Kota Wuhan China belakangan ini santer disebut di berbagai media, semenjak merebaknya virus yang cukup mematikan, Corona. Virus ini disinyalir berasal atau bermula dari kota Wuhan, karena kebanyakan korban memang berasal atau berdomisili di wilayah tersebut.

Belakangan ini Kota Wuhan kembali menjadi sorotan dunia, setelah sebuah foto satelit memperlihatkan kota yang dianggap sebagai sumber Corona tersebut terlihat berwarna merah menyala.

Gambar satelit dari Sistem Informasi Penyelamatan Kebakaran milik NASA (FIRMS) memperlihatkan zona merah yang berarti terjadi peningkatan kebakaran atau pekatnya warna merah di udara terbuka selama ramainya pemberitaan tentang Wuhan dan Corona.

Tentu saja, foto yang terasa aneh bagi orang awam tersebut, menimbulkan berbagai persepsi di kalangan masyarakat. Ada yang menganggap itu sebagai zona bahaya, di mana di mana banyaknya virus Corona yang terkumpul, sehingga bisa tertangkap kamera dengan warna merah. Ada yang menganggapnya sebagai ‘azab’, dan sebagainya.

Akhirnya semua itu terjawab secara ilmiah setelah FIRMS menjelaskan bahwa warna merah itu berasal dari kebakaran/api yang menyala. Sedangkan situs Windy.com menyatakan bahwa warna merah itu berasal dari tingginya tingkat Sulfur Dioksida (SO2) yang tertangkap kamera peta satelit.

Mana yang benar? Keduanya adalah benar. Sebab Sulfur Dioksida akan meningkat jika banyak terjadi kebakaran. Lantas, apa yang terbakar di kota Wuhan, sehingga foto tangkapan satelit sampai berwarna merah?

Ternyata yang terjadi adalah proses kremasi janazah korban virus Corona. Kremasi atau pembakaran janazah dilakukan oleh Pemerintah China untuk membasmi atau setidaknya mengurangi penyebaran virus Corona.

Disebutkan, pembakaran janazah dilakukan secara massal dan dilakukan di berbagai tempat, termasuk di pinggir-pinggir jalan, khususnya di Kota Wuhan. Itulah sebabnya, foto satelit menunjukkan adanya warna merah, akibat banyaknya SO2 dan titik kebakaran. So, tak ada hal yang berbau mistis terkait dengan warna merah tersebut.
****
Belum reda rumor tentang foto berwarna merah tersebut, kini Kota Wuhan kembali digegerkan dengan banyaknya burung gagak yang beterbangan di udara. Lagi-lagi hal ini menimbulkan berbagai penafsiran dan anggapan dari masyarakat.



Menanggapi hal tersebut, menurut Mbah Mijan, hal itu sebagai pertanda akan datangnya musibah dan bencana. Dalam mitologi berbagai negara, termasuk China sendiri, kedatangan koloni burung gagak diartikan sebagai akan datangnya wabah penyakit dan bencana. Sedangkan menurut mitos Indonesia, burung gagak identik dengan kematian.

Para ilmuan sendiri belum bisa menjelaskan fenomena kedatangan sekelompok burung gagak di kota Wuhan ini. Namun menurut Ane, mitos orang Indonesia itu ada benarnya, yakni sebagai pertanda kematian. Buktinya, tuh memang banyak korban yang tewas di Wuhan khususnya, dan masih banyak yang terinfeksi, yang jika tidak mendapat perawatan medis yang maksimal, sangat potensial akan menjadi korban berikutnya. Atau barangkali kedatangan burung gagak itu karena mencium aroma mayat yang dikremasi tersebut.
***
Entahlah, segala sesuatu biasanya selalu diawali dengan sebuah gejala sebagai pertanda. So, selayaknya kita berhati-hati jika sudah ada pertanda, tapi tidak harus panik dan gelisah. Misalnya, jika sudah melihat awan hitam yang biasanya adalah sebagai pertanda akan hujan, maka tak perlu panik, tapi cukup sediakan payung atau jas hujan. Andai hujan tak jadi turun, tuh tak salah juga kita telah mengantisipasinya.

Karena itu, apapun yang akan terjadi di dunia ini, kenalilah tanda-tandanya, lalu siapkan sesuatu sebagai antisipasinya, dengan tetap TENANG. Intinya adalah WASPADA dan BERDOA. (*)
****
Ref 1, Ref 2, Ref 3, Ref 4.