Belakangan ini beredar sebuah unggahan di media sosial Facebook yang menyebut jika Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, melakukan mark-up terhadap jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia.

Narasi tersebut diunggah oleh pengguna Facebook bernama Nick Ni. Dalam unggahannya, akun tersebut menuliskan narasi yang menyebut:

“Apakah ini “efek kejut” yang terbaru??? Ini ciri khas Gubernur gue. Ntar yang dipecat, para penggali kubur yang salah kasih informasi. Angka “mayat” aja berani di mark-up. Gak ada kapok-kapoknya. Kurang apa coba?!”

Diketahui jika narasi tersebut ada kaitannya dengan pernyataan Anies tentang 283 jenazah di Jakarta yang akan diurus dengan menggunakan protap Covid-19.



Hingga saat ini, pro kontra dari warganet pun terjadi terkait dengan narasi ini.

Lantas bagaimana kebenaran yang valid dari informasi tersebut?


PEMERIKSAAN FAKTA
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan Hansip Hoax, didapatkan informasi jika narasi yang tengah beredar tersebut sebenarnya tidak dapat dipertanggungjawabkan argumennya.

Karena jika melansir dari berita CNN yang terbit pada 30 Maret 2020, terdapat pernyataan dari Anies Baswedan mengenai jumlah jenazah yang dimakamkan dengan protap Covid-19. Dalam keterangannya, Anies juga menyebut jika jumlah jenazah yang ditangani dengan protap Covid-19 lebih besar dari angka resmi kematian akibat virus corona.

Perbedaan jumlah tersebut terjadi karena pasien yang meninggal belum sempat dilakukan tes atau sudah dites tetapi meninggal sebelum hasil tes tersebut keluar.

Dari keterangan tersebut, dapat dipahami jika penyebab perbedaan jumlah kematian yang terjadi bukan karena di mark up oleh Anies Baswedan.


KESIMPULAN
Jadi Gan, dari pemeriksaan fakta yang telah dilakukan, Hansip Hoax menyimpulkan jika narasi mengenai Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, yang melakukan mark up jumlah jenazah adalah informasi yang salah alias hoax.