• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Covid 19, New Normal, Revolusi Industri 4.0, Sudah Siapkah Indonesia?

lonelylontongAvatar border
TS
lonelylontong
Covid 19, New Normal, Revolusi Industri 4.0, Sudah Siapkah Indonesia?

Gbr diambil dr : detik finance

Covid 19 secara tidak langsung sudah memaksa percepatan penerapan revolusi industri 4.0. Mulai dari work from home, pertemuan-pertemuan yang dilakukan lewat pertemuan online, sekolah pun lewat kelas online dan banyak lagi hal lainnya.

Termasuk prosedur physical distancing di lingkungan kerja pun, bisa berefek pada percepatan diterapkannya revolusi industri 4.0, bayangkan jika sebuah pabrik yang mempekerjakan buruh berjumlah ratusan orang (yang biasanya bekerja di satu ruangan yang sama), harus menyiapkan ruangan yang sesuai dengan prosedur penanganan covid 19? Bayangkan efek-nya terhadap produksi pabrik tersebut, ketika satu saja dari ratusan buruh tersebut, terindikasi positif covid 19.

Apakah pemilik perusahaan itu, tidak kemudian akan berpikir, lebih baik menggunakan mesin otomatis yang hanya butuh satu-dua orang untuk mengoperasikan mesin itu? Tidak perlu pula kuatir proses produksi akan terhenti, karena mesin tidak akan tertular covid 19, dan menjaga satu-dua orang agar tidak tertular, jauh lebih mudah dibandingkan menjaga ratusan pekerja.

Sekarang pertanyaan-nya, apakah Indonesia sudah siap dengan revolusi industri 4.0?

Sebagian orang mungkin akan merasa bersemangat membayangkan penerapan teknologi yang terjadi lebih cepat. Akan tetapi setiap perubahan, selalu membawa korban, dan perubahan yang terjadi karena paksaan keadaan membawa korban yang lebih besar.

Menurut hemat saya pribadi, Indonesia belum siap untuk memasuki revolusi industri 4.0, masih banyak penduduk Indonesia yang bekerja di sektor padat karya. Jangankan revolusi industri 4.0, revolusi industri 3.0 pun belum sepenuhnya kita adopsi.

Gaji buruh yang relatif masih murah (meskipun beberapa tahun terakhir terus meningkat), membuat banyak industri memilih tenaga manusia, dibandingkan melakukan otomasi dengan mesin dan AI.



Gbr diambil dr : automaticbagpackingmachine.com


Revolusi industri 3.0

Sebagai seseorang yang bekerja di bidang otomasi, saya secara langsung mengalami, bagaimana sebuah sistem otomatis mengakibatkan hilangnya bidang pekerjaan.

Perhatikan, yang hilang bukan lapangan pekerjaan-nya, sehingga pekerja tersebut bisa mencari pekerjaan yang lain dengan bidang pekerjaan yang sama. Yang hilang adalah bidanh pekerjaan-nya, artinya jika dia mau kembali bekerja, dia harus mengerjakan hal yang berbeda dari apa yang selama ini dia kerjakan.

Orang tersebut "dipaksa" untuk mempelajari hal yang baru agar dia bisa kembali bekerja.

Ketika otomasi proses industri belum sepenuhnya diterapkan, maka relatif masih banyak bidang-bidang pekerjaan yang tidak menuntut keahlian, sehingga tidak sulit bagi seseorang yang minim pengalaman dan pendidikan untuk masuk ke dalamnya.

Tapi ingat, justru pekerjaan-pekerjaan dengan tingkat keahlian yang rendah inilah yang paling cepat digantikan oleh sistem otomasi.

Artinya semakin cepat revolusi industri diterapkan, semakin cepat menyempitnya kesempatan untuk kembali bekerja bagi mereka yang kehilangan pekerjaan karena pekerjaan-nya diambil alih oleh komputer, robot, dsb.

