- Beranda
- Cerita Pejalan Domestik
Pengalaman Solo Travel ke Sumatera Barat
...
TS
mitalara
Pengalaman Solo Travel ke Sumatera Barat
Hallo!
Di thread kali ini saya akan membahas pengalaman solo traveling ke beberapa tempat di Sumatera Barat, selama 4hari. Ini adalah pertama kalinya saya melakukan solo travel. Perasaan campur aduk pokoknya. Oh iya, dalam perjalanan kali ini yang menjadi tujuan perjalanan saya bukan "lokasi wisatanya" tapi fokus pada "pengalamannya" agar tumbuh rasa keberanian dan percaya diri. Baiklah kita langsung saja mulai!!
# Hal-hal yang perlu dipersiapkan (backpacker ala saya):
Quote:
1. 2 Tas (Tas kecil untuk barang penting dan ransel untuk pakaian)
2. Obat-obatan pribadi. (Minimal: obat maag, diare, sakit kepala, tolak ang*n, dan yang terpenting buat saya adalah semprotan hidung karena itu ampuh sekali untuk menghilangkan rasa sakit telinga di pesawat)
3. Powerbank
4. Kamera (tadinya mau bawa tripod juga, tidak jadi karena berat)
5. Uang tunai+receh yang cukup (untuk naik angkot, jajan, dsb). Ini penting banget, karena saya tipikal malas untuk menunggu kembalian
6. Pakaian secukupnya. Cari tahu info cuaca di tempat tujuan, agar tidak saltum. Tidak lupa siapkan plastik untuk memisahkan pakaian kotor dan bersih.
7. Snack dan roti, karena saya penderita maag yang bisa kambuh kapan pun jadi ini wajib saya bawa dan benar saja ternyata di sana jarang sekali ada minimarket
8. Barang kecil tapi penting lainnya, seperti: payung, masker, sunblock
2. Obat-obatan pribadi. (Minimal: obat maag, diare, sakit kepala, tolak ang*n, dan yang terpenting buat saya adalah semprotan hidung karena itu ampuh sekali untuk menghilangkan rasa sakit telinga di pesawat)
3. Powerbank
4. Kamera (tadinya mau bawa tripod juga, tidak jadi karena berat)
5. Uang tunai+receh yang cukup (untuk naik angkot, jajan, dsb). Ini penting banget, karena saya tipikal malas untuk menunggu kembalian
6. Pakaian secukupnya. Cari tahu info cuaca di tempat tujuan, agar tidak saltum. Tidak lupa siapkan plastik untuk memisahkan pakaian kotor dan bersih.
7. Snack dan roti, karena saya penderita maag yang bisa kambuh kapan pun jadi ini wajib saya bawa dan benar saja ternyata di sana jarang sekali ada minimarket
8. Barang kecil tapi penting lainnya, seperti: payung, masker, sunblock
# Perjalanan dimulai:
Quote:
1. Hari Pertama
Saya berangkat dari bandara Soekarno Hatta dengan penerbangan Senin pagi pukul 06.30. Sengaja ambil weekdays karena menghindari keramaian lokasi wisata di saat weekend dan harga tiket wisata dan hotel yang lebih murah tentunya. Perjalanan 1jam 45menit. Sesampainya di BIM (Bandara International Minangkabau), lebih baik jangan keluar bandara dulu sebelum memutuskan mau naik apa. Jika keluar dulu tanpa tahu mau naik apa, pasti akan dikerubungi oleh para calo taksi yang menawarkan dengan harga tinggi, sedangkan angkutan travel sudah tidak diperbolehkan menunggu penumpang di bandara. Cari informasi aja di social media atau teman mengenai kontak travel yang bisa dipakai. Dari Jakarta saya udah janjian dengan salah satu travel, mereka jemput saya dengan mobil yang berbeda karena aturan di atas. Saat sudah di luar gerbang bandara, saya dioper ke mobil travel yang sesungguhnya. Ya saya naik dengan tujuan Padang-Bukittinggi. Perjalanan memakan waktu kira-kira 2 jam. Dalam perjalanan ini kita akan melewati air terjun Lembah Anai, tapi saya tidak turun cukup melihat sekilas saja. Mobil travel ini benar-benar mengantarkan kita sampai di lokasi tujuan bukan di tempat pemberhentian mereka. Setelah sampai di tempat tujuan, saya beristirahat sebentar, makan, dan langsung melanjutkan perjalanan. Tujuan pertama saya adalah ke Lobang Jepang.
- Lobang Jepang
Dari lokasi saya ke Lobang Jepang bisa naik angkot, cuma memang angkutan umum di sini (Kabupaten Agam) cukup lama menunggunya. Setelah 2x naik angkot, akhirnya sampai juga di Lobang Jepang.
*Harga tiketnya di weekdays 15.000 dan harus dibayar melalui kartu Brizzi BRI seharga 20.000.
