evihan92Avatar border
TS
evihan92
Cinta Pertamaku


Dia tampan, bertubuh tinggi langsing dan berkulit terang. Rambutnya lurus dengan potongan yang rapi. Namanya Irfan.

Aku mengenalnya saat liburan sekolah. Memang, setiap libur kenaikan kelas, aku selalu berlibur di desa kelahiran Ayah.

Aku melihatnya pertama kali di lapangan voli, saat dia sedang bertanding. Keren, permainannya sangat bagus. Smash dan blocking-nya selalu tepat. Tak heran, timnya menjadi juara di pertandingan antar kampung kami. Bahkan tim sepupuku yang kuat pun kalah.



Seusai pertandingan, kami pulang berombongan. Dia ada di antara kami. Ternyata, rumahnya searah dengan rumah Budhe--kakak Ayah--tempat aku menginap selama liburan sekolah.

Saat itulah aku tahu, dia berteman baik dengan sepupuku, anak Budhe. Kami pun berkenalan.

Sejak itu, bila ada pertandingan voli di kampung, aku selalu menyempatkan diri untuk hadir. Untuk sekedar melihatnya, tentu saja. Entahlah, aku sudah terpesona sejak pertemuan pertama.


Foto hanya ilustrasi

Akhirnya, kami menjadi akrab. Dari yang semula aku ke mana-mana selalu bersama sepupu, kini kadang hanya berdua saja dengannya.

Aku bahkan pernah diajak ke rumahnya. Senang sekali rasanya. Ya, walaupun hanya berteman, tetapi aku merasa spesial, karena sebelumnya dia tidak pernah mengajak teman perempuan ke rumah.

***

Saat kembali ke sekolah, aku selalu teringat padanya. Aku selalu rindu padanya. Semua kebersamaan kami kutulis di buku harian, lengkap dengan harapan untuk bertemu lagi dengannya.

Akhirnya, liburan sekolah tahun berikutnya pun tiba. Kami kembali bertemu. Kembali bersama bermain ke mana saja. Bukankah liburan memang waktu untuk bersenang-senang?

Namun, belakangan aku mendengar bahwa orang tuanya tidak menyetujui kami berdua terlalu akrab.

"Jangan main-main dengan Ani, dia masih kecil," kata sepupuku menirukan orang tua Irfan.

Aku tak habis pikir, mengapa tidak boleh? Aku memang masih SMA, sedangkan dia sudah kuliah. Akan tetapi, bukan berarti aku masih anak kecil, 'kan?

Entahlah, apakah itu yang menjadikan kami hanya sebatas berteman. Meskipun kami ke mana-mana berdua, dia tidak pernah mengucapkan kata-kata yang menjurus pada hubungan spesial antara laki-laki dan perempuan.

Aku hanya merasakan dia penuh perhatian dan pengertian padaku. Bahkan, banyak orang mengira kami berdua pacaran. Namun, selama dia tidak menegaskan hubungan kami, aku pun tak berani berharap banyak.

Hingga di tahun berikutnya, saat duduk di kelas akhir SMA, aku mendapat kabar itu. Dia telah menyunting seorang gadis, yang direstui oleh orang tuanya.

Aku menangis, sekaligus bersyukur. Menangis, karena harapanku untuk bersamanya musnah. Bersyukur, karena tidak harus berlama-lama memendam perasaan padanya. Setelah jelas dia menjadi milik orang lain, aku harus bisa melupakannya.

Bagaimanapun, aku punya masa depan yang harus diperjuangkan. Cita-cita tak boleh kandas hanya karena patah hati. Aku yakin, di masa depan, akan ada seseorang yang tepat untukku.


Foto : dari sini dan sini
hugomaran
NadarNadz
nona212
nona212 dan 63 lainnya memberi reputasi
64
3.4K
102
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.