opabaniAvatar border
TS
opabani
Tentang Perjalanan





Judul : Tentang Perjalanan
Karya : Dwi Bani Khalman
Jenis : Kisah Fiksi


Malam sudah larut, perjalanan yang mereka tempuh sepertinya masih cukup jauh. Dari Jakarta mereka berangkat pukul tiga sore, sekarang sudah tengah malam, namun mereka belum juga sampai ke tempat yang akan di tuju, sebuah desa di mana mereka akan menghadiri pesta pernikahan teman satu kantor yang kebetulan menikah besok pagi.

"Kita tidak kesasar kan, Ben?"

"Sepertinya nggak deh! Kan rumahnya memang jauh, jadi wajar jika kita belum sampai!"

Beno menjawab sambil terus fokus menyetir, sedangkan keempat teman lainnya sudah tertidur pulas di belakang.

"Kamu jangan tidur ya, Yan. Temani aku!" pinta Beno memelas.

"Wes tenang to, Ben. Aku temenin sampai tempat tujuan! Kalau aku tidur takutnya kamu juga ngantuk terus nyusrug nih mobil!" ujar Iyan bergurau agar suasana terasa hangat.

Mereka kemudian ngobrol, sesekali diselingi candaan dan mereka pun sesekali tertawa bersama.

Malam itu gerimis turun, kondisi jalanan yang kurangnya lampu penerang, membuat keadaan sekitar tampak gelap, jalan yang mereka lalui juga sangat lengang, bahkan mereka hampir tidak berpapasan dengan mobi atau pengendara motor lainnya.

"Gila, ini jalan sepi banget ya? Apa memang seperti ini jalan di pedesaan, jam duabelas malam sudah sepi sekali!" gerutu Iyan yang merasa bete karena kondisi jalanan yang tak seramai di Jakarta.

"Eh, Yan! Kamu lihat tidak, itu di depan ada keramaian?"

"Eh, iya! Ada apa ya?" sontak Iyan memfokuskan diri untuk melihat keramaian yang ada di depan.

Beno coba melambatkan mobilnya, karena ia penasaran sekali dengan apa yang sedang terjadi. Tiba-tiba ....

"Ahhhh ...!"

Iyan menjerit histeris. Sesosok perempuan dengan muka penuh darah tiba-tiba berada tepat di samping kaca mobil tempat ia duduk.

"Tancap gas, Ben!" teriak Iyan panik.

Beno segera menginjak gas kuat-kuat, mobil pun berhasil menjauh dari tempat keramaian tadi. Setelah jauh, Beno dan Iyan coba untuk menepi dan menengok ke arah tempat keramaian yang seperti terlihat ada kecelakaan, mereka benar-benar kaget! Ternyata di tempat itu tidak ada kejadian apa-apa, jalanan masih lengang dan keramaian yang tadi dilihat oleh mereka pun raib begitu saja.

"Itu tadi apaan ya?" tanya Iyan dengan suara yang masih terdengar seperti orang ketakutan.

"Entahlah, Yan! Sumpah yang tadi itu aku rasa bukan manusia! Tetapi mereka itu makhluk halus!"

"Ya ampun, Ben. Perempuan yang tiba-tiba nongol di samping kaca jendela tadi benar-benar seram, wajahnya berantakan sekali!" Iyan merinding saat mengungkapkan kejadian barusan.


"Ada apa?"

Suara Intan mengejutkan Beno dan Iyan. Apalagi mereka baru saja mengalami hal yang sangat aneh.

"Yaelah! Bikin kaget aja kamu, In!"

Beno tampak kesal, mungkin karena habis menemukan hal ganjil yang baru dialaminya.

"Begitu saja kalian takut!"

Intan menyanggah pernyataan Beno, sahabatnya.

"Bangunin yang lainnya dong, In. Biar ramai!"

Iyan menyuruh Intan untuk segera membangunkan teman-teman lainnya yang masih tertidur.

"Saya sudah bangun kok!" celetuk Nia.

"Aku juga sudah bangun!" Angela angkat bicara.

"Demikian juga saya, saya sudah terjaga sejak kamu menjerit, Yan!" itu suara Fani yang terakhir terdengar.

"Syukurlah, kalian jangan tidur lagi. Mungkin perjalanan sekitar dua jam lagi, temenin kami ngobrol ya!"

Beno berharap agar semua ikutan ngobrol, setidaknya rasa takut yang tadi dialami bisa hilang dan terlupakan tentunya.

Gerimis masih turun di sepanjang jalan, semakin malam suasana semakin terlihat sepi.

"Aku tidak menyangka jika ternyata jalan menuju ke kampung Helenna begitu sepi sekali. Pantas Helenna jarang pulang kampung kalau lagi liburan!"

Iyan coba membuka percakapan, untuk memancing agar suasana tidak mencekam.

"Ceritakan saja kepada kami, tentang kejadian yang tadi kalian alami!"

Suara Fani tampak datar tanpa ekspresi.

"Betul, cerita saja. Kami ingin mendengarkan!" Angela menimpal.

"Ayolah, ceritakan saja kepada kami. Apa sih yang kalian takutkan?!" Ani berbicara dengan nada seperti orang yang sedang tidak sabar.

"Kalian ini kenapa sih? Ooh ... jadi, kalian beneran mau tahu, betapa mengerikannya perempuan yang tadi tiba-tiba nongol di samping kaca jendela mobil?!"