Setelah masuk, saya didatangi oleh tour guide yang menawari jasa mereka Rp 70.000 (Katanya itu tarif yang dikeluarkan oleh organisasi mereka), sedangkan untuk tips jika merasa puas dengan informasi yang mereka berikan bisa ditambah lagi di luar 70 ribu tersebut). Ya ampun, mahal sekali rasanya untuk saya yang niatnya irit cost. Karena merasa kemahalan, akhirnya saya tidak pakai jasa guide. Namun mereka tetap memaksa, bahkan sampai menakut-nakuti bahwa di bawah gelap tidak ada lampu dan menantang pengetahuan sejarah yang kami punya dengan mereka tentang Lobang Jepang. Aneh sekali bukan? Maaf tapi rasanya itu tidak profesional dan membuat pengunjung tidak nyaman. Mereka pun melarang kami yang tidak pakai guide untuk masuk duluan, sebelum sekelompok turis India di depan kami masuk. Katanya "Salah sendiri tidak pakai guide". Tapi ulah mereka tidak merusak mood saya di hari itu, biarlah. Saya juga tidak mau mengeneralisasi semua guide di sana seperti itu karena hanya ulah satu dua oknum.
Setelah masuk, ternyata di dalamnya terang banyak lampu. Sayangnya dinding lobang sudah dilapisi semen jadi tidak tampak alamiah seperti dulu. Namun ada sedikit bagian yang belum dilapisi semen dan itu berasa lebih creepy daripada di saat berada di wilayah yang sudah dilapis. Di dalam lobang ini ada papan yang menunjukkan ruang sidang dan rapat, lorong penyimpanan amunisi, dapur, penjara, tempat pengintaian, dan sebagainya. Yang paling buat merinding itu saat melihat dapur dan penjara. Karena dapur itu sebenarnya adalah sebagai tempat pembantaian dan konon katanya mayat yang telah dibunuh dibuang melalui lubang kecil yang mengarah ke Ngarai Sianok sehingga jasad korban akan menjadi susah ditemukan.
Setelah keluar dari lobang, saya menaiki tangga yang sangat terjal untuk melihat Panorama Ngarai Sianok. Tapi tunggu dulu! Saya dihadang oleh segerombolan monyet liar yang menunggu di puncak tangga. Mengerikan sekali! Buru-buru saya masukkan kamera dalam tas karena mereka ini akan mengambil apa saja yang kita pegang terutama makanan. Saya kembali ke bawah, menunggu orang lain untuk ke atas dan itu rasanya sangat melelahkan sekali. Ternyata pas lewat mereka tidak ngapa-ngapain loh cuma lihatin aja, duh malunya karena udah takut setengah mati š. Sesampainya di atas, kita akan melewati beberapa rumah warga, kuburan yang baru saja direlokasi, dan pusat oleh-oleh dan yang paling menarik adalah Panorama Ngarai Sianok, untuk melihat dari Panorama ini sudah free termasuk tiket yang bayar di awal. Hanya kalau mau berswafoto di sana, baru bayar lagi 15 ribu. Saya tidak berselfie di sana karena hujan cukup lebat, jadi hanya duduk saja melihat panorama sambil menunggu hujan reda.
- Jam Gadang
Tempat selanjutnya yang ingin dilihat adalah jam gadang. Bisa dilalui dengan berjalan kaki dari Taman Panorama atau kalau malas jalan kaki, bisa naik ojek online meski tidak banyak. Jam Gadang ini dikelilingi oleh pasar dan rumah makan dari yang biasa sampai yang restoran ada. Suasanya mungkin mirip-mirip Malioboro Jogja ya, cuma di sini udaranya lebih segar karena ada pepohonan rindang, tamannya cukup luas, dan tidak semacet di Jogja tentunya. Karena hujan lebat akhirnya saya memilih kembali dengan naik angkot.
Saya berangkat dari bandara Soekarno Hatta dengan penerbangan Senin pagi pukul 06.30. Sengaja ambil weekdays karena menghindari keramaian lokasi wisata di saat weekend dan harga tiket wisata dan hotel yang lebih murah tentunya. Perjalanan 1jam 45menit. Sesampainya di BIM (Bandara International Minangkabau), lebih baik jangan keluar bandara dulu sebelum memutuskan mau naik apa. Jika keluar dulu tanpa tahu mau naik apa, pasti akan dikerubungi oleh para calo taksi yang menawarkan dengan harga tinggi, sedangkan angkutan travel sudah tidak diperbolehkan menunggu penumpang di bandara. Cari informasi aja di social media atau teman mengenai kontak travel yang bisa dipakai. Dari Jakarta saya udah janjian dengan salah satu travel, mereka jemput saya dengan mobil yang berbeda karena aturan di atas. Saat sudah di luar gerbang bandara, saya dioper ke mobil travel yang sesungguhnya. Ya saya naik dengan tujuan Padang-Bukittinggi. Perjalanan memakan waktu kira-kira 2 jam. Dalam perjalanan ini kita akan melewati air terjun Lembah Anai, tapi saya tidak turun cukup melihat sekilas saja. Mobil travel ini benar-benar mengantarkan kita sampai di lokasi tujuan bukan di tempat pemberhentian mereka. Setelah sampai di tempat tujuan, saya beristirahat sebentar, makan, dan langsung melanjutkan perjalanan. Tujuan pertama saya adalah ke Lobang Jepang.
- Lobang Jepang
Dari lokasi saya ke Lobang Jepang bisa naik angkot, cuma memang angkutan umum di sini (Kabupaten Agam) cukup lama menunggunya. Setelah 2x naik angkot, akhirnya sampai juga di Lobang Jepang.
*Harga tiketnya di weekdays 15.000 dan harus dibayar melalui kartu Brizzi BRI seharga 20.000.
