksi Ramos yang paling disorot adalah ketika menjatuhkan Salah ala atlet MMA yang membuat winger Livepool tersebut tidak bisa melanjutkan pertandingan. Namun ingat, itu hanyalah satu contoh kecil dari perilaku seorang Ramos dalam mencuri kemenangan. Mau contoh lain? Tentu kalian ingat dikartu merahnya Cuadrado atas berhasilnya diving Ramos di final UCL 2017 antara Juve vs Madrid, atau perseteruannya dengan Messi yang kerap kali terjadi saat El Classico berlangsung.

Apakah tindakan² Ramos bisa dikatakan aksi kriminal di sepakbola? Mari kita diskusikan secara sederhana.

Tugas utama bek tengah ialah mengawal pertahanan dan menjadi pelindung sebelum pertahanan terakhir yakni kiper.

Seorang bek tengah dikatakan berhasil dalam bekerja jika mampu membuat tim lawan kesulitan menerobos lini belakang dan membuat kiper santai tanpa ancaman berarti.

Patut diakui, dalam regulasi dan seperangkat aturan lain secara rinci dijelaskan apa saja tindakan yang dikategorikan sebagai pelanggaran.

Namun, tak ada satu pun peraturan tertulis terkait perilaku dan cara seorang bek mempertahankan daerahnya. Semua tergantung skema permainan tim yang telah diinstruksikan oleh pelatih dan staf² lainnya. Terkait cara mereka bertahan, tak ada ketetapan pasti mereka harus apa. Yang berarti segala macam cara bebas dilakukan, terlepas dari pelanggaran atau tidak. Sampai sini bisa dipahami kan pemikiran dari seorang bek tengah seperti apa?. Temen² semua ada yang berposisi di bek tengah? silakan diskusikan bagaimana alur permainan bek tengah!

Tak hanya pemain, di dunia kepelatihan ada yang berpola pikir makiavelis dengan menggunakan strategi anti-sepakbola dan memiliki semboyan "yang penting menang", ialah Jose Mourinho yang dengan bangga mengatakan ”Pertahanan kami nyaris 100 persen sempurna,” sebelum match melawan Munchen di final UCL 2010. Mourinho terbukti tidak omong kosong. Malam itu pertahanan Inter tereusun tertib dan rapi. Zanetti, Lucio, dan Walter Samuel menjadi tembok penghadang yang sulit dilalui alur serangan Munchen dengan Robben sebagai pemain kuncinya.

”Mourinho meminta saya untuk 100 persen berkonsentrasi menjaga pertahanan. Secara taktis, saya diminta jangan sampai menonjolkan kehebatan individual saya. Saya harus berpikir dan berbuat untuk tim,” kata Lucio setelah pertandingan.

Inter tak cuma rapi dari segi bertahan, tetapi juga efektif memanfaatkan peluang. Itulah yang dilakukan Milito setelah menerima passing jitu dari Sneijder yang tanpa basa basi menceploskan bola ke gawang Joerg Butt. Dan betapa cerdik Milito pada menit '70 yang menunjukkan solo skill melewati pemain sebesar Van Buyten yang semakin membuat Inter diatas angin.

Sulit rasanya membongkar rahasia dalam diri Mourinho. Namun soal permainan sepakbola yang menjadi ukuran Mourinho bukanlah teori umum atau orang lain, melainkan dirinya sendiri. Dirinyalah yang harus menentukan, ia mau dengan tipikal apa dan bagaimana cara bermainnya. Kadang ia berlaku seperti pemarah, tetapi kadang ia bisa tampil charming dan ramah.

Bagi Mou, semua peran dan tingkah dirinya adalah sah asal ia dapat pencapaian yang tertinggi. Dengan melakukan segala cara ia telah berhasil mendapatkan sekaligus membuktikannya. Pantaslah jika ia dijuluki Machiavelli dalam dunia kepelatihan. Ia tidak hanya sekedar ingin menang, tetapi juga ingin ”perang” dan merampas segalanya. Benar yang dikatakan Lampard, ”Mourinho mempunyai intuisi untuk menggali nafsu, hasrat, dan impian para pemainnya sampai sedalam-dalamnya.”

Seperti yang tadi ane katakan, karakter Machiavelli ini sampai ke para jajaran pejabat sepakbola dan federasi yang sibuk memikirkan cara untuk korupsi di sela² waktu dan tempat. Kita ambil contoh dari produk lokal yang menjadi murid terbaik Machiavelli di sepakbola modern Indonesia.

Bagaimana tidak, La Nyalla sangat apik menjalankan peran yang dipelopori Machiavelli pada seseorang yang haus tahta dengan tidak lagi mengedepankan hal-hal yang berkaitan dengan moralitas. Intinya bagaimana seseorang dicintai sekaligus ditakuti oleh kaumnya, dengan cara kotor sekalipun.

Bukan lagi soal gosip, moralitas benar² tidak berlaku bagi La Nyalla dalam skemanya untuk mencapai tujuan. Agitasi murahan, muslihat, adu domba, dan provokasi dia kemas sebaik mungkin untuk menciptakan tujuan kekuasaan dalam sepak bola Indonesia. Dia diagungkan oleh PSSI karena pada saat darurat ia membayar semua tunggakan gaji pemain, pelatih, denda pelatih kepada fifa, membayar hutang PSSI hingga PSSI sama sekali tidak memiliki hutang alias 0 (nol). Namun setelah dirinya lengser dari kekuasaan PSSI, ia malah ngotot PSSI mesti membayar semua yang telah ia lakukan selama ia menjabat menjadi Ketum, bahkan ia membawa perkara tersebut ke ranah hukum dan meminta bantuan Kemenpora alhasil La Nyalla menang dalam sidang dan PSSI secara tergugat mesti membayar semuanya ke La Nyalla. Disaat yang bersamaan kondisi PSSI sedang tidak sehat, secara finansial PSSI punya utang ke banyak pihak salah satunya kepada La Nyalla, secara prestasi Indonesia terkapar di level senior.

Itulah ulasan mengenai karakter Machiavelli yang tertanam pada aktor² sepakbola di segala posisi dari pemain biasa, kapten tim, pelatih, hingga jajaran pejabat tim dan federasi. Memang harus kita akui orang² tersebut telah memberi warna pada sepakbola, namun disisi lain ada pihak yang dirugikan entah itu pemain lawan yang dibuat cedera parah, dikartu merah oleh wasit, bahkan permainan yang membosankan namun berujung kemenangan, hingga utang yang berasalan pada melemahnya persepakbolaan suatu negara.
Quote:


Bagaimana Menurut Anda? Diskusikan Dibawah!
emoticon-Cendol Ganemoticon-Rate 5 Star

bayutriadmojonona212tien212700
tien212700 dan 23 lainnya memberi reputasi
22
4.9K
42
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sports
Sports
icon
22.8KThread10.6KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.