kinonotabiAvatar border
TS
kinonotabi
Seluk Beluk PCR, Tes yang Disebut Lebih Akurat Deteksi Corona
Seluk Beluk PCR, Tes yang Disebut Lebih Akurat Deteksi Corona
CNN Indonesia | Selasa, 31/03/2020 10:39 WIB
Ilustrasi: PCR, kependekan dari Polymerase Chain Reaction belakangan mengemuka sebagai metode yang diusulkan untuk mempercepat deteksi corona. (Foto: ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)

Jakarta, CNN Indonesia -- Metode PCR belakangan mengemuka di tengah rapid test pemeriksaan virus corona. PCR merupakan kependekan dari Polymerase Chain Reaction. Para ahli dan dokter menyarankan pemerintah mendeteksi virus penyebab Covid-19 menggunakan rapid moleculer test berbasis PCR, ketimbang metode serologi.

Para pakar menilai, PCR lebih akurat dibanding metode serologi yang kini digunakan dalam rapid test massal virus corona.

Apa itu PCR?

Melansir dari Livescience, tes PCR bekerja dengan mendeteksi bahan genetik spesifik di dalam virus. Bahan genetik tergantung dari jenis PCR yang ada.

Petugas kesehatan akan mengambil sampel air liur, menyeka bagian belakang tenggorokan, sampel cairan dari saluran pernapasan bawah atau sampel tinja untuk proses tersebut.

Saat sampel sudah di laboratorium, peneliti mengekstrak asam nukleat (DNA dan RNA) yang menyimpan genom virus. Peneliti dapat memperkuat daerah genom dengan menggunakan teknik reaksi berantai transkripsi polimerase terbalik (reverse transcription polymerase chain reaction). Sampel jadi besar, memiliki salinan dan bisa mereka bandingkan dengan virus corona.

Virus corona baru memiliki hampir 30 ribu nukleotida (blok bangunan DNA dan RNA). Sebagai contoh, tes PCR yang dikembangkan Fakultas Kedokteran University of Washington hanya menargetkan 100 nukleotida yang spesifik untuk virus corona.

100 nukleotida termasuk dua gen dalam genom virus corona. Sampel dianggap positif jika ditemukan dua gen ini.

Deteksi Orang yang Tanpa Gejala

Di sisi lain, Andrew Preston dari Bath University mengatakan PCR sangat efektif mendeteksi virus. Namun keampuhannya tergantung dari seberapa baik petugas kesehatan mengambil sampel dari pasien.

"Jika virus tidak diambil pada swab, hasilnya akan negatif. Jadi seberapa efektif swab diambil dan jumlah virus yang ada di lokasi pengambilan sampel akan menentukan apakah virus terdeteksi dari orang yang terinfeksi," kata Preston mengutip dari Guardian.

Serupa diutarakan organisasi profesi dan lembaga penelitian. Perhimpunan Dokter Spesialis Pau Indonesia (PDPI), Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan, Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (AIMI) sebelumnya secara terpisah mengutarakan usulan agar pemerintah menggunakan metode PCR.

Rapid moleculer test berbasis PCR dinilai lebih akurat lantaran bisa mendeteksi virus bahkan pada orang dengan gejala ringan atau tanpa gejala. Kepastian dan keakuratan hasil tes ini akan menentukan penanganan terhadap pasien.

"Dengan melakukan tes cepat (rapid test) berbasis PCR dengan sampel hasil swab sputum, nasal, maupun feses dan cairan saluran pernapasan secara masif dan cepat, individu berisiko bisa segera diisolir untuk mendapatkan perawatan dan disaat yang sama, menghentikan transmisi yang meluas," jelas salah satu peneliti dari Akademi Ilmuwan Muda Indonesia, Berry Juliandi melalui keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com.

Kian cepat kasus positif terdeteksi maka semakin besar pula kemungkinan pasien untuk sembuh. Dengan begitu tingkat kematian atau tingkat fatalitas pun dapat ditekan.

Untuk menjalankan PCR beberapa komponen utama yang diperlukan menurut Akademi Ilmuwan Muda Indonesia, antara lain:
- Kit untuk ekstraksi RNA
- Alat ekstraksi RNA Robotik
- Reagen Kit PCR
- Piranti keselamatan teknisi laboratorium seperti Alat Pelindung Diri, Masker dan, disposable reagents.
- Swab collection tools and viral transport media (VTM)
- Kelengkapan lain yang berkaitan dengan kegiatan laboratorium BSL-2 (Biosafety Level-2).

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hi...deteksi-corona

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
berhubung banyak yg meragukan rapid tes based on antibody & banyak yg mengusulkan knapa gka pake tes swap pcr yg lebih akurat
maka ane kasi artikel knapa pcr itu gak bisa dibikin cepat & banyak utk mendeteksi covid
karena butuh banyak alat, tenaga operator lab, harga pengujiannya mahal serta lab dgn kategori bsl-2
mo bisa detek banyak bisa tapi gak hanya dgn beli alatnya doank tapi juga harus mendidik tenaga ahli lab beserta ruangan yg berstandard bsl-2 bukan sembarang lab bisa dipake

kalo rapid tes harganya murah sekitar 50k bisa dites oleh siapa saja dimana saja
jadi komparasinya di :
- harga
- waktu
- operator
- lokasi
itu yg menyebabkan knapa rapid tes based on antibody dipake utk screening awal yg bisa dilakukan secara masif & cepat
sangat membantu utk melihat wilayah penyebaran covid yg menjadi dasar menentukan kebijakan pemerintah menanganinya

kalo ada rapid tes based on antigen tapi yg dibeli malah yg antibody jelas keputusan pemerintah salah besar
tapi selama belom ada rapid tes yg berbasis antigen yg bisa dioperasikan oleh semua org, hasilnya cepat, lokasinya bisa dimana saja & harganya terjangkau maka rapid tes yg dibeli oleh pemerintah sekarang sudah tepat
Diubah oleh kinonotabi 03-04-2020 05:03
4iinch
sebelahblog
nichodoankk
nichodoankk dan 29 lainnya memberi reputasi
30
8K
129
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.