Setelah masuk, saya didatangi oleh tour guide yang menawari jasa mereka Rp 70.000 (Katanya itu tarif yang dikeluarkan oleh organisasi mereka), sedangkan untuk tips jika merasa puas dengan informasi yang mereka berikan bisa ditambah lagi di luar 70 ribu tersebut). Ya ampun, mahal sekali rasanya untuk saya yang niatnya irit cost. Karena merasa kemahalan, akhirnya saya tidak pakai jasa guide. Namun mereka tetap memaksa, bahkan sampai menakut-nakuti bahwa di bawah gelap tidak ada lampu dan menantang pengetahuan sejarah yang kami punya dengan mereka tentang Lobang Jepang. Aneh sekali bukan? Maaf tapi rasanya itu tidak profesional dan membuat pengunjung tidak nyaman. Mereka pun melarang kami yang tidak pakai guide untuk masuk duluan, sebelum sekelompok turis India di depan kami masuk. Katanya "Salah sendiri tidak pakai guide". Tapi ulah mereka tidak merusak mood saya di hari itu, biarlah. Saya juga tidak mau mengeneralisasi semua guide di sana seperti itu karena hanya ulah satu dua oknum.
Setelah masuk, ternyata di dalamnya terang banyak lampu. Sayangnya dinding lobang sudah dilapisi semen jadi tidak tampak alamiah seperti dulu. Namun ada sedikit bagian yang belum dilapisi semen dan itu berasa lebih creepy daripada di saat berada di wilayah yang sudah dilapis. Di dalam lobang ini ada papan yang menunjukkan ruang sidang dan rapat, lorong penyimpanan amunisi, dapur, penjara, tempat pengintaian, dan sebagainya. Yang paling buat merinding itu saat melihat dapur dan penjara. Karena dapur itu sebenarnya adalah sebagai tempat pembantaian dan konon katanya mayat yang telah dibunuh dibuang melalui lubang kecil yang mengarah ke Ngarai Sianok sehingga jasad korban akan menjadi susah ditemukan.
Setelah keluar dari lobang, saya menaiki tangga yang sangat terjal untuk melihat Panorama Ngarai Sianok. Tapi tunggu dulu! Saya dihadang oleh segerombolan monyet liar yang menunggu di puncak tangga. Mengerikan sekali! Buru-buru saya masukkan kamera dalam tas karena mereka ini akan mengambil apa saja yang kita pegang terutama makanan. Saya kembali ke bawah, menunggu orang lain untuk ke atas dan itu rasanya sangat melelahkan sekali. Ternyata pas lewat mereka tidak ngapa-ngapain loh cuma lihatin aja, duh malunya karena udah takut setengah mati š. Sesampainya di atas, kita akan melewati beberapa rumah warga, kuburan yang baru saja direlokasi, dan pusat oleh-oleh dan yang paling menarik adalah Panorama Ngarai Sianok, untuk melihat dari Panorama ini sudah free termasuk tiket yang bayar di awal. Hanya kalau mau berswafoto di sana, baru bayar lagi 15 ribu. Saya tidak berselfie di sana karena hujan cukup lebat, jadi hanya duduk saja melihat panorama sambil menunggu hujan reda.
- Jam Gadang
Tempat selanjutnya yang ingin dilihat adalah jam gadang. Bisa dilalui dengan berjalan kaki dari Taman Panorama atau kalau malas jalan kaki, bisa naik ojek online meski tidak banyak. Jam Gadang ini dikelilingi oleh pasar dan rumah makan dari yang biasa sampai yang restoran ada. Suasanya mungkin mirip-mirip Malioboro Jogja ya, cuma di sini udaranya lebih segar karena ada pepohonan rindang, tamannya cukup luas, dan tidak semacet di Jogja tentunya. Karena hujan lebat akhirnya saya memilih kembali dengan naik angkot.
Quote:
2. Hari Kedua
- Lawang Park dan Panorama Danau Maninjau
Lawang park ini berada di Kabupaten Agam, yang letaknya sekitar 30 KM dari Bukittinggi. Untuk dapat ke lokasi ini, bisa dengan menyewa mobil harian dengan kisaran biaya 250 ribu tanpa supir (kalau dengan supir saya kurang tahu ya). Sepanjang perjalanan sepi sekali rumah penduduk pun jarang, saya juga tidak melihat adanya angkutan umum ke arah sana atau saya yang kebetulan tidak melihatnya.
Di Lawang park ini udaranya sejuk dan segar sekali, ya tentu saja karena berada di ketinggian. Dari ketinggian ini, kita dapat melihat panorama Danau Maninjau yang sangat indah. Namun sayangnya, begitu saya datang sekitar pukul 11 pagi danaunya masih tertutup kabut. Jadi tidak terlalu terlihat jelas, tapi itu tidak menutup keindahan dan kepuasan yang didapat setelah sampai di sana.
Di sini ada beberapa penginapan, seperti: villa dan rumah hobbitnya juga disewakan, karena saya melihat ada kasur dan lampu di dalamnya. Villanya saya tidak tahu masih disewakan atau tidak, karena semuanya kosong, berdebu, dan tampak tua. Terlebih di villa yang bagian pinggir jurang, kayunya sudah tampak tua dan rapuh letaknya pun di bawah rimbunnya pohon bambu jadi cukup tambah mengerikan. Baiknya sih direnovasi lagi karena sebenarnya ini tempat yang sangat potensial dalam menarik wisatawan sebagai objek yang patut dikunjungi ketika ke Sumbar. Tapi sayangnya banyak hal yang kurang mendapat dukungan/ perhatian dari pemerintah setempat seperti transportasi umum, fasilitas, dan penginapan.
