• Beranda
  • ...
  • Militer
  • Kisah Komandan TNI Dikepung Ribuan Pasukan Ghaib Jawa Kuno, Hilang dengan Cara Ini

ertedoangAvatar border
TS
ertedoang
Kisah Komandan TNI Dikepung Ribuan Pasukan Ghaib Jawa Kuno, Hilang dengan Cara Ini


Apakah anda termasuk yang percaya dengan kisah-kisah tak masuk nalar? Di Indonesia, kisah-kisah seperti ini tersebar di banyak tempat dengan berbagai macam keanehannya. 

Salah satu tempat yang paling banyak memendam kisah-kisah di luar logika adalah tempat-tempat tua peninggalan sejarah. Kadang itu barak militer. Kadang bekas rumah sakit peninggalan belanda, kadang sumur-sumur tua yang mungkin sudah berumur ratusan tahun.

Tak terkecuali jembatan tua di sebuah wilayah di pedalaman Trenggalek, Jawa Timur.

Alkisah ini adalah cerita nyata pada tahun 1949. Kisah ini melibatkan sekelompok tentara yang tergabung dalam AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia, sekarang TNI AU) dalam perang melawan penjajah Belanda. Kisah ini termuat dalam buku Sang Elang: Serangkai Kisah Perjuang H AS Hanandjoeddin di Kancah Revolusi Kemerdekaan RI.  

Proklamasi kemerdekaan Indonesia memang dilakukan pada tahun 1945. Tapi bukan berarti Belanda tak mencoba merebut kembali Indonesia setelah itu. Melalui serangkaian operasi militer, Belanda masih berusaha mengambil alih kekuasaan di tanah air.

Salah satu aksi Belanda itu dilakukan melalui Agresi Militer Belanda II. Operasi ini dimulai pada 19 Desember 1948 dengan menyerang sejumlah wilayah di Indonesia. Selama beberapa pekan, Belanda melancarkan serangan darat dan udara untuk merebut berbagai wilayah di Indonesia.

Salah satu pusat serangan Belanda berada di Jawa Timur. Perang tak terhindarkan. Senjata saling bersalak. Korban nyawa berguguran di kedua belah pihak.

Di daerah Trenggalek, sekelompok pasukan AURI pimpinan Hanandjoeddin mulai terdesak. Untuk memperkuat pertahanan, pasukan ini memutuskan mundur ke kawasan Watulimo. Keputusan ini dilakukan untuk mengatur parameter pertahanan dari jangkauan pasukan musuh sembari menyusun taktik serangan balik.

Dalam strategi militer, memutus jalur mobilitas musuh menjadi salah satu taktik yang paling lazim dilakukan. Bentuknya bisa macam-macam. Salah satunya adalah menghancurkan jembatan-jembatan yang bersifat strategis.  

Di Lembah Watulimo terdapat sebuah jembatan tua yang menjadi sasaran untuk diruntuhkan. Hanandjoeddin pun memerintahkan anak buahnya memasang peledak  untuk menghancurkan jembatan tersebut.

Beberapa percobaan gagal. Bom yang dipasang di jembatan tersebut tak mau meledak. Hal ini terus terulang hingga beberapa kali.

Hanandjoeddin tahu ada yang janggal dengan jembatan ini. Ia kemudian menemui para tetua di desa setempat. Dugaan Hanandjoeddin dibenarkan oleh para tetua. Mereka meminta sang komandan melakukan puasa dan tirakat sebelum menghancurkan jembatan tersebut.

Setelah melaksanakan saran dari para tetua di desa tersebut, Hanandjoeddin mengunjungi jembatan itu pada satu malam. Mula-mula ia mengajak beberapa anak buahnya. Tapi mereka tak sanggup bertahan di jembatan itu mengingat auranya sangat berbeda.



Benar saja. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba Hanandjoeddin sudah dikelilingi pasukan dengan pakaian militer Jawa Kuno di jembatan ini. 

Hanandjoeddin memberanikan diri berhadapan dengan 'pasukan' tersebut. Yakin pasukan gaib di hadapannya tidak bermaksud buruk, ia pun memberanikan diri berbicara kepada mereka:

Assalamualaikum! Saya Hanandjoeddin, Komandan Pertahanan di wilayah Watulimo. Kami bermaksud baik menyelamatkan rakyat dan alam daerah ini dari penjajah Belanda.

Bantulah perjuangan kami menegakkan kemerdekaan Indonesia. Saya yakin kalian di pihak kami karena perjuangan sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang, sejak zaman Sultan Agung Raja Mataram. Kami hanya melanjutkan cita-cita Beliau. Saya meminta kalian memaklumi kami memutus jembatan penghubung desa ini demi keselamatan rakyat Watulimo. Terima kasih atas pengertiannya. 

Assalamualaikum!”


Pasukan ini kemudian berangsur menghilang dari hadapannya. Lalu keesokan harinya, Hanandjoeddin bersama anak buahnya kembali melakukan percobaan meruntuhkan jembatan tersebut dengan menggunakan alat peledak yang sama. 

Ajaibnya, bom yang dipasang di jembatan ini langsung meledak pada percobaan pertama. Hanandjoeddin pun berhasil melaksanakan misinya menghambat pergerakan pasukan musuh dengan menghancurkan jembatan tua di Lembah Walutimo ini.

Meski demikian, perjuangan mempertahankan kemerdekaan ini terus berlangsung hingga November 1949. Pada 2 November 1949, Belanda akhirnya mengakui secara resmi kemerdekaan Indonesia melalui Perjanjian Meja Bundar di Deen Haag, Belanda.

Sumber
Foto Ilustrasi 1Foto Ilustrasi 2
yoseful
nona212
tien212700
tien212700 dan 48 lainnya memberi reputasi
45
14.5K
108
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer
Militer
icon
19.9KThread6.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.