Sleipnir9
TS
Sleipnir9
Jokowi Ingin Kurva Kasus Corona Turun di Mei, Menurut Para Ahli Bisa!

Ilustrasi Corona di Indonesia (Edi Wahyono/detikcom)

Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan agar kurva kasus Corona di Indonesia turun pada Mei. Menurut pemodelan dari para ahli, keinginan Jokowi bisa tercapai asalkan semua mematuhi aturan physical distancing.

Ada beragam pemodelan matematis yang mendukung keinginan Presiden Jokowi. Pemodelan-pemodelan ini dihasilkan dari data perkembangan kasus Corona di Indonesia pada Maret dan April.

Bahkan pemodelan-pemodelan ini memperkirakan pandemi Corona di Indonesia akan berakhir pada Mei. Ada pula yang memperkirakan kasus Corona juga akan melambat pada bulan itu.

Berikut ini beberapa pemodelan tersebut:

Pandemi Corona Berakhir 29 Mei 2020

Pakar statistika dan alumni MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) memprediksi pandemi virus Corona di Indonesia bakal berakhir Mei 2020. Analisis ini mengembangkan dari pemodelan teori antrean.

"Dari hasil analisis, pandemi COVID-19 akan berakhir pada 29 Mei 2020 dengan minimum total penderita positif di sekitar 6.174 kasus. Dengan intervensi pemerintah yang berhasil dengan baik, total penderita Corona positif minimal di sekitar 6.200 di akhir pandemi pada akhir Mei 2020," kata guru besar statistika UGM Prof Dr.rer.nat Dedi Rosadi, SSi, MSc, dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom dari Humas UGM, Rabu (1/4/2020).

Pemodelan matematika ini dilakukan Dedi bersama Heribertus Joko dan Dr Fidelis I Diponegoro. Model yang dibuat dinamai model probabilistik yang berdasarkan data nyata atau probabilistik data-driven model (PDDM). Dengan model ini, diperkirakan penambahan maksimum total penderita virus Corona setiap harinya di sekitar minggu kedua April 2020, sekitar 7-11 April 2020.

"Penambahan lebih-kurang 740-800 pasien per 4 hari dan diperkirakan akan terus menurun setelahnya," jelas dosen FMIPA ini.

Mengacu pada data yang ada, pandemi Corona ini bakal berakhir sekitar 100 hari setelah 2 Maret 2020 atau sekitar 29 Mei 2020.

Dengan model ini, diprediksi pertengahan Mei 2020, penambahan total penderita sudah relatif kecil. Meski begitu, Dedi meminta warga tidak mudik Lebaran. Selain itu, menurutnya, kegiatan tarawih di masjid selama Ramadhan juga sebaiknya ditiadakan.

Dedi mengklaim, berdasarkan model PPDM, rata-rata eror kesalahan prediksi selama dua minggu terakhir hanyalah sebesar 1,5 persen. Setelah diujikan prediksi selama empat hari terakhir sejak Kamis (26/3) model ini ternyata sangat akurat, dengan eror yang dihasilkan selalu di bawah 1 persen.

"Eror maksimum sebesar 0,9 persen dan minimum 0,18 persen," ucapnya.

Pandemi Corona Lewati Masa Puncak Mei

Ada hitung-hitungan pemodelan lain yang mendukung keinginan Jokowi, yakni riset gabungan yang dibuat oleh pakar dari berbagai universitas dan tim SimcovID.

Ilmuwan yang terlibat dalam penelitian ini berasal dari ITB, Unpad, UGM, Essex and Khalifa University, University of Southern Denmark, Oxford University, ITS, Universitas Brawijaya, dan Universitas Nusa Cendana.

Peneliti membagi prediksi berdasarkan tiga level intervensi sebagai berikut:
1. Tanpa intervensi: Penyebaran virus dibiarkan tanpa penanganan.
2. Mitigasi (mulai 15 Maret 2020): Memperlambat penyebaran. 50 persen populasi diam di dalam tempatnya, 50 persen populasi bisa bepergian.
3. Supresi (jika mulai 12 April 2020): Menekan laju penyebaran. Karantina wilayah. Hanya mengizinkan 10 persen populasi yang bisa bepergian.