Di sini juga ada warung yang menyediakan makanan dan minuman, seperti: kopi dari daun kopi, pisang kipas, pisang geprek, dan kacang kulit. Harga pisang kipasnya 5.000 perbuah.
- Kelok 9
Kelok 9 ini terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota, 30Km dari Payakumbuh jika ingin menuju Riau. Pemandangannya cukup indah jika tidak ada warung-warung di sepanjang pinggir jalan kelok ini. Sebagian besar sudah tidak berjualan lagi karena dilarang dan sebagian masih tetap nekat berjualan. Tapi bekas yang ditinggalkannya belum dibongkar jadi cukup mengganggu keindahan panorama kelok 9 ini. Mau foto pun jadi susah untuk mendapatkan spot yang bagus. Di sini ada tempat untuk swafoto, tarifnya berkisar 10-15 ribu. Kelok 9 ini menjadi ikon yang katanya wajib dikunjungi jika berkunjung ke Sumatra Barat.
- Lembah Harau
Lembah Harau ini juga berada di kabupaten yang sama, yaitu Lima Puluh Kota. Sepanjang perjalanan mata kita dimanja oleh pemandangan sawah yang membentang luas yang diapit oleh tebing-tebing ini. Pokoknya keindahan Lembah Harau, sulit untuk diungkap dengan kata-kata. Kalau ditanya ingin balik lagi? Tentu saya ingin balik lagi mungkin dengan mencoba homestaynya. Karena di sekitar Lembah Harau banyak sekali homestay yang bagus. Sayangnya masuk ke dalam di sini tidak ada angkutan umum, jadi kalau tidak bisa berkendara sendiri susah. Bisa mungkin naik ojek atau becak motor. Tapi sewaktu saya ke sana tidak melihatnya.
Lembah Harau ini sudah sangat bagus sekali tanpa wisata Kampung Eropa yang seolah-olah justru mengganggu pemandangan alam yang begitu indah. Kalau mau buat wisata Kampung Eropa ya baiknya di lahan kosong yang lain. Tidak ada hubungannya sama sekali antara keduanua. Mau mencari keuntungan boleh, tapi pleaselah jangan mengganggu alam yang sudah indah dari sananya.
- Air terjun Harau
Kalau tidak salah ada 4 air terjun yang ada, tapi saya hanya mengunjungi salah satunya yang terdekat dari Lembah Harau yang baru saja dikunjungi. Karena musim penghujan jadi aliran airnya cukup deras. Baru jalan mengarah ke sana saja air cipratannya sudah mengenai kepala. Airnya terasa segar dan bening sekali. Tapi sangat disayangkan masih saja banyak yang membuang sampah sembarangan. Tidak hanya merusak pemandangan tapi juga mencemari lingkungan. Setelah puas berfoto-foto dan melihat-lihat penjual tanaman kami bergegas pulang karena hari sudah mulai gelap. Dalam perjalanan pulang tidak lupa mencicipi sate Danguang-Danguang yang terkenal enak di Payakumbuh.
Malam harinya, saya kembali lagi ke Jam Gadang untuk melihat suasana di malam hari. Tapi toko-toko sudah bersiap tutup karena sudah hampir jam 9 malam. Alhasil tidak jadi membeli oleh-oleh pada malam itu.
- Lawang Park dan Panorama Danau Maninjau
Lawang park ini berada di Kabupaten Agam, yang letaknya sekitar 30 KM dari Bukittinggi. Untuk dapat ke lokasi ini, bisa dengan menyewa mobil harian dengan kisaran biaya 250 ribu tanpa supir (kalau dengan supir saya kurang tahu ya). Sepanjang perjalanan sepi sekali rumah penduduk pun jarang, saya juga tidak melihat adanya angkutan umum ke arah sana atau saya yang kebetulan tidak melihatnya.
Di Lawang park ini udaranya sejuk dan segar sekali, ya tentu saja karena berada di ketinggian. Dari ketinggian ini, kita dapat melihat panorama Danau Maninjau yang sangat indah. Namun sayangnya, begitu saya datang sekitar pukul 11 pagi danaunya masih tertutup kabut. Jadi tidak terlalu terlihat jelas, tapi itu tidak menutup keindahan dan kepuasan yang didapat setelah sampai di sana.
Di sini ada beberapa penginapan, seperti: villa dan rumah hobbitnya juga disewakan, karena saya melihat ada kasur dan lampu di dalamnya. Villanya saya tidak tahu masih disewakan atau tidak, karena semuanya kosong, berdebu, dan tampak tua. Terlebih di villa yang bagian pinggir jurang, kayunya sudah tampak tua dan rapuh letaknya pun di bawah rimbunnya pohon bambu jadi cukup tambah mengerikan. Baiknya sih direnovasi lagi karena sebenarnya ini tempat yang sangat potensial dalam menarik wisatawan sebagai objek yang patut dikunjungi ketika ke Sumbar. Tapi sayangnya banyak hal yang kurang mendapat dukungan/ perhatian dari pemerintah setempat seperti transportasi umum, fasilitas, dan penginapan.
