• Beranda
  • ...
  • Sports
  • Membongkar Hilangnya Peran Striker Murni Di Sepakbola Modern

FootballStory
TS
FootballStory
Membongkar Hilangnya Peran Striker Murni Di Sepakbola Modern
Sudah menjadi rahasia umum disepakbola modern ini pemain dituntut memiliki skill multifungsi. Melirik ke beberapa tahun belakangan tim-tim top eropa mulai berevolusi dalam hal strategi penyerangan, mereka mulai mengesampingkan peran penyerang murni dari formasi tim. Sekalipun Barcelona yang disebut-sebut tim terbaik pada masa Guardiola, dengan menempatkan Messi, Villa, dan Pedro di lini depan, jelas tidak ada sosok targetman atau finisher diantara ketiganya.

Sebenarnya apa yang menyebabkan fenomena tersebut? Benarkah striker sudah tidak dibutuhkan? Atau memang kenyataannya tidak banyak penyerang murni yang layak mengisi lini depan tim? Mari kita diskusikan!.

Kita pernah menikmati peran yang dimainkan oleh Inzaghi, Bierhoff, Ronaldo da Lima, hingga Van Nistelrooy yang menjadi predator dalam sepakbola, peran mereka hanya satu dan tidak lebih yakni mencetak gol. Mereka menjadi striker pilihan utama tim tanpa perlu memiliki visi dalam mengumpan dan atribut lainnya yang tidak mereka perlukan. Bahkan Bierhoff bisa dikatakan kurang skill dalam melakukan dribble bahkan soal tendangan tidak lebih baik dari Bergkamp, namun jangan pernah meragukan dirinya soal menciptakan gol lewat sundulan dan akurasi sundulannya digadang² lebih akurat dibanding tendangan penyerang lain pada eranya.

Lain cerita dengan Inzaghi yang kurang memiliki tendangan akurat apalagi kencang, namun perkara finishing dan positioning nya mengacaukan pertahanan sekuat apapun, maka sebagai striker ia seringkali memanfaatkan bola rebound hasil tendangan rekannya yang bisa ia selesaikan berkat posisi dan finishing yang hebat miliknya.

Pemain bertipe target man seperti Nistelrooy sekarang sulit ditemukan. Kita ketahui akhir-akhir ini kita tidak lagi melihat pemain yang diplot menjadi target man. Kita tengok peran duet Rooney dan RVP di MU, keduanya memang memiliki finishing yang cukup mematikan, namun mereka kerap ditugaskan lebih dari sekedar mencetak gol, Rooney seringkali turun ke tengah bahkan ke belakang memperkokoh pertahanan hingga menginisiasi serangan, sedangkan RVP sering bermain melebar ke sayap (wide striker). Dari sini bisa diketahui Rooney dan RVP bukan sekedar pencetak gol, namun justru seringkali mereka harus turun untuk menjemput bola bahkan menjadi pengumpan.

Sekarang ini kita melihat yang menjadi lumbung gol bagi timnya, C.Ronaldo dan Messi. Dari dua nama pemain klaster 1 ini tidak ada yang merupakan striker murni. Baik Messi dan Ronaldo mereka main di sisi sayap, seiring kepindahannya ke Madrid, Ronaldo membuat para penikmat sepakbola lupa pada pos penyerang tengah, Benzema yang menjadi trisula bersama Ronaldo dan Bale namanya tak sesanjung Ronaldo, bahkan Higuain harus pergi ke Turin mencari tempat baru. Lain halnya dengan Gareth Bale, pemain asal Wales ini sekarang nyaman berperan sebagai winger, namun apa posisi Bale 10 tahun yang lalu? ialah seorang Bek kiri!.

Fenomena ini wajar terjadi di era sepakbola modern, banyaknya striker non target man ditempatkan di posisi penyerang, itu perlu dilkakukan para pelatih agar tim bermain dengan irama mobilitas tinggi, dimana pemain bisa saling bertukar posisi ditengah pertandingan sesuai situasi dan kondisi pertandingan. Pemain seperti Rooney, Bale, Messi, dan Ronaldo memiliki nilai plus karena perannya yang multifungsi dalam tim. Dengan memasang pemain² yang multifungsi, jelas tak memusingkan pelatih agar tidak miskin taktik untuk lawan yang akan dihadapi.

