i.am.legend.
TS
i.am.legend.
Wapres Ma'ruf: Jangan Bangun Rumah Ibadah Jika Syaratnya Belum Terpenuhi


Wapres Ma'ruf: Jangan Bangun Rumah Ibadah Jika Syaratnya Belum Terpenuhi

Suara.com - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan Surat Keterangan Bersama (SKB) 2 Menteri seharusnya bisa menjadi solusi untuk mengatasi konflik terkait pembangunan rumah ibadah. Syarat tersebut tertuang dalam Peraturan Bersama Dua Menteri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006.

"Tidak ada ukuran berapa orang boleh membangun rumah ibadah sehingga daerah itu sendiri-sendiri dalam membangun rumah ibadah dan terjadi konflik di lapangan untuk itu dibuat aturan," kata Ma'ruf di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (21/2/2020)

Maruf menjelaskan, peraturan tersebut sudah mengakomodasi kepentingan lima agama yang diwakili oleh masing-masing organisasi kemasyarakatannya. Contohnya seperti dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persatuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang saat itu diwakili oleh Ma'ruf Amin.

"Karena pendekatannya pembangunan rumah ibadah itu adalah kebutuhan nyata jadi jangan sampai enggak butuh rumah ibadah," kata dia.

Dalam peraturan tersebut kata Ma'ruf, syarat pendirian rumah ibadah antara lain harus ada bukti pengguna atau jamaahnya minimal 90 orang. Kemudian dengan dukungan masyarakat setempat setidaknya 60 orang.



"Tapi seringkali persoalannya ditolak oleh lingkungan. Ini bukan soal ibadah tapi soal lingkungan (di sekitar) rumah ibadah. Kalau ibadahnya enggak jadi masalah," katanya.

Kemudian dalam Peraturan Bersama Dua Menteri juga menjelaskan jika terjadi pembangunan rumah ibadah diprotes langkah yang harus diambil. Bahkan kata Maruf hal itu juga ada dalam kesepakatan Forum Kerukunan Umat Beragama di tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota.

Lebih lanjut, jika semua aturan sudah terpenuhi maka tidak boleh pembangunan rumah ibadah ditolak.

"Tetapi melaksanakan peraturan itu sesuai dengan aturan. Kalau sudah memenuhi syarat sesuai aturan tidak boleh ada yang menolak (pembangunan rumah ibadah)," kata Maruf.



"Tapi kalau belum terpenuhi syaratnya jangan memaksakan pembangunan rumah ibadah. Bukan saja untuk misalnya kristen, tapi Islam juga begitu. Kalau itu tidak dipatuhi pasti ada konflik," Maruf menambahkan.
sumber

☆☆☆☆☆
Quote:


Persoalan klasik.
KH. Ma'ruf Amin sebenarnya berbicara hanya berdasar konteks tekstual sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia. Jelas tertulis semua aturannya. Mana yang boleh, mana yang tidak. Namun pada kenyataannya tidaklah sesederhana itu.

Banyak muslim, jika menyuarakan keprihatinan atas dasar keadilan, kemanusiaan, dan hak dasar manusia untuk memeluk agama dan beribadah, bagi penganut agama lain, dianggap sebagai pembela kafir, menggadaikan aqidah, murtad, dan sebagainya yang semuanya seram, tak ada yang bagus. Tapi urusan ibadah, urusan surga atau neraka, adalah urusan pribadi. Itu masuk dalam ranah privat. Dan ini bukanlah hal yang mengada-ada. Ini nyata, ada di Indonesia.

Sekarang begini.Jika beberapa pertanyaan ini ditanyakan kepada KH. Ma'ruf Amin sebagai Ulama, bukan sebagai Wakil Presiden.

Andai ada sekelompok orang, taruhlah ummat Nasrani, ingin membuat rumah ibadah ditengah masyarakat yang majemuk, dengan jumlah jemaatnya yang lebih dari 90 orang sesuai Peraturan Bersama 2 Menteri, apakah mudah? Belum. Harus ada 60 orang yang menyetujui. Dan pastinya 60 orang ini bukan beragama Nasrani. Betul? Nah, jika tak didapatkan quota 60 orang yang menyetujui, maka biarpun yang ingin beribadah itu 500 orang sekalipun, pasti tak akan bisa. Artinya, kekuatan 60 orang ini adalah kekuatan Tuhan. Kenapa? Karena kalau mereka manusia, mereka pasti punya hati. Bagaimana jika mereka diperlakukan seperti ummat Nasrani itu?

Lalu, andai yang 60 orang ini tidak setuju, apa ketidaksetujuan mereka? Kalau menurut KH. Ma'ruf Amin, ini bukan soal ibadahnya, tapi soal lingkungan. Dipertegas saja, adanya Gereja bikin sepet mata. Lho? Koq bangunannya? Lha iya. Kan katanya bukan soal ibadahnya.

Kemudian, andai bangunan rumah ibadah tak boleh berdiri di lingkungan tersebut, apakah lantas ummat Nasrani boleh beribadah di rumah salah satu jemaat dilingkungan tersebut? Nyatanya tak boleh juga. Sebab rumah tinggal bukan untuk ibadah, katanya.

Ok, dimengerti. Setelah rumah tinggal tak boleh dipakai untuk ibadah, maka andai ummat Nasrani beribadah di udara terbuka, di tanah lapang tempat calon rumah ibadah berdiri, apakah lantas bebas? Eh, tidak boleh juga. Katanya (akhirnya) mengganggu lingkungan sekitar.

Pertanyaannya : Yang mengganggu itu, ibadahnya atau kumpulan orangnya, atau rumah ibadahnya?

Kalau untuk beribadah harus sendiri-sendiri, bukankah ummat lain juga beribadah bersama-sama? Berjamaah?

Artinya, jelas, bahwa yang sebenarnya dituju, bukanlah semata-mata rumah ibadahnya, tetapi ibadahnya. Ya, ibadahnya. Ibadah ummat tersebut ditakutkan dapat mengganggu aqidah ummat lain. Dapat mempengaruhi keimanan ummat lain. Begitu katanya.

Ini sama seperti ritual tahunan soal tutup. Saat Ramadhan, warung makan harus tutup. Ini tutup. Itu tutup. Seolah imannya tipis setipis kulit bawang. Jujur, TS terhina. Bagi TS, keimanan dan kekukuhan mengimani agama, melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasulullah, tak akan bisa luntur hanya karena ada makanan minuman didepan muka, melihat orang lain merokok dan makan minum, bahkan berbikini sekalipun! Kalau yang pakai bikininya cowok brewok! Kalau setipis itu iman seseorang, untuk apa teriak-teriak tentang surga dan neraka? Bilang aja elu gak kuat puasa! Titik!

Ok, kita kembali ke masalah soal 60 orang tadi. Jika alasannya adalah terganggu dengan ibadah ummat lain, sementara yang suka terganggu dengan ibadah manusia adalah golongan setan, sebenarnya yang 60 orang ini golongan manusia atau golongan setan? Setan tidak beragama, sama dengan binatang. Tapi binatang tak peduli dengan ibadah manusia. Nah pilih, mau jadi golongan setan atau golongan binatang? Tak mau jadi binatang? Maka jadilah manusia. Lalu bagaimana sikap seorang manusia yang memahami kebutuhan ummat beragama? Saling menolong dalam kebajikan. Urusan ketaqwaan, Habluminallah! Lakum Dinukum Waliyadin. Untuk elu agama elu, untuk gue agama gue. Gue gak akan ngerecokin urusan elu beribadah. Dan elu sebaliknya gak boleh ngerecokin gue beribadah. Ya.... tapi jangan mentang-mentang gak boleh ngerecokin elu beribadah, tuh toa disetel pol saban jam setengah 4 pagi bang! Anak bayi gue kaget. Gak semua orang budeg. Lha, ummat gue gak perlu diteriakin, pada datang tuh ibadah. Hehehe... Ini cuma intermezo aja.

Se...ba...lik...nya!
Jika ada ummat muslim ingin membangun mushalla atau masjid, apa perlu ijin 60 orang juga dan butuh jamaah 90 orang? Nyatanya gak. Lu punya tanah, lu bangun mushalla, lu pasang toa, lu jadi Imam, selesai. Jamaah bakal datang sendiri, meskipun Isya 20 orang, Shubuh 5 orang, Dzuhur 4 orang, Ashar 6 orang, Maghrib 10 orang. Bahkan TS pernah shalat Dzuhur di Bekasi, masjidnya megah, ada tugu tempat nama-nama yang ikut membangun masjidnya, semuanya dari tukang-tukangnya. Yang shalat? 1 shaf. Itu juga kiri kanan lowong. Kemana yang lain? Paham kan kenapa setiap jam setengah 4 pagi udah kencang suara toa?

Lalu, jika nekat membuat mushalla atau masjid di lingkungan non muslim tanpa ijin, apakah boleh? Ya boleh aja. Kalau gak boleh? Ya silakan hancurkan. Tapi ingat!!!! Dengan 2 jempol tulisan di sosmed. Dengan hanya 