Di sini juga ada warung yang menyediakan makanan dan minuman, seperti: kopi dari daun kopi, pisang kipas, pisang geprek, dan kacang kulit. Harga pisang kipasnya 5.000 perbuah.
- Kelok 9
Kelok 9 ini terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota, 30Km dari Payakumbuh jika ingin menuju Riau. Pemandangannya cukup indah jika tidak ada warung-warung di sepanjang pinggir jalan kelok ini. Sebagian besar sudah tidak berjualan lagi karena dilarang dan sebagian masih tetap nekat berjualan. Tapi bekas yang ditinggalkannya belum dibongkar jadi cukup mengganggu keindahan panorama kelok 9 ini. Mau foto pun jadi susah untuk mendapatkan spot yang bagus. Di sini ada tempat untuk swafoto, tarifnya berkisar 10-15 ribu. Kelok 9 ini menjadi ikon yang katanya wajib dikunjungi jika berkunjung ke Sumatra Barat.
- Lembah Harau
Lembah Harau ini juga berada di kabupaten yang sama, yaitu Lima Puluh Kota. Sepanjang perjalanan mata kita dimanja oleh pemandangan sawah yang membentang luas yang diapit oleh tebing-tebing ini. Pokoknya keindahan Lembah Harau, sulit untuk diungkap dengan kata-kata. Kalau ditanya ingin balik lagi? Tentu saya ingin balik lagi mungkin dengan mencoba homestaynya. Karena di sekitar Lembah Harau banyak sekali homestay yang bagus. Sayangnya masuk ke dalam di sini tidak ada angkutan umum, jadi kalau tidak bisa berkendara sendiri susah. Bisa mungkin naik ojek atau becak motor. Tapi sewaktu saya ke sana tidak melihatnya.
Lembah Harau ini sudah sangat bagus sekali tanpa wisata Kampung Eropa yang seolah-olah justru mengganggu pemandangan alam yang begitu indah. Kalau mau buat wisata Kampung Eropa ya baiknya di lahan kosong yang lain. Tidak ada hubungannya sama sekali antara keduanua. Mau mencari keuntungan boleh, tapi pleaselah jangan mengganggu alam yang sudah indah dari sananya.
- Air terjun Harau
Kalau tidak salah ada 4 air terjun yang ada, tapi saya hanya mengunjungi salah satunya yang terdekat dari Lembah Harau yang baru saja dikunjungi. Karena musim penghujan jadi aliran airnya cukup deras. Baru jalan mengarah ke sana saja air cipratannya sudah mengenai kepala. Airnya terasa segar dan bening sekali. Tapi sangat disayangkan masih saja banyak yang membuang sampah sembarangan. Tidak hanya merusak pemandangan tapi juga mencemari lingkungan. Setelah puas berfoto-foto dan melihat-lihat penjual tanaman kami bergegas pulang karena hari sudah mulai gelap. Dalam perjalanan pulang tidak lupa mencicipi sate Danguang-Danguang yang terkenal enak di Payakumbuh.
Malam harinya, saya kembali lagi ke Jam Gadang untuk melihat suasana di malam hari. Tapi toko-toko sudah bersiap tutup karena sudah hampir jam 9 malam. Alhasil tidak jadi membeli oleh-oleh pada malam itu.
Quote:
3. Hari Ketiga
Fisik sudah mulai merasa lelah, energi lumayan terkuras untuk 2 hari kemarin. Rencana hari ini mau pergi ke tempat yang dekat-dekat saja yang terjangkau oleh angkot sambil beli oleh-oleh. Akhirnya saya putuskan berkunjung ke Kebun Binatang Kinantan yang sekaligus mencakup Jembatan Limpapeh dan Fort de Kock. Biaya masuk ke Kebun Binatang ini cukup buat saya kaget karena seorangnya di weekdays ditarif 25.000 rupiah. Sedangkan tahu sendiri Kebun Binatang Ragunan saja tidak sampai 5.000 rupiah š. Dan lagi-lagi masuknya harus pakai Brizzi, untung saya udah punya jadi tidak harus beli lagi.
Kebun Binatang ini sedang tahap renovasi, jadi hanya sedikit hewan saja yang dapat dilihat. Yang lainnya ditutup oleh pagar batas tanda akan segera dibangun. Ya harusnya kalau banyak yang ditutup seperti ini jangan kenakan tiket dengan harga full dong, pengunjung kan jadi kecewa. Bahkan jenis ular yang ada pun hanya 1. Menyedihkan, tapi lebih menyedihkan lagi melihat keadaan mereka yang di dalam kandang.
Dari Kebun Binatang ada jalan langsung menuju Jembatan Limpapeh dari atas sini kita bisa berfoto-foto ria. Katanya sih jembatan ini goyang ketika dilewati. Tapi sewaktu saya lewat tidak terasa goyang, apa mungkin yang lewat harus banyak ya baru berasa. Gatau deh, hehe!
Selanjutnya adalah Fort de Kock, ya ini merupakan benteng pertahanan Belanda yang dibangun di Bukittinggi. Harusnya bisa naik ke atas benteng ini, namun tangganya ditutup entah kenapa mungkin kurang perawatan jadi tidak bisa dinaiki atau saya sedang apes? Haha! Tapi di sini banyak saung untuk beristirahat sejenak. Oh ya di benteng ini harusnya ada tulisan-tulisan mengenai sejarahnya. Jadi turis asing dapat tahu bahwa ini sebuah benteng yang punya nilai sejarah. Karena kalau hanya sekilas lewat tanpa tahu itu benteng bersejarah, memang kurang terlihat nilai sejarahnya. Sekilas seperti alun-alun kota saja.