Untuk kasus Indonesia, pada saat itu belum masuk ke level supresi. "Indonesia cenderung mitigasi keras, belum supresi," kata Nuning Nuraini, peneliti matematika epidemiologi ITB yang ikut serta dalam riset ini, menjawab pertanyaan detikcom, Kamis (9/4/2020).

Namun, ketika memasuki level supresi, puncak Corona akan muncul pada akhir April hingga awal Mei 2020. Artinya, pertengahan Mei kasus Corona di Indonesia sudah mulai melambat alias angka kasus turun. Berikut ini rinciannya:

1. Tanpa intervensi
- Jumlah kematian: 2,6 juta
- durasi epidemi sejak intervensi: 4-5 bulan
- puncak kasus aktif: 55 juta (tengah Mei 2020)
- puncak kebutuhan ICU: 6 juta

2. Mitigasi (mulai 15 Maret 2020)
- Jumlah kematian: 1,2 juta
- durasi epidemi sejak intervensi: 10-13 bulan
- puncak kasus aktif: 5,5 juga (awal Juli 2020)
- puncak kebutuhan ICU: 600 ribu

3. Supresi (jika mulai 12 April 2020)
- Jumlah kematian: 120 ribu
- durasi epidemi sejak intervensi: 6-7 bulan
- puncak kasus aktif: 1,6 juta (akhir April-awal Mei 2020)
- puncak kebutuhan ICU: 180 ribu

Penelitian dengan draf bertanggal 6 April 2020 ini didasarkan pada data sampai 31 Maret 2020. Hasil pemodelan ini ketika itu belum melalui penelaahan sejawat (peer review).

Prediksi Mei Corona Melambat dari Para Pakar

Bukan hanya melalui model matematika, prediksi Corona turun atau bahkan berakhir di bulan Mei pun disampaikan oleh para pakar.

Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof Amin Soebandrio, sempat menyebut wabah Corona diperkirakan usai pada pertengahan April hingga Mei.

"Banyak yang membuat prediksi perjalanan wabah di Indonesia. Terus terang prediksi labnya agak sulit sekarang karena penyebabnya multifaktorial. Saya pribadi memprediksi puncaknya akan terjadi dalam waktu dua-tiga minggu ke depan.Setelah itu diharapkan jumlah kasusnya akan menurun. Pertengahan puasa, mungkin pertengahan April ke Mei akan mencapai puncak," ucapnya beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Prof dr Ascobat Gani, MPH, DrPH, guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), mengatakan akhir wabah Corona di Indonesia bergantung pada tingkat kepatuhan dan perilaku masyarakat. Ia memprediksi antara Mei dan Juni apabila didukung oleh perilaku masyarakat yang baik.

"Bergeser, tergantung perilaku masyarakat, yang dulu sudah bikin kan akhir April. Iya mungkin Mei, Juni, ya apalagi kalau mudik nanti bergeser lagi, ya kalau terus bergeser begitu beban kita, beban pelayanan kesehatan nggak sanggup, tenaga kesehatan juga sudah banyak yang jadi korban, ya kan," ungkapnya.

Berdasarkan dari pemodelan dan prediksi tersebut, permintaan Jokowi agar kasus Corona kurvanya turun (flat) di bulan Mei bukanlah harapan kosong. Harapan ini bisa terjadi jika masyarakat patuh pada aturan physical distancing dan anjuran tetap di rumah selama pandemi.

Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta jajarannya fokus terkait penanganan virus Corona (COVID-19). Jokowi ingin pada Mei ini kurva kasus positif Corona di Indonesia sudah menurun.

"Target kita di bulan Mei ini harus betul-betul tercapai sesuai dengan target yang kita berikan, yaitu kurvanya sudah harus turun. Dan masuk pada posisi sedang di Juni, di bulan Juli harus masuk posisi ringan. Dengan cara apa pun," kata Jokowi saat membuka rapat kabinet paripurna seperti disiarkan akun YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (6/5/2020).

Jokowi mengatakan upaya tersebut harus dilakukan semua pihak. Bukan hanya pemerintah, Jokowi juga ingin masyarakat ikut terlibat dalam penanganan Corona.

sumber
onikmakolafatqurr
fatqurr dan 27 lainnya memberi reputasi
28
1.2K
34
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.2KThread39.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.