Inilah menurut ane yang menjadi salah satu alasan Ibra melempem di Barca dan Torres terlihat buruk di Chelsea

Ibra bukan seorang pengumpan, bukan playmaker lincah, apalagi untuk melakukan dribbling dengan cepat, ia seorang target man tulen dengan nalurinya dalam mencetak gol yang luar biasa. Namun ia bergabung dengan Barcelona dengan gaya tiki taka modern yang membutuhkan mobilitas lebih tinggi dan para pemain diwajibkan merotasi posisi demi laju bola lebih dinamis, Ibra wajar tampak tidak menyatu dengan tim dan seperti kebingungan di Barcelona yang sangat lincah dan para pemain yang sering rotasi posisi saat tiki taka berjalan. Berbeda cerita namun sejalan dengan Ibra, anjloknya performa Torres di Chelsea tidak bisa disalahkan karena pribadinya sendiri, saat bermain di Liveprool, Torres cuma punya satu tugas, yaitu berada di depan dan mencetak gol, disupport dari tengah oleh pemain kebanggaan Anfield ialah seorang Steven Gerrard berperan sebagai playmaker di belakangnya. Sedangkan di Chelsea, ia tidak disupport oleh playmaker sekelas Gerrard yang paham kemana Torres akan bergerak serta Torres dituntut untuk menjemput bola dari tengah atau dari belakang, bahkan melakukan penetrasi dari pos sayap yang bukan merupakan kemampuan dari Torres.

Apakah peran tersebut tidak lagi dibutuhkan dalam sepakbola? tentu tidak. Kita ambil contoh Chicarito di MU, striker Meksiko ini merupakan salah satu target man tulen. Chicarito masih menjadi salah satu pemain andalan di United pada masanya dengan catatan tidak menjadi starter secara permanen, pemain seperti Chicarito jelas dibutuhkan ketika tim mengalami kebuntuan. Saat RVP dan Rooney tidak dapat mencari jalan keluar, masuknya Chicarito kerap menjadi solusi. Disinilah salah satu letak niali lebih target man, mereka bisa leluasa mencetak gol saat keadaan tampak buntu asalkan bola berhasil mendekati mereka dengan pengertian dari sesama rekan tim, maka kemungkinan gol terjadi akan sangat besar. Itu salah satu sebab Chicarito disebut sebagai supersub terbaik milik MU pada masanya.

Peran False Nine yang "menggantikan" target man juga berimbas pada turnamen Euro 2012, dimana Del Bosque adalah aktor dibalik itu semua sekaligus mengantarkan La Furia Roja mengangkat piala tersebut 2x secara beruntun.

Del Bosque berhasil dalam penggunaan striker palsu alias false nine, salah satu korbannya adalah timnas Perancis. Les Blues dibuat bodoh oleh Spanyol pada perempatfinal Euro 2012. Fabregas yang diplot sebagai aktor utama striker palsu sukses membuat lini belakang Perancis bingung gak karuan harus menjaga siapa dan dimana.

Gol pertama diinisiasi dari aksi cerdas Iniesta yang memasok umpan kepada Alba. Bek kiri Barcelona itu adu sprint dengan Debuchy, yang membuat konsentrasi bek tengah Adil Rami dan Anthony Reveillere hanya terfokus pada pergerakan Fabregas. Kedua bek sentral itu lengah dengan pergerakan Xabi Alonso dari lapangan tengah. Melihat tanpa penjagaan, Alba kemudian mengirim umpan silang ke sisi kanan dimana Alonso yang dalam posisi bebas lalu menanduk bola yang mengacaukan jala Lloris.

False nine adalah fenomena di ajang Piala Eropa 2012, peran yang bisa mengantarkan Spanyol kembali menguasai Eropa 2x secara beruntun. Meski terkesan aneh dan alur yang membosankan, strategi dan peran ini menjadi panduan yang sudah sering diterapkan dalam sepakbola modern.

sumber gambar:pinterest

Bagaimana Pendapat Ente Tentang Hilangnya Peran Striker Murni? Diskusikan Dibawah!
emoticon-Cendol Ganemoticon-Rate 5 Star
eddiesangadjienona212tien212700
tien212700 dan 155 lainnya memberi reputasi
154
11.5K
167
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sports
Sports
icon
22.8KThread10.6KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.