Oke setelah puas berjalan-jalan di sekeliling taman benteng, saatnya mencari oleh-oleh. Dan kembali lagi ke daerah Jam Gadang. Tiga hari berturut-turut ke Jam Gadang. Kali ini dengan berjalan kaki dari Kebun Binatang. Kebetulan saat itu gerimis dan inginnya makan dan minum yang hangat. Akhirnya kami makan soto Padang yang lumayan terkenal enak dan murah di Pasar dekat Jam Gadang. Tidak lupa juga saya mencoba teh talua, yang sudah saya idam-idamkan begitu lamanya. Ternyata teh talua ini sangat enak apalagi penjualnya ramah sekali. Kata penjualnya tehnya dipanggang jadi lebih enak. Duh jadi ketagihan, dimanakah di Jakarta/ Depok saya bisa menemukan teh talua yang seenak ini š. Ada yang tahu? Pokoknya ini menjadi salah satu daftar minuman favorite saya, hehe. Setelah mengisi energi dengan makan saatnya mencari oleh-oleh. Di Bukittinggi saya hanya ingin mencari mukena Kerancang dan jilbab-jilbab khas daerah sini. Sedangkan untuk makanan saya memilih untuk beli di Padang saja, karena bawanya pasti ribet kalau beli di sini.
Hari ketiga pulang lebih awal karena mau packing untuk siap-siap besok ke Padang. Sebelumnya saya pesan dulu, travel Bukittinggi-Padang karena jam 8 pagi sudah penuh akhirnya saya berangkat yang pukul 9. Tapi untung sajalah karena yang jam 9 cukup kosong, jadi saya duduk bebas sendirian di belakang. Harganya 50.000/ orang dan diantar sesuai tempat tujuan di Padangnya.
Fisik sudah mulai merasa lelah, energi lumayan terkuras untuk 2 hari kemarin. Rencana hari ini mau pergi ke tempat yang dekat-dekat saja yang terjangkau oleh angkot sambil beli oleh-oleh. Akhirnya saya putuskan berkunjung ke Kebun Binatang Kinantan yang sekaligus mencakup Jembatan Limpapeh dan Fort de Kock. Biaya masuk ke Kebun Binatang ini cukup buat saya kaget karena seorangnya di weekdays ditarif 25.000 rupiah. Sedangkan tahu sendiri Kebun Binatang Ragunan saja tidak sampai 5.000 rupiah š. Dan lagi-lagi masuknya harus pakai Brizzi, untung saya udah punya jadi tidak harus beli lagi.
Kebun Binatang ini sedang tahap renovasi, jadi hanya sedikit hewan saja yang dapat dilihat. Yang lainnya ditutup oleh pagar batas tanda akan segera dibangun. Ya harusnya kalau banyak yang ditutup seperti ini jangan kenakan tiket dengan harga full dong, pengunjung kan jadi kecewa. Bahkan jenis ular yang ada pun hanya 1. Menyedihkan, tapi lebih menyedihkan lagi melihat keadaan mereka yang di dalam kandang.
Dari Kebun Binatang ada jalan langsung menuju Jembatan Limpapeh dari atas sini kita bisa berfoto-foto ria. Katanya sih jembatan ini goyang ketika dilewati. Tapi sewaktu saya lewat tidak terasa goyang, apa mungkin yang lewat harus banyak ya baru berasa. Gatau deh, hehe!
Selanjutnya adalah Fort de Kock, ya ini merupakan benteng pertahanan Belanda yang dibangun di Bukittinggi. Harusnya bisa naik ke atas benteng ini, namun tangganya ditutup entah kenapa mungkin kurang perawatan jadi tidak bisa dinaiki atau saya sedang apes? Haha! Tapi di sini banyak saung untuk beristirahat sejenak. Oh ya di benteng ini harusnya ada tulisan-tulisan mengenai sejarahnya. Jadi turis asing dapat tahu bahwa ini sebuah benteng yang punya nilai sejarah. Karena kalau hanya sekilas lewat tanpa tahu itu benteng bersejarah, memang kurang terlihat nilai sejarahnya. Sekilas seperti alun-alun kota saja.
Oke setelah puas berjalan-jalan di sekeliling taman benteng, saatnya mencari oleh-oleh. Dan kembali lagi ke daerah Jam Gadang. Tiga hari berturut-turut ke Jam Gadang. Kali ini dengan berjalan kaki dari Kebun Binatang. Kebetulan saat itu gerimis dan inginnya makan dan minum yang hangat. Akhirnya kami makan soto Padang yang lumayan terkenal enak dan murah di Pasar dekat Jam Gadang. Tidak lupa juga saya mencoba teh talua, yang sudah saya idam-idamkan begitu lamanya. Ternyata teh talua ini sangat enak apalagi penjualnya ramah sekali. Kata penjualnya tehnya dipanggang jadi lebih enak. Duh jadi ketagihan, dimanakah di Jakarta/ Depok saya bisa menemukan teh talua yang seenak ini š. Ada yang tahu? Pokoknya ini menjadi salah satu daftar minuman favorite saya, hehe. Setelah mengisi energi dengan makan saatnya mencari oleh-oleh. Di Bukittinggi saya hanya ingin mencari mukena Kerancang dan jilbab-jilbab khas daerah sini. Sedangkan untuk makanan saya memilih untuk beli di Padang saja, karena bawanya pasti ribet kalau beli di sini.
