herrypengarang
TS
herrypengarang
Ini Dia Filosofi Kereta Api yang Tak Pernah Mati!

KRL Commuter Line (Foto: Google - id.wikipedia.org)


Kereta api merupakan salah satu moda transportasi selain pesawat, bus, atau kapal. Ada juga mobil, sepeda, atau sepeda motor yang juga menjadi alat transportasi yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Sebagai bagian dari transportasi umum, kereta api banyak peminatnya. Di samping bebas macet, tiketnya pun relatif murah! Tak heran bila banyak penumpang rela berdesakan di dalam gerbong kereta api, demi kepraktisan dan harga tiketnya yang terjangkau kantong tipis.


Banyak jenis kereta api. Ada kereta api barang dan kereta api penumpang. Kita juga masih dapat membedakan kereta api jarak jauh (antarprovinsi) dan kereta api dalam kota. Kereta api jarak jauh, misalnya tujuan Jakarta-Bandung, Jakarta-Semarang, Jakarta-Yogyakarta, dan sebagainya. Kereta api dalam kota, kita bisa menyebutkannya dengan mudah saking populernya, yaitu kereta rel listrik (KRL).


Kereta api jarak jauh (Foto: Google - ayosemarang.com)


Sekarang, KRL bisa juga kita bagi lagi menjadi kereta bandara, misalnya yang mengangkut penumpang dari stasiun-stasiun tertentu di Jakarta menuju Bandara Soekarno-Hatta. Dan, commuter line, yaitu KRL yang mengangkut penumpang di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek). Commuter linemenjadi moda transportasi favorit para pekerja di Jakarta dan sekitarnya karena tak terkendala kemacetan dan itu tadi, harga tiketnya yang lebih murah dibanding alat transportasi lainnya.


Kereta bandara (Foto: Google - koran.tempo.co)


Saat ini KRL dan kereta jarak jauh semua ber-AC. Sejuk di dalam kereta, yang bisa kita rasakan jika penumpang tidak terlalu penuh. Sebelum seluruh gerbong kereta ber-AC, dulu ada yang namanya KRL kelas ekonomi. Waahhh....rame di dalamnya! Penumpang bisa berdesakan, bahkan sampai di atap kereta. Tidak hanya itu, di dalam gerbong juga banyak penjual yang jualan beraneka macam barang dagangan.

Namun, seiring perbaikan yang dilakukan oleh pemangku kepentingan di dunia perkeretaapian maka seluruh kereta, baik yang di dalam kota maupun tujuan luar kota, ber-AC. Semua kelas, dari kelas ekonomi hingga kelas eksekutif untuk kereta jarak jauh, kita bisa menikmati kenyamanan dengan AC yang sejuk menenangkan hati.


Penumpang berdesakan hingga atap kereta. Suasana yang tak ada lagi sekarang. Tinggal kenangan. (Foto: Google - voaindonesia.com)



Filosofi Perubahan Hidup
Ada filosofi atau setidaknya makna yang saya catat dari kereta api, alat transportasi yang jadi andalan saya, baik itu di dalam kota maupun ketika saya mudik ke Jogja. Kereta api mengajarkan saya makna perubahan diri. Berubah dari yang tidak sempurna menjadi lebih sempurna. Dari yang semula ada kereta api ekonomi, baik tujuan jarak jauh maupun dalam kota, tanpa AC misalnya, sekarang kita bisa merasakan perubahan. Semua gerbong ber-AC, lebih bersih, tersusun rapi, sehingga saya bisa lebih nyaman naik kereta api tut tut tut...menuju tempat yang saya tuju.

Dibandingkan dengan bus, misalnya, kereta api jauh lebih cepat berbenah diri. Itu membawa makna bagi saya, untuk berubah kita membutuhkan waktu. Setiap waktu untuk berubah berbeda bagi masing-masing orang, masing-masing pribadi. Ada yang cepat, ada yang lambat. Perubahan yang relatif cepat dari kereta api dibandingkan dengan bus umum, misalnya, mengingatkan saya bahwa proses untuk perbaikan diri itu tidak sama satu dengan yang lainnya.

Cepat atau melambatkan diri adalah pilihan masing-masing orang!

Filosofi Perhentian Diri
Sehebat apa pun kereta api, yang bisa memaksa moda transportasi lain untuk berhenti jika kereta lewat, tetaplah ada kesadaran diri. Ada perhentian diri, ada saat-saat untuk berhenti meski jalannya sangat cepat. Itu diperlihatkan kereta api ketika harus berhenti di stasiun-stasiun tertentu kemudian berangkat lagi menuju tempat yang dikehendaki para penumpangnya.

Saya pun harus tahu diri. Meski banyak aktivitas harus dilakukan, meski banyak impian masih diperjuangkan, tetap ada saat-saat berhenti. Introspeksi. Merenung. Berdiam diri, berdoa, membersihkan hati yang penuh emosi, penuh letupan-letupan kekecewaan, atau pikiran buruk lainnya. 

Tanpa perhentian diri maka saya bisa menjadi pribadi yang penuh ambisi namun tak terkendali. Bisa juga menjadi pribadi yang amarah, tanpa pernah tahu cara meredam kemarahan. Bahkan, menjadi pribadi yang mudah stres karena cepat dan padatnya aktivitas yang harus dilakukan.

Seperti halnya kereta api yang punya perhentian diri di setiap stasiun sebelum bergerak lagi, maka demikian pula saya, harus pintar mengatur waktu, kapan saatnya berkarya, kapan saatnya beristirahat, kapan saatnya menyehatkan jiwa maupun raga, agar bisa menikmati hidup dengan lebih baik lagi.

Begitulah yang ingin saya tuliskan. Mengapa idenya muncul dari kereta api? Jawabannya mudah. Rumah saya sekarang ini dekat dengan stasiun kereta di pinggiran Jakarta. Setiap hari, saya mendengar suara kereta datang dan pergi, Jakarta-Bogor, dan sebaliknya, Bogor-Jakarta. Ada juga yang jurusan Tanah Abang, Duri, Angke, Jatinegara, dan Nambo. Saya hapal betul jurusan-jurusan lengkapnya karena saya suka naik kereta.


Filosofi pun mudah dituliskan karena rasa suka, rasa cinta kepada hidup, kepada lingkungan di sekitar kita.
wenzzForaLLShyesun.puchanona212
nona212 dan 48 lainnya memberi reputasi
49
6.1K
119
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.4KThread81.2KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.