spidermangalauAvatar border
TS
spidermangalau
Terimakasih Tante Yun telah Menolong Ibu di Masa Sulitnya



Kisah ini juga terjadi pada bulan ramadhan tapi 2 tahun yang silam. Saat itu, kondisi perekonomian kami sedang terpuruk. Rasa-rasanya, hampir tak bisa memenuhi kebutuhan perut.

Ibu menangis diam-diam dalam balutan mukenahnya di kamar tapi saya mengetahuinya karena pintu kamar ibu terbuka sedikit. Samar-samar, terdengar ia berdoa lirih, merayu Allah.

Saya tahu pasti bahwa ibu sedang berdoa agar diberikan jalan supaya kami bisa melewati masa sulit kami. Ibu khawatir karena uangnya sudah hampir habis.

Padahal, kebutuhan sehari-hari harus segera dipenuhi, terutama iuran bulanan, seperti bayar air, listrik dan juga kreditan motor yang setia menemaninya dalam mencari nafkah.

Ibu adalah seorang pedagang pakaian keliling. Ia menawarkan dagangannya kepada para pedagang lain yang juga mencari nafkah di pasar.


Sistem dagang ibu adalah ia menawarkan baju-baju butik, seperti baju gamis, kebaya atau pakaian untuk bepergian. Baju-baju tersebut dibawanya dari butik milik temannya.

Jadi, ibu membayar beberapa persen dari total harga baju yang dibawanya. Nanti, setelah ada penjualan, barulah ia membayar lunas. Ada yang membeli cash, ada pula dengan sistem kredit.

Jika ada yang mengambil baju dengan sistem kredit maka ibu diberi tempo oleh si pemilik barang untuk membayar. Masalahnya, kadang, ada saja orang yang tak melunasi kredit pada ibu sesuai kesepakatan.

Jika sudah begitu, pemilik barang tak mau tahu, ibu harus membayar lunas sesuai kesepakatan awal. Terpaksa, ibu menggunakan uang yang sebenarnya diperuntukkan sebagai modal dalam mengambil barang baru untuk melunasi barang lama.

Belum lagi, ibu terkadang sakit sehingga ia terpaksa libur mencari nafkah. Ia bisa libur 2-3 hari atau bahkan lebih, tergantung sakitnya. Maklum saja, ibu menawarkan dagangannya dengan cara berkeliling di area pasar yang luas dengan berjalan kaki.

Sebab, memang begitulah caranya, harus menyusuri dan menawarkannya sambil berjalan kaki. Baju-baju dipajangnya di bahu kiri dan kanan, sementara tangannya membawa kresek besar yang juga berisi baju. Wajar saja kalau beliau kadang sakit karena ia kecapaian.

Saya ingin sekali membantu tapi saat itu saya sedang sakit yang menyebabkan saya tidak bisa bekerja sehingga saya hanya dapat mencari uang dengan berjualan online tapi hasilnya jauh dari kata cukup.

Kondisi yang demikian, akhirnya, membuat ibu tak dapat mengambil barang baru lagi karena hutangnya pada pemilik barang sudah terlampau banyak sehingga sang pemilik tak mau memberikan barang baru sebelum ibu membayar hutang sebelumnya.

Ibu pun tak dapat berdagang lagi. Sementara, bulan ramadhan saat itu sudah di depan mata dan setelahnya lebaran. Kami berdua hanya bisa pasrah dengan kondisi itu.

Menjelang sahur pertama, ada tetangga kami yang satu keluarga besar membakar ayam bersama-sama di luar rumah. Harumnya tercium sampai ke dalam rumah kami.


Ingin sekali rasanya ikut mencicipi tapi malu hati mau meminta. Kami pun menjalani sahur pertama dengan lauk seadanya tapi kami tetap bersyukur masih bisa makan.

Entah di puasa ke berapa, yang jelas masih di awal-awal puasa. Ibu mengusir jenuh dengan berkunjung ke rumah temannya. Saat itulah, ia diperkenalkan dengan keponakan dari temannya itu, namanya Tante Yun.

Kata ibu, Tante Yun termasuk orang berada karena rumahnya bagus. Tante Yun seorang ibu muda dengan 1 anak. Ia memiliki banyak baju secondyang mahal-mahal dan bagus-bagus.

