Pertama sekali gan/sis sekalian para penghuni kaskus yang saya hormati, saya ingin berbagi cerita tentang ruang pribadi saya.

Saya sudah berumah-tangga 6 tahun, dan kami memiliki 2 orang anak yang sehat, pintar dan lucu. Hanya saja saya memiliki istri yang perangainya tempramental dan kasar. Cuma, saya sangat menjaga dan menutupi sifat buruk istri saya didepan keluarga saya. Terkadang tanpa sepengetahuan saya, istri saya kerap mengunggah status WA yang isinya memojokkan saya.

Saya tipikal orang yang tidak ingin curhat kepada orang tua dan teman, karena saya merasa curhatan tersebut bisa bocor kemana-mana dan membuat situasi semakin buruk. Dulu sebelum menikah, istri saya adalah orang yang humoris dan enak diajak bertukar pikiran, saya sangat klop dengannya. Kami sangat cocok satu sama lain.

Sekarang keadaannya sudah berbanding terbalik, saat pulang kerja saya terkadang dibentak dan dimarahi oleh masalah-masalah sepele yang dibesar-besarkan. Saya selalu mengalah dan memperbaiki masalah tersebut sampai tuntas. Namun ketika masalah selesai selalu ada masalah baru lagi.

Saya adalah karyawan tetap biasa di salah satu perusahaan dengan gaji menengah. Setiap akhir bulan saya selalu menyetorkan gaji saya ke istri setelah saya potong uang transport dan makan. Gaji saya 6,5 juta, sedangkan uang transport dan makan adalah 1,5 juta perbulannya.

Saya kerja diluar kota setiap hari dan hanya pulang kerumah di hari sabtu-minggu, istri saya tidak bekerja, dan mengurus anak dirumah. Saya sudah tidak berhubungan seks dengan istri saya selama 2 tahun lebih, karena setiap kali saya meminta tidak dikabulkan, sehingga saya pun sudah tidak pernah meminta lagi karena bosan ditolak terus. Saya ikhlas saja, dan pelampiasan saya paling hanya (maaf) onani jika saya sudah membutuhkan.

Sekarang istri saya perhatikan sering mengupdate status tentang disakiti lah, ini dan itu, padahal saya tidak pernah menyakiti baik secara fisik dan verbal. Bahkan setiap kali saya dikasari saya selalu diam dan tidak pernah membalas balik. Pesan WA yang kasar darinya juga buru-buru saya hapus agar tidak terlihat oleh siapapun yang mungkin tidak sengaja melihat, misalnya teman kantor dan saudara saya.

Saya terkadang mendapat pesan atau telepon dari sanak saudara yang bertanya, "apakah keluargamu baik-baik saja?" atau pesan dari adik saya "Bang, ada masalah apa, kalau butuh uang, aku bisa pinjamkan" dan lain lain, saya selalu membalas "Rumah tangga kami baik-baik saja" dan "makasih kok dek, gpp nggak ada masalah" seperti itu.


Saya sebenarnya siap dan ikhlas kalau istri saya menggugat cerai saya, cuma saya tunggu-tunggu, setahun dua tahun, tiga tahun namun hanya sebatas ucapan tanpa ada realisasi. Saya asumsikan itu hanya semacam penggertakan kepada saya. Karena sudah terlalu sering, saya hanya menganggap seperti angin lalu.

Yang saya khawatirkan adalah anak-anak kami, namun setiap terjadinya pembentakan oleh istri, saya cenderung pasif dan diam. Saya takut pertengkaran mempengaruhi psikologis anak kedepannya.

Istri saya memiliki orang tua yang dengan ekonomi agak lumayan. Namun saya bukan tipe pria yang suka mengincar wanita yang kaya. Saya tidak peduli orang tua wanita apakah orang kaya atau miskin, saya hanya tahu bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, walaupun sedikit tetapi yang penting tercukupi ada dan halal. Bahkan dulu setelah menikah saya baru tahu bahwa istri saya adalah anak seorang pejabat.

Jika ini adalah bom waktu untuk pernikahan rumah tangga saya, saya siap jika bom tersebut meledak kapanpun. Saya ikhlas dan rela jika harus ditinggalkan istri saya.

Semoga masalah seperti saya tidak menimpa agan/sist sekalian, terima kasih telah membaca, dan saya menulis hanya mengurangi sedikit beban di dada.