widya poetraAvatar border
TS
widya poetra
WHO: Strategi Lockdown Tak Mampu Perangi Virus Corona


KOMPAS.com - Pakar darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Minggu (23/3/2020) mengatakan, negara-negara di seluruh dunia tidak bisa begitu saja menerapkan lockdown untuk menghalangi virus corona. Pejabat WHO itu menambahkan, ada banyak langkah kesehatan masyarakat yang harus diterapkan untuk menghindari kebangkitan virus di kemudian hari.

"Yang harus kita fokuskan adalah menemukan pasien Covid-19, mereka yang memiliki virus dan mengisolasi mereka. Kemudian menemukan orang yang telah kontak dengan mereka (pasien positif Covid-19) dan mengisolasi mereka," kata Mike Ryan dilansir Reuters, Minggu (22/3/2020). "Bahayanya lockdown adalah, jika kita tidak menerapkan langkah kesehatan masyarakat yang kuat, ketika aturan pembatasan gerak dan lockdown dihentikan, maka bahaya penyakit akan muncul lagi," imbuh dia.

Sebagian besar Eropa dan AS mengikuti China dan negara-negasa Asia lainnya melakukan lockdown untuk melawan virus corona baru. Semua orang diminta bekerja dan belajar dari rumah. Semua sekolah, restoran, dan tempat hiburan ditutup. Ryan berkata, kasus di China, Singapura, dan Korea Selatan yang menggalakkan pengujian pada setiap kemungkinan pasien Covid-19 telah berhasil menekan angka pertumbuhan khusus.

Kini justru Eropa yang menggantikan posisi Asia sebagai pusat pandemi. "Setelah kami menekan transmisi, kami harus mencari virusnya. Kita harus berjuang melawan virus," tegas Ryan. Italia saat ini adalah negara yang paling parah terkena virus SARS-CoV-2 di seluruh dunia. Hingga Senin (23/3/2020) siang, jumlah terinfeksi di negara itu adalah 59.138 orang dan total kematian 5.476 orang.

Ryan juga mengatakan, beberapa vaksin untuk Covid-19 saat ini sedang dikembangkan. Sejauh ini baru vaksin dari AS yang sudah memulai uji coba pada manusia. Namun, jika ditanya berapa lama kita bisa mendapat vaksin itu, Ryan mengatakan, hingga saat ini belum dapat dipastikan. Kita harus realistis. "Kita harus memastikan bahwa itu (vaksin) benar-benar aman digunakan. Kita memperkirakan mungkin butuh waktu setidaknya setahun," ujar Ryan. "Vaksin pasti akan ditemukan. Tapi untuk sekarang, kita harus melakukan apa yang bsia dilakukan sekarang," tutupnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "WHO: Strategi Lockdown Tak Mampu Perangi Virus Corona",
Penulis : Gloria Setyvani Putri
Editor : Gloria Setyvani Putri



Menurut WHO, strategi lockdown mengandung risiko kembali mewabahnya virus di kemudian hari. Ini juga yang membuat Inggris sebelumnya mengumumkan strategi herd immunity karena takut virus kembali muncul.

Namun,
jika kita berkaca kepada Cina. Strategi lockdown cukup efektif menekan laju peningkatan infeksi. Dan itu yang kita butuhkan untuk memperlambat penyebaran virus sambil menunggu vaksin.

Di lain pihak,
jika diberlakukan lockdown tanpa kesiapan, justru akan menambah masalah baru. Lockdown bisa dilakukan untuk masyarakat menengah ke atas namun sulit bagi masyarakat miskin yang bekerja hari ini untuk makan hari ini. Ini sudah terbukti di Filipina & Malaysia. Oleh karena itu, lockdown tentu bisa dibilang last measure.

Selain itu ada perbedaan mendasar pula antara Cina & negara2 lain yang kini tengah melakukan lockdown. Cina itu negara semi-otoriter, yang lain negara2 demokratis. Akhirnya terjadi lockdown yang setengah-setengah. Kita lihat saja di Italia, belum ada tanda-tanda pelandaian grafik infeksi & tingkat kematian setelah diberlakukan lockdown.

Untuk negara-negara demokratis,
sepertinya lebih cocok model Korsel yang tanpa lockdown. Hanya saja perlu testing yang sangat-sangat masif & sosialisasi kesadaran masyarakat yang harus sangat masif juga sehingga masyarakat sadar diri dan melakakukan self-isolation tanpa dipaksa.

Untuk Indonesia sendiri,

kita sulit melakukan lockdown -----> akan terjadi logistical nightmare soalnya secara logistik kita gak siap, belum lagi masyarakat miskin di sini juga proporsinya cukup banyak

kita juga sulit menerapkan model korsel -----> kita negara kepulauan yang sangat luas dengan penduduk sangat banyak, laboratorium & alat testing juga terbatas. Masyarakat masih terpolarisasi pascapilpres. Apalagi sebelumnya, pemerintah meremehkan ini virus. Tentu kepercayaan terhadap pemerintah juga pudar. Sulit rasanya bisa menghimbau masyarakat untuk self-isolation.

Ane mengambil sudut pandang pesimistis karena memang nyatanya demikian. Tinggal berharap saja ada faktor X, entah dari kondisi iklim atau apapun itu, yang menurunkan risiko kita menyusul Italia.



Sementara ini jaga diri & keluarga masing-masing terlebih dahulu.
emoticon-Angkat Beer
anasabila
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 32 lainnya memberi reputasi
33
15.3K
213
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.7KThread40.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.