Ia mempersilakan ibu untuk membawa baju-baju tersebut dahulu tanpa perlu membayar sepeserpun. Nanti, jika sudah terjual, barulah ibu bisa membayar.

Tak hanya itu, tante Yun juga memberi ibu uang sejumlah 200ribu untuk ibu membeli makanan berbuka puasa dan sisanya bisa jadi modal ibu berdagang nanti kalau-kalau perlu biaya operasional.

Sepulangnya ibu dari rumah tante Yun, saya menyambutnya dan takjub karena ibu membawa makanan berbuka yang enak-enak, diantaranya ada makanan kesukaan saya.

Saya sempat heran, dari mana ibu punya uang untuk membeli makanan. Awalnya, saya mengira ibu dapat uang pinjaman. Barulah, ibu menceritakan semuanya dengan penuh rasa bahagia.

Kami tak henti mengucap syukur pada Allah. Seolah, tante Yun adalah malaikat tak bersayap yang dikirim oleh Allah untuk membantu kami. Di saat tiada orang yang sudi menolong, orang yang baru dikenal justru mengulurkan tangannya.

Tak menunggu lama, esoknya, ibu langsung berdagang lagi di pasar. Alhamdulillah, karena menjelang lebaran, ada saja yang membeli atau mengkredit baju ibu.

Uang penjualannya sebagian ditabung oleh ibu untuk membeli ayam dan ketupat lebaran. Alhamdulillah, bantuan tante Yun telah mengubah kondisi kami yang sulit menjadi lega.

Ibu jadi bisa membeli kebutuhan sehari-hari bahkan kami jadi bisa merayakan idul fitri seperti umat muslim lainnya. Sampai sekarang, saya selalu bersyukur tiap kali mengingat kebaikan tante Yun.

Saya berdoa, semoga ia dan keluarganya selalu bahagia, sehat wal'afiat, banyak rejeki dan disayangi semua orang di sekitarnya, aamiin ya Allah.

Hal tersebut membuat saya belajar bahwa menolong itu bisa pada siapa saja. Bukan pada orang yang sudah lama dikenal saja tapi juga kepada orang yang baru dikenal, terutama saat kita tahu bahwa orang itu benar-benar butuh ditolong.

Bisa saja, pertolongan kecil kita mengubah masa depan seseorang jadi lebih baik. Saya dan terutama ibu saya, saat ada orang yang kesusahan, kami akan berusaha membantu sebisa kami.

Memang bukan hal besar karena kondisi kami juga ibaratnya masih pas-pasan. Kami berdoa, semoga kami punya banyak rejeki agar bisa menolong lebih banyak orang yang sedang kesusahan, aamiin.

Yang jelas, kesulitan di masa itu juga membuat saya jadi seseorang yang lebih peka pada orang-orang sekitar saya yang kesusahan. Kalau dulu, ibaratnya saya lebih memikirkan diri sendiri (faktor usia saya yang masih muda juga).

Sekarang, asal cukup di saya maka saya akan berbagi pada orang lain. Sebab ingat bagaimana susahnya mau makan sehingga saya gak mau lagi buang-buang makanan.

Misalnya saja, ketika saya punya kue atau sayuran. Saya tahu, kalau makanan saya sudah lebih dari dua hari, saya gak akan mau memakannya lagi.

Oleh karena itu, ketimbang dibuang, saya lebih pilih membagi ke tetangga dalam kondisi makanan masih baru. Selain bisa menyenangkan hati tetangga, saya jadi terhindar dari perilaku mubazir.

Lalu, saat keluarga saya mengadakan acara bakar-bakaran, seperti bakar ayam, jagung, sate, saya akan membaginya pada tetangga. Jangan sampai mereka hanya kebagian asapnya saja. Lagi pula, tak ada ruginya berbagi pada orang lain, kan!



Nah, itulah dia kisah saya. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi semuanya untuk berbuat baik dengan menolong sesama.



Jangan lupa add pertemanan

emoticon-Shakehand2

dan cendol

emoticon-Blue Guy Cendol (L)


Sampai Jumpa

emoticon-Hai



Sumber : Pengalaman Saya
Foto : Tercantum


Spoiler for Bukti SS berbagi cendol:


Spoiler for Ss Bukti Isi Form COC Ramadhan 2020:
denbagoes01
pakolihakbar
aldysadi
aldysadi dan 17 lainnya memberi reputasi
18
833
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.