Hilangnya bidang-bidang pekerjaan ini, memang digantikan dengan munculnya lapangan pekerjaan di bidang pekerjaan yang baru.

Misalnya, dengan adanya penggunaan robot, artinya muncul kebutuhan teknisi untuk pemeliharaan dan perbaikan. Dengan semakin banyak penggunaan komputer, akan bertambah juga kebutuhan untuk programmer, dst.

Yang menjadi masalah adalah, bidang pekerjaan dengan skill rendah menghilang, bidang pekerjaan baru yang muncul adalah bidang pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan dan keahlian khusus.

Sekarang silahkan anda bayangkan, jika anda berusia 40an, hanya lulusan SMP, selama ini anda bekerja sebagai buruh harian yang memindahkan dan menata barang-barang hasil produksi di gudang, lalu tiba-tiba perusahaan menerapkan racking otomatis dan anda kehilangan pekerjaan. Kemudian ketika anda mencari lowongan pekerjaan yang baru, yang tersedia adalah lowongan untuk programmer, teknisi, dst.

Seberapa cepat anda bisa mengadopsi skill yang baru, agar anda bisa mendapatkan lowongan tersebut? Seberapa kompetitif anda, ketika dibandingkan dengan fresh graduate dari jurusan yang memang belajar di bidang tersebut?

Bila anda sudah bisa membayangkan kesulitan orang tersebut, berikutnya coba anda pikirkan, ada berapa juta tenaga kerja yang senasib dengan orang tersebut?

Apa semuanya mau jadi ojol?

Revolusi Industri 4.0

Ini kita baru mengambil contoh revolusi industri 3.0, di mana tenaga manusia di pabrik-pabrik, digantikan oleh sistem otomatis.


Gbr diambil dr : www.fidefundacion.es


Pada revolusi industri 4.0, di mana ada A.I. dan terjadi keterhubungan antara sistem, maka jauh lebih banyak lagi bidang pekerjaan yang menghilang. Bukan hanya bidang pekerjaan low skill, tapi semua bidang pekerjaan yang sifatnya bisa dipelajari oleh sistem otomatis, akan digantikan oleh sistem tersebut. Jangankan buruh, bahkan ojol pun bisa kehilangan pekerjaan, ketika A.I. cukup canggih dan murah.

Guru, dokter, bahkan teknisi sendiri juga terancam bidang pekerjaan-nya, karena dengan banyak fasilitas online saat ini, untuk memperbaiki satu sistem otomatis, teknisi tidak perlu hadir di tempat, bisa cukup diremote dari jauh.

Sehingga misalkan seorang pemilik perusahaan di Indonesia ingin meng-upgrade pabriknya menggunakan sistem otomatis. Tidak harus dia kemudian mempekerjakan seorang sarjana tehnik, atau seorang programmer, bisa saja untuk pemeliharaan dan perbaikan, sudah termasuk after sales dari penjual sistem yang ada di luar negeri. Di dalam negeri, cukup disiapkan anak lulusan STM, untuk pekerjaan di lapangan, untuk mengganti hardware komponen yang rusak.

Satu tim kecil sistem integrator, bisa menangani belasan atau bahkan puluhan pabrik yang tersebar di berbagai tempat di Indonesia.

Jadi siapa pun anda, apa pun pekerjaan anda saat ini, siapkan diri anda untuk menghadapi era revolusi industri 4.0.


Bagi pemerintah, mohon persiapan yang lebih baik lagi, terutama jaring pengaman sosial bagi mereka yang kehilangan pekerjaan. Program kartu pra kerja, secara konsep sudah tepat, namun penerapannya masih jauh panggang dari api.

Semoga ke depannya, bisa diperbaiki dan bagi mereka yang memiliki ilmu, cobalah berpikir lebih luas dan nasionalis.

Salam....
Diubah oleh lonelylontong 26-05-2020 09:04
daniadi123
Shyesun.pucha
nona212
nona212 dan 37 lainnya memberi reputasi
38
5.5K
155
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.