masnukho
TS
masnukho 
Hanya Jodoh Dalam Bayangan, Aku Pungguk Merindu Bulan!

"Pungguk Merindukan Bulan, Kang Santri Tinggi Khayalan"




Quote:


Sedikit bait puisi yang menggambarkan rasa hati. Rasa yang hancur karena ditinggalkan orang yang dicintai!
Ditolak kah aku?
Tidak, dia juga mencintaiku.
Lantas kenapa?
Nasibku yang berbeda, dia anak Kyai
Sedangkan aku hanya anak seorang petani dan santri.

Sebenarnya kisah ini ingin kupendam dalam-dalam, karena membukanya kembali sama halnya dengan membuka luka lama.
Namun apalah daya, aku hanya manusia biasa yang kadang juga ingin bersuara.

Kisah ini terjadi sekitar 6tahun yang lalu, dimana aku masih menjadi salah seorang santri di salah satu Pondok di Lampung.
Santri dari pelosok desa yang datang ke pondok untuk mencari ilmu tentunya!

Kehidupanku di pondok tentu hampir sama dengan santri-santri yang lain, mengaji, hapalan, dan mengabdi.
Namun ada satu kisah yang membuatku lebih istimewa dibandingkan dengan santri lain. Aku mencintai anak pemilik pondok dan diapun juga mencintaiku!

Sebut saja dia Ning Asna, putri seorang Kyai yang lumayan tersohor namanya.
Berparas cantik, hidung mancung, kulit putih dan tidak terlalu tinggi.
Sangat sesuai dengan kriteria calon istri idamanku!

Tentu perasaan cinta itu tidak datang secara tiba-tiba, siapalah aku bisa sampai mengenal anak kyai jika bukan takdir Illahi.

Awal kenal dengan Ning Asna itu saat aku mendapatkan tugas sebagai salah satu panitia pengajian akbar. Pengajian yang biasa diadakan setiap satu tahun sekali di pondok.
Aku mendapatkan tugas untuk melayani tamu ndalem (tamu khusus para Kyai) menyiapkan makan dan kamar, dan dari situlah kenal Ning Asna.

Jujur awalnya takut melihat Ning Asna, bukan karena galak tapi karena anaknya Abah Yai (panggilan untuk pemilik pondok).
Tapi karena terpaksa waktu itu aku memberanikan diri untuk mengenalnya, meskipun hanya sekedar menyapa sampai surat-suratan.
Ya surat-suratan, karena memang di Pondok tidak boleh bawa handphone.

Mengirim surat untuk Neng Asna tentu bukan hal sulit buatku, karena di pondok kenalanku banyak. Bahkan abdi ndalem yang biasa menemani Neng Asna pun juga sahabatku.

Surat pertama kutulis sebagai bentuk keberanian untuk perkenalan, dan Alhamdulillah direspon baik olehnya.
Dia membalas dengan singkat, sekedar perkenalan biasa.
Setelah datang surat balasan tidak kusia-siakan kesempatan, kutuliskan lagi surat kedua berupa syair-syair indah ciptaanku sendiri. "Sang Pujangga dari sudut kota mati."julukanku karena kisah cinta ini!

Ternyata Ning Asna juga mempunyai kemampuan untuk merangkai diksi yang membuatku meleleh tak berdaya.
Surat-menyurat berbalas syairpun terus berlanjut, sampai entah ke surat yang ke berapa kuberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku.

Kutekatkan untuk mengungkapkan perasaan cinta di hati yang sudah membeban sejak mengenalnya.
Kutulis sangat rapih, kutambahkan pemanis, berupa diksi dari perbatasan surga. Dengab harapan saat dia membaca surat akan muncul rasa cinta yang sama seperti yang kuungkapkan.

Ya, dia menerimaku sebagai kekasihnya.
Kekasih yang hanya sebuah ikatan, karena untuk bertemu kami terhalang dinding pondok yang tinggi dan peraturan yang menali.


Sumber gambar: di sini


Surat-suratan bukan berarti lamaran, apa lagi nikahan!
Itu kalimat yang sangat menggambarkan apa yang aku alami dan rasakan.

Cinta yang semula kuanggap indah dan akan berujung bahagia, ternyata hanya khayalan.
Memang waktu itu masih terlalu muda untuk membahas pernikahan, tapi dibayangan sudah ada harapan bisa ke arah sana.
Tapi ternyata cintaku tak semulus jalan tol Sumatera, melainkan berlikubdan berlubang hancur seperti jalan desa.

Neng Asna dijodohkan!
Pertama mendengar kabar itu, runtuh sudah perasaan. Baru kali itu aku merasakan cinta yang benar-benar cinta, tapi siapa sangka malah menciptakan luka.

Apakah ada percakapan antara aku dan Neng Asna?
Iya, ada!
Cuma sekejap, tanpa kata dari Neng Asna. Dia sibuk menunduk, entah menahan perasaan atau memang senang dijodohkan.
Hanya aku yang berbicara, sebisa dan semampuku.
Setelah itu, sudah kulupakan.
Dia menikah dengan anak dari teman Abahnya beberapa pekan kemudian.

Coba bayangkan, betapa sakitnya perasaan!
Sudah berusaha kulupakan, tapi tak semudah membuat candi dengan cetakan.
Ingin sebenarnya tertawa, betapa bodohnya aku yang mencintai seseorang tanpa melihat latar belakang.

Sekarang, aku lebih menjaga perasaan.
Tak ingin lagi aku mengulang kisah yang sama!
Akan kuperjuangkan seseorang yang benar-benar kucinta, sampai mati dan menutup mata.

Maaf, Esti Cahyaning Purwanti
Ini hanya masa lalu!
Masa depanku Inshaa Allah kamu.
Diubah oleh masnukho 20-04-2020 12:11
infinitesoulNadarNadznona212
nona212 dan 135 lainnya memberi reputasi
136
5.4K
130
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.