"Hihihihihi ... nyali kalian benar-benar kecil!" suara tawa Intan terdengar menakutkan sekali.

"His! Jangan tertawa seperti itu, In!"

Beno yang sedang konsentrasi pegang kemudi, jadi sedikit oleng karena terkejut mendengar tawa Intan yang begitu menyeramkan.

Ciiiit ...!!!

Mobil pun terhenti. Beno segera menyalakan lampu bagian dalam, setelah sedari tadi ia mencium ada bau-bauan aneh di dalam mobilnya.

Lampu pun menyala, nampak keempat teman wanita yang duduk di bagian belakang semuanya menunduk.

"Kenapa, Ben!" teriak Iyan.

"Sini turun!" Ajak Beno yang sudah duluan lari menjauh dari mobilnya, ia melambaikan tangan agar Iyan turun dan menghampirinya.

"Ada apa?" tanya Iyan setelah sampai di sebelah Beno.

"Kamu ngerasa aneh tidak?!" bisik Beno pelan.

"Iya, aku mencium aroma persis seperti di tempat kejadian aneh yang tadi kita lihat!" ujar Iyan.

"Betul sekali! Dan apakah kamu tidak merasa, jika keempat teman kita yang duduk di belakang semuanya aneh!"

"Betul, Ben! Kita sama-sama tahu, jika mereka semua takut sama hal-hal yang berbau horor, tapi kenapa mereka justru sebaliknya?!" Iyan mengeluarkan argumennya, karena memang seperti itu kenyataannya.

Beno dan Iyan mengamati keempat temannya, mereka terlihat duduk dengan menundukan kepala.

"Tadi, bukankah mereka sudah bangun? Tapi kenapa sekarang mereka tiba-tiba tertidur dengan begitu cepatnya?!" ujar Iyan sambil mengerutkan kening.

"Sttt ..., sepertinya tadi yang berbicara dengan kita itu, bukan teman-teman kita!" Beno mendekatkan mulut ke telinga Iyan.

Beno dan Iyan saling bertatapan, mereka memiliki rasa takut yang sama. Dan bau anyir itu malah semakin santer tercium.

"Bau ini berasal dari dalam mobilmu, Ben!"

Wajah Iyan tampak pucat. Rasa takut yang tadi saja belum hilang, ini malah di tambah lagi rasa takut berikutnya.

Fani, Ani, Intan dan Angela tiba-tiba sama-sama turun dari mobil. Namun anehnya, wajah mereka semua persis seperti wajah perempuan yang menakutkan tadi, yang mereka dijumpai di perjalanan.

"Ini rumah kami!"

Suara perempuan yang berada paling depan begitu menakutkan. Ia berbicara sambil menunjuk ke jembatan tepat Beno menghentikan mobilnya.

"Ja ... ja ... di ....," Beno pingsan sebelum ia sempat melanjutkan ucapannya.

"Ben, bangun!"

Iyan tampak panik dan mengguncang tubuh Beno sekuatnya, rasa takut juga semakin menyerang, tubuhnya menggigil hebat, namun Iyan masih bisa bertahan dan tidak pingsan seperti Beno.

"Ja ... jangan ganggu kami!" teriak Iyan kuat-kuat, ia berharap teriakannya mampu mengusir mahluk-mahluk astral tersebut.

Hihihihihi ...,"

Suara tawa itu terdengar begitu menakutkan, tubuh Iyan semakin menggigil ketakutan, lelaki itu hanya mampu berdiri dan terpaku.

Suara tawa itu akhirnya hilang, Iyan terkulai lemah di samping tubuh Beno, untung saja ia tidak pingsan.

"Hei ...! Kalian sedang apa?!"

Teriakan Nia mengejutkan Iyan.

"Benarkah kamu itu, Nia?" dalam kondisi yang masih lemas, Iyan coba mengamati perempuan yang di panggilnya Nia.

"Ya iyalah! Kamu mabuk ya?!" ujar Nia menyelidik.

Iyan menghela napas lega, ini benar-benar Nia sahabatnya.

"Syukurlah, bangunkan yang lainnya, kita gotong Beno ke dalam mobil! Biar aku yang gantiin nyupir!" ujar Iyan.

Iyan dan keempat sahabatnya segera memindahkan tubuh Beno ke dalam mobil. Mobil pun kembali melaju.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Yan?"

Angela coba untuk tahu apa yang telah dialami oleh Beno dan Iyan.

"Iya, kalian berdua sudah bikin kami takut!" sela Intan.

"Sudah-sudah! Aku ceritakan semuanya nanti, setelah kita sampai di rumah Helenna, ya!"

Iyan tidak mau bercerita saat itu, mungkin karena trauma. Mobil pun terus melaju menembus gelap malam. Meninggalkan jembatan tempat Beno tadi pingsan.

Di jembatan yang sudah mereka tinggalkan, keempat perempuan misterius itu menatap tajam mobil yang sedang melaju kencang, mereka pun tiba-tiba lenyap begitu saja.

Gerimis telah menjadi hujan yang lebat, membasahi bumi, menjawab kerinduan tanah yang hampir mengering, membangkitkan riuh ramai suara katak yang menyambut kedatangan hujan.

Selesai

NB : cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, ini benar-benar tidak disengaja.

nurulnadlifa
NadarNadz
nona212
nona212 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.2K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.