Berada di antara jumlah kekerasan fisik dan kekerasan seksual terhadap wanita yang jumlahnya lumayan tinggi, aku berusaha untuk mencoba berpartisipasi dengan memberikan kepedulian. Karena bagaimanapun juga aku tidak ingin orang-orang terdekatku, yang aku sayangi dan aku kasihi mengalami hal menyakitkan seperti ini, dan aku tidak ingin menjadi pelaku kekerasan itu sendiri.

Untuk saat ini, tak banyak yang bisa aku lakukan. Bukan tugasku membuat Undang-Undang, bukan wewenangku memberikan hukuman, tapi bukan berarti aku diam. Yang bisa aku lakukan saat ini hanya sekedar sumbang saran. Didengar syukur, dicuekin juga tak mengapa. Saranku untukmu para kaum hawa ingatlah pesan nenek yang mewakili petuah jadulnya orangtua.

Adapun yang mereka sampaikan untuk kalian para wanita, khususnya yang sudah berumah tangga, agar kalian memperhatikan kembali urusan "Dapur, Sumur dan Kasur". Yes, aku hanya bisa mengingatkan dan menyarankan untuk kembalilah ke dapur, sumur dan kasur. Karena tidak bijak kiranya jika kita mengharapkan dan menuntut hak perlindungan keamanan dari kekerasan kepada orang lain, jika kita sendiri tidak melakukannya mulai dari kita. 

Boleh jadi nasihat ini dianggap  usang, ketinggalan zaman, terutama bagi kalian yang saat ini lebih cenderung berpihak akan kesetaraan gender dan menuntut persamaan hak antara wanita dan pria. Akan tetapi aku tak ingin kebablasan dengan pemikiran yang modern yang belum tentu baik walau aku dinilai udik. Jika berkenan, cobalah simak nilai-nilai yang terkandung dari nasihat tersebut (dapur, sumur dan kasur) 

Yang Pertama Dapur. Dapur adalah tempat para ibu-ibu melakukan kegiatan memasak. Bagiku dapur melambangkan sifat keibuan banget. Aku salahsatu anak dari kebanyakan anak lainnya yang selalu percaya bahwasanya masakan ibu adalah masakan yang paling enak. Dan aku selalu merindukan masakan ibu. 



Yang Kedua Sumur. Sumur adalah tempat sumber air berada. Sementara kita tau bahwa air adalah sumber kehidupan dimana kita membutuhkan air untuk minum, tentulah air yang bersih yang kita konsumsi. Selain untuk konsumsi, air sumur juga digunakan untuk mencuci pakaian. Air juga sumur juga dapat kita gunakan untuk mandi dan bahkan untuk bersuci. Dari situlah aku memaknai sumur sebagai lambang kehidupan dan kebersihan. 



Yang Ketiga Kasur. Kasur adalah tempat kita rebah melepas lelah. Tidur disaat kita membutuhkan istirahat setelah melakukan rutinitas sehari-hari. Selain itu kasur bisa juga dijadikan tempat untuk melakukan aktipitas selain tidur, membaca misalnya, atau ngaskus, atau apa sajalah. Terkhusus yang sudah berpasangan, biasanya kasur dijadikan tempat untuk memadu kasih sayang, berbagi keindahan, bahkan bercinta habis-habisan. Yang terakhir ini aku menyimpulkan bahwa kasur merupakan simbol dari pelayanan seorang istri kepada suaminya. 



Mungkin cuma itu yang bisa aku sampaikan. Lagilagi aku meyakini di zaman sekarang ini mana ada yang para wanita yang mau mendengar nasihat yang kayak begini, kalaupun ada, mungkin bisa dihitung dengan menggunakan jari. Namun aku tak mau menyerah menyuarakan nasihat orangtua ini kembali. 

Aku tak ingin memaksa kalian para wanita melakukannya. Silahkan saja kalian menutup telinga dan berlari mengejar keinginan dan cita-cita, silahkan saja tetap fokus dan meniti karier di tempat kerja serta berebut peran dan posisi di luar sana. Namun perlu diingat bahwa banyak kasus kekerasan terhadap wanita itu justru terjadi di tempat kerja. 

Menjadi wanita yang berprofesi menjadi ibu rumah tangga yang ahli dalam urusan dapur, sumur dan kasur tidak ada salahnya bukan? Cobalah, Bahkan profesi itu adalah profesi yang mulia karena bisa lebih dekat dengan suami dan anak, dekat juga dengan keluarga. Sulit untukku mempercayai seorang wanita yang bekerja bisa maksimal mendidik mencurahkan kasih sayang kepada anak-anaknya, pun aku sulit untuk percaya seorang wanita yang bekerja bisa melayani dengan baik kepada suaminya. Bagiku, wanita yang bekerja justru merupakan cikal bakal kekerasan terhadapnya bermula.