hannyhariniAvatar border
TS
hannyharini
[COC_Event Dua Hati] Asaku yang Tidak Lagi Memiliki Asa



Mengingatnya kembali berarti menghadirkan luka yang sudah sekian lama kupendam dan berusaha kusembuhkan. Mengenangnya berarti mengalirkan kembali air mata pedih yang sudah sekian lama kuusahakan mengering. Dia yang selalu kusayang namun tidak pernah bisa kusandingkan. Dia yang kutahu menyayangiku namun tak bisa merengkuhku, hingga akhirnya harus terpisah oleh maut.



Dia, bernama Asa, sosok cinta monyet sewaktu SMA. Aku dan dia tidak pernah berpacaran. Aku selalu kesal dia tidak pernah 'nembak' aku ketika itu. Namun, pada akhirnya kutahu alasan dia tidak menjadikanku kekasih. Pada akhirnya dia mengungkapkan bahwa dia tidak ‘nembak’ aku karena dia tahu aku dengannya saling sayang tapi tidak akan bisa bersatu karena perbedaan keyakinan.

Kami bersahabat sangat dekat saat SMA. Awal pertemuan kami adalah ketika sama-sama satu ekstrakulikuler yakni Tae Kwon Do. Pertama kali bertemu, kupikir dia adalah seniorku, mengingat dirinya sudah memiliki sabuk biru sementara anak kelas 1 lainnya masih bersabuk putih. Sejak saat itu, kami semakin akrab. Semakin lama dirinya semakin menunjukan perhatian lebih padaku. Aku mengaguminya dan sudah mulai bergantung pada kehadirannya. Setiap jam istirahat, pulang, jam kosong, aku selalu mencarinya.

Asa yang pintar olahraga dan bermain gitar itu, semakin membuatku bangga menjadi sahabatnya. Apalagi perhatiannya di setiap hari-hari istimewaku. Kami juga memiliki buku curhat yang hingga detik ini masih kusimpan rapih di kotak plastik bersama semua benda-benda kenanganku bersamanya.

Hubungan baik kami terus berlanjut hingga dewasa. Ketika aku sudah mulai memiliki kekasih, aku tetap berhubungan baik dengannya. Aku selalu bercerita tentang apapun kepadanya hingga akhirnya dirinya mulai mengungkapkan perasaannya padaku ketika kami sama-sama memiliki pasangan. Kami menjalani hubungan backstreet.

Di usiaku yang ke 24, aku dipinang oleh seniorku semasa kuliah, dari situ aku semakin galau apalagi ketika dia menawarkan untuk pindah satu keyakinan denganku. Aku sangat ingin menyetujui niatnya itu namun ada rasa dilema yang begitu bergemuruh di dalam dadaku.

“Apa kamu yakin melepas oksigen yang selama ini telah kamu hirup dari sejak kamu lahir ke dunia hanya demi aku?” Aku ingat sekali perkataan yang kulontarkan padanya ketika itu. Bagiku, sebuah agama sama dengan oksigen yang kita hirup. Aku tidak mau dia berpindah agama hanya demi aku.

Hari lamaranku akhirnya tiba, aku benar-benar harus mengucapkan kata perpisahan dengannya. Malam sebelum hari lamaranku, dia datang menemuiku untuk memberikan ucapan selamat sekaligus kata perpisahan. Aku yang sebenarnya tidak mau melepasnya, merasa berat dengan pertemuan kami pada malam itu. Perpisahan yang mengharu biru yang tidak pernah akan kulupa selamanya. Terlebih lagi dengan kecupannya padaku untuk pertama dan terakhir kalinya…



Hubungan kami masih tetap baik bahkan setelah aku menikah dan hamil. Dia yang luar biasa legowo melepasku, memilih untuk tetap memperhatikanku sebagai sahabat dan kakak. Asa juga mengenalkanku pada kekasihnya yang seagama dengannya. Dia sudah memiliki pendamping. Aku sungguh sangat lega mendengarnya. Aku kenal dengan pacarnya dan kami juga berteman akrab. Asa, Nona (kekasih Asa), aku, dan suamiku, kami berkenalan baik. Berkali-kali aku meminta Nona untuk memperhatikan Asa, aku sering bercengkrama dengan Nona juga meskipun lewat sosial media.

Ketika aku kontraksi melahirkan pun aku kerap menelpon dia sekedar mengeluhkan rasa sakit akibat kontraksi. Dia hanya mendengarkanku ngoceh tidak jelas. Ah, dia memang selalu ada saat aku butuh untuk mengeluh.


Gambar: komen pada video youtube channel Andmesh

Selang satu tahun, kami tetiba hilang kontak. Aku hanya berpikir barangkali dia sibuk kerja. Akupun juga sibuk dengan peran baruku sebagi ibu. Hingga pada kehamilanku yang kedua aku menerima telepon dari nomor asing.

“Han, ini aku.”

Suara yang sudah sangat kukenal ternyata benar adanya. Asa kembali hadir menyapaku. Namun, tidak dengan kabar baik kali itu. Asa menelpon dari bangsal rumah sakit. Dia meminta doaku karena harus operasi besok harinya. Telepon kami terputus seketika. Lalu, dia menyambung dengan whatsappmengatakan bahwa dia tidak kuat untuk bicara. Ketika kutanya sakit apa dia jawabannya sangat mengejutkanku.

[Aku mau dioperasi, pembuluh darah otak]

Aku shock bukan main membaca kalimat pada pesan itu. Sampai ketika Nona memberitakan sendiri padaku, kupikir dia hanya main-main dan melebih-lebihkan. Bodohnya aku tidak segera menanyakan lokasi dimana dia dirawat.

Aku masih linglung dan mencoba meyakinkanku Asa tidak memiliki sakit seperti itu. hingga suatu hari saat aku sedang dalam perjalanan pulang dari kerja, Nona memberikan kabar Asa telah kembali keharibaan-Nya. Di atas angkutan umum, di perjalananku menuju ke rumah, aku bagai orang linglung. Mau nangis tidak bisa, mau bengong tidak bisa, aku gamang tidak nyambung dengan omongan Nona.

Nona berulangkali meyakinkanku bahwa aku baik-baik saja. Nona tahu sejarah hubungan kami berdua tapi dia juga tahu kami tidak akan pernah bisa bersama. Aku hubungi suamiku mengabarkan kematian Asa. Suamiku juga berbuat hal yang sama dengan yang Nona lakukan, menenangkan dan memastikan aku baik-baik saja.



Hingga kini, penyesalanku yang mendalam adalah ketika aku tidak langsung mencari tahu tempat dia dirawat, padahal kuyakin dia waktu itu menghubungiku pasti ingin bertemu denganku untuk terakhir kalinya.

Sumber Gambar: google.com
Diubah oleh hannyharini 23-04-2020 22:39
nona212
ekapabettai
riwidy
riwidy dan 70 lainnya memberi reputasi
71
2.1K
67
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.