Hari ketiga pulang lebih awal karena mau packing untuk siap-siap besok ke Padang. Sebelumnya saya pesan dulu, travel Bukittinggi-Padang karena jam 8 pagi sudah penuh akhirnya saya berangkat yang pukul 9. Tapi untung sajalah karena yang jam 9 cukup kosong, jadi saya duduk bebas sendirian di belakang. Harganya 50.000/ orang dan diantar sesuai tempat tujuan di Padangnya.
Quote:
4. Hari Keempat
Berangkat dari Bukittinggi pukul 9 dan sampai Padang pukul setengah 12. Lama karena supir travelnya banyak berhenti dan antar jemput paket selama perjalanan. Saya memilih hotel yang cukup dekat dengan pantai dan pusat pertokoan. Oke jatuhlah pilihan saya kepada Rocky Plaza. Udah sampai hotel rasanya jadi mager kemana-mana. Tapi sayang juga kalau ke Padang tidak melihat pantainya. Saya lapar juga belum makan siang. Akhirnya saya berniat ke pantai. Beruntung sekali di sini banyak ojek online yang berlalu-lalang. Artinya saya tidak perlu khawatir untuk pergi kemana-mana. Di sini saya melakukan kesalahan tidak mengecek dulu lokasi pantai Padang yang saya ingin kunjungi. Ternyata lokasi di google map berbeda dengan lokasi yang ada, sehingga saya tidak sampai ke tempat yang saya ingin kunjungi. Tapi not badlah yang penting ketemu pantai dan ada tukang sate. Akhirnya saya bisa mencoba sate yang kuahnya merah khas Pada Pariaman? Tapi tidak sepedas yang terlihat kok.
Setelah dari pantai saya kembali ke hotel dan masih lapar. Iya satu porsi sate di sana sedikit sekali, hehe. Akhirnya saya mencari makanan lagi dan baru teringat belum membeli oleh-oleh. Akhirnya saya bertanyalah kepada satpam toko swalayan mengenai toko pusat oleh-oleh terdekat. Dengan beliau dikasih tau arahnya dan bilang cuma 200m kok jalan kaki aja. Oke saya jalan kaki, tapi setelah berjalan kali sekitar 500m kok belum terlihat tokonya. Kesalahan saya tidak dari awal mengecek, tahunya jaraknya 2KM. Oke akhirnya saya langsung pesan ojek online lagi dan ternyata jauh sekali jika harus jalan kaki guys!
Toko pusat oleh-oleh yang terkenal di Padang adalah CH *singkatan. Tapi karena lebih dekat UAH*, jadi saya pilih yang dekat saja. Sore harinya saya habiskan waktu di hotel saja. Sebenarnya ingin sekali ke Pantai Air Manis dan Jembatan Siti Nurbaya di malam hari cuma tidak berani kalau sendirian keluar malam-malam di sini.
Berangkat dari Bukittinggi pukul 9 dan sampai Padang pukul setengah 12. Lama karena supir travelnya banyak berhenti dan antar jemput paket selama perjalanan. Saya memilih hotel yang cukup dekat dengan pantai dan pusat pertokoan. Oke jatuhlah pilihan saya kepada Rocky Plaza. Udah sampai hotel rasanya jadi mager kemana-mana. Tapi sayang juga kalau ke Padang tidak melihat pantainya. Saya lapar juga belum makan siang. Akhirnya saya berniat ke pantai. Beruntung sekali di sini banyak ojek online yang berlalu-lalang. Artinya saya tidak perlu khawatir untuk pergi kemana-mana. Di sini saya melakukan kesalahan tidak mengecek dulu lokasi pantai Padang yang saya ingin kunjungi. Ternyata lokasi di google map berbeda dengan lokasi yang ada, sehingga saya tidak sampai ke tempat yang saya ingin kunjungi. Tapi not badlah yang penting ketemu pantai dan ada tukang sate. Akhirnya saya bisa mencoba sate yang kuahnya merah khas Pada Pariaman? Tapi tidak sepedas yang terlihat kok.
Setelah dari pantai saya kembali ke hotel dan masih lapar. Iya satu porsi sate di sana sedikit sekali, hehe. Akhirnya saya mencari makanan lagi dan baru teringat belum membeli oleh-oleh. Akhirnya saya bertanyalah kepada satpam toko swalayan mengenai toko pusat oleh-oleh terdekat. Dengan beliau dikasih tau arahnya dan bilang cuma 200m kok jalan kaki aja. Oke saya jalan kaki, tapi setelah berjalan kali sekitar 500m kok belum terlihat tokonya. Kesalahan saya tidak dari awal mengecek, tahunya jaraknya 2KM. Oke akhirnya saya langsung pesan ojek online lagi dan ternyata jauh sekali jika harus jalan kaki guys!
Toko pusat oleh-oleh yang terkenal di Padang adalah CH *singkatan. Tapi karena lebih dekat UAH*, jadi saya pilih yang dekat saja. Sore harinya saya habiskan waktu di hotel saja. Sebenarnya ingin sekali ke Pantai Air Manis dan Jembatan Siti Nurbaya di malam hari cuma tidak berani kalau sendirian keluar malam-malam di sini.
Quote:
5. Hari Kelima
Hari kelima saatnya saya pulang ke Jakarta.
Hari kelima saatnya saya pulang ke Jakarta.
Oke, begitu saja pengalaman singkat saya solo travel ke beberapa daerah di Sumbar. Karena ini tanpa rencana alias dadakan tentu tidak sedikit kurangnya. Saya pribadi kurang cari tahu/ explore internet mulai dari transportasi, penginapan, tempat wisata. Jadi semua tanpa planning yang matang š.
Quote:
# Saran dari saya bagi yang ingin solo travel:
1. Cari tahu segalanya di internet tapi jangan percaya sepenuhnya.
Misalnya ada informasi yang kita dapat dari blog, lihat dulu ditulis tahun berapa. Jika sudah terlalu lama sangat mungkin informasi tersebut sudah tidak relevan dengan keadaan saat ini.
2. Booking penginapan maksimal 1 minggu sebelumnya jika pergi di hari biasa, namun pesanlah beberapa bulan sebelumnya jika pergi di peak season.
3. Cari di social media informasi mengenai travel, tempat sewa kendaraan, dan angkutan umum yang bisa dijumpai di lokasi tujuan.
4. Cari informasi mengenai lokasi wisata yang ingin dikunjungi beserta transportasi yang mudah untuk menuju ke sana.
5. Cari tahu harga ongkos transport yang wajar baik dari internet ataupun penduduk lokal.
6. Ketika di taksi/ mobil travel sendirian pastikan hidupkan google map kamu, agar kamu tahu mobil tersebut mengarah kemana (alias biar tidak disasarin). Jaga diri lebih baik karena kejahatan bisa terjadi dimana saja.
1. Cari tahu segalanya di internet tapi jangan percaya sepenuhnya.
Misalnya ada informasi yang kita dapat dari blog, lihat dulu ditulis tahun berapa. Jika sudah terlalu lama sangat mungkin informasi tersebut sudah tidak relevan dengan keadaan saat ini.
2. Booking penginapan maksimal 1 minggu sebelumnya jika pergi di hari biasa, namun pesanlah beberapa bulan sebelumnya jika pergi di peak season.
3. Cari di social media informasi mengenai travel, tempat sewa kendaraan, dan angkutan umum yang bisa dijumpai di lokasi tujuan.
4. Cari informasi mengenai lokasi wisata yang ingin dikunjungi beserta transportasi yang mudah untuk menuju ke sana.
5. Cari tahu harga ongkos transport yang wajar baik dari internet ataupun penduduk lokal.
6. Ketika di taksi/ mobil travel sendirian pastikan hidupkan google map kamu, agar kamu tahu mobil tersebut mengarah kemana (alias biar tidak disasarin). Jaga diri lebih baik karena kejahatan bisa terjadi dimana saja.
Quote:
Kelebihan Solo Travel:
- Bebas menentukan destinasi wisata, tanpa berdebat dengan teman.
- Tidak terikat jadwal alias bebas jika ada perubahan rencana mendadak.
- Meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian.
- Agar kita lebih mengenal diri sendiri dan lingkungan.
- Bonusnya: mendapatkan teman baru.
- Bebas menentukan destinasi wisata, tanpa berdebat dengan teman.
- Tidak terikat jadwal alias bebas jika ada perubahan rencana mendadak.
- Meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian.
- Agar kita lebih mengenal diri sendiri dan lingkungan.
- Bonusnya: mendapatkan teman baru.
Quote:
# Kekurangan Solo Travel:
- Lebih banyak cost yang dikeluarkan karena semua serba sendiri, sedangkan jika pergi berkelompok bisa sharing cost.
- Ekspektasi vs realita sering berbeda. Sedihnya kalau kita tidak dapat teman baru. Jadi hal apa pun yang kita temui harus kita handle sendiri.
- Harus ekstra hati-hati, terutama bagi perempuan. Jangan berlama-lama di tempat yang sepi sendirian dan pastikan barang berharga selalu dalam pengawasan.
- Susah untuk foto. Minta orang lain tidak dikenal untuk fotoin kan ga enak. Alhasil oleh-olehnya kebanyakan cuma foto pemandangan aja.
- Kadang merasa kesepian, karena tidak ada yang diajak ngobrol.
- Lebih banyak cost yang dikeluarkan karena semua serba sendiri, sedangkan jika pergi berkelompok bisa sharing cost.
- Ekspektasi vs realita sering berbeda. Sedihnya kalau kita tidak dapat teman baru. Jadi hal apa pun yang kita temui harus kita handle sendiri.
- Harus ekstra hati-hati, terutama bagi perempuan. Jangan berlama-lama di tempat yang sepi sendirian dan pastikan barang berharga selalu dalam pengawasan.
- Susah untuk foto. Minta orang lain tidak dikenal untuk fotoin kan ga enak. Alhasil oleh-olehnya kebanyakan cuma foto pemandangan aja.
- Kadang merasa kesepian, karena tidak ada yang diajak ngobrol.
Oke, kira-kira segitu saja sharingnya dari saya.
Terima kasih
Terima kasih
ranselbekas dan 6 lainnya memberi reputasi
7
3.9K
Kutip
7
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Cerita Pejalan Domestik
2.1KThreadā¢2.5KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru