Skenario Buruk “ Covid-19 War ”, Bagaimana Solusinya ?

Beranda

...

Citizen Journalism
Skenario Buruk “ Covid-19 War ”, Bagaimana Solusinya ?

Mursiding

03-04-2020 11:37

Skenario Buruk “ Covid-19 War ”, Bagaimana Solusinya ?

Coba kita simulasi pandemic perang lawan corona yang sedang berlangsung ini secara perhitungan sederhana dengan melihat apa yang menjadi pilihan para pemangku kebijakan. Perang dengan pandemic covid ini tidak bisa hanya dengan memakai 2 orang saja, Menkosurus dan Mega Bintang urusan uang, sekali lagi tidak bisa. Ditambah pak Polisi dan pak Presiden yang sudah pontang-panting, kasihan kerjanya, kasihan mereka, sedih saya melihatnya.

Saya bertanya-tanya, kemana yang lainnya ? Menteri-Menteri kemana ? bidang ekonomi kemana ? lingkungan hidup, pariwisata, BUMN, kemana ? ini sedang perang loh ya. Kampanye stay at home nya masih kurang massif terutama ke daerah-daerah.

Secara text book buku tradisional didalam berperang, kita harus kenal musuh kita luar dalam. Kenali markasnya, kenali perilakunya, kenali senjatanya, kenali strateginya, kenali cara menyerangnya. Kita semua tahu bahwa obat itu penyembuh casualties bagi korban perang. Saat ini, obat sudah mulai tersedia, namun perangnya masih belum bisa dimenangkan apalagi dihentikan. Cara perangnya nampaknya ada yang kurang pas. Tidak seperti ini harusnya, kok belum sadar-sadar.

Di Jakarta, tanggal 2 Maret, ada 2 orang terpapar, akhir maret meningkat tajam menjadi 800-an. Dalam bahasa biological warfare, namanya first wafe. Lalu kemudian menyebar ke berbagai provinsi. Kita lihat diawal bulan april ini, di berbagai provinsi ada laporan terpapar covid, ada yang 6, ada yang 25, ada yang 2. Lalu apa strategi masing-masing daerah di bulan maret kemarin menentukan apa yang akan terjadi di akhir bulan april ?

Strategi stay at home sudah dicanangkan, namun 30% populasi masih bertebaran, bahkan ada provinsi yang sampai akhir maret baru 40% yang stay at home, karena berbagai alas an dan pastinya alasan terbanyak adalah “Cari Makan”. Nah, akankah akhir april selesai covid bisa turun sehingga akhir mei darurat corona sudah kita menangkan ? atau sebaliknya kenyataan lain terjadi.

Katakana tidak seperti Jakarta, dari 2 jadi 800 dalam 1 bulan. Daerah lain mungkinkah di bula april ini dari 2 menjadi 200, dikali 20 provinsi saja itu sudah 4000 dan Jakarta dari 800 jadi berapa ? 2000 ? diakhir april ? Terpapar Nasional menjadi 6000 diakhir april, mungkinkah ? gak enak jadinya jika analisa awal maret jadi kenyataan, covid 5000 di Indonesia bisa tercapai. Hanya karena melihat longgarnya masyarakat bergerak. Dan kalau benar terjadi 5000-an, itulah the second wafe-nya, dengan perhitungan menggunakan skenario terburuk.

Mei kita mulai Puasa, mungkin Stay at Home bisa lebih taat hingga tinggal 5-10% yang bergerak diluaran. Mungkin disini lebih bisa mengendalikan. Ini bleesing in disguise, wajib kita syukuri. Berapa kira-kira yang terpapar hingga akhir Mei ? masih naik kah trendnya yang terpapar ? naik kah trend yang sembuh di akhir mei ? saya percaya, menurun.

Kalau menurun di akhir mei maka ini tanda menang, selama sekali lagi ditekankan, kita stay at home. Jadi lihat akhir bulan Juni, naiknya sedikit dan yang sembuh meningkat, lalu bulan juli akhir turun yang terpapar dan yang sembuh semakin banyak. Selama sekali lagi syaratnya kita masih stay at home.

Di agustus patah, yang sembuh sudah melewati yang terpapar, ini artinya kita menang, dan hingga agustus akhir kita masih stay at home. September kita mulai keluar bertahap. April-Agustus, 5bula, dan karena sebagian dari kita banyak yang sudah mulai dari maret stay at home nya.

Tapi jujur, ini bisa gila., asli gila. Bukan kesehatan fisik yang terpuruk, kejiwaan bisa berat. Kesehatan kantong ? nggak jelas, asli nggak jelas. Tapi ya, lupakan urusan kantong dulu, survival modedulu lah atas nama kemanusiaan, huuufffff. Inilah simulasi kalau kita masih pakai strategi perang melawan pandemic corona dengan cara longgar seperti sekarang. Ohh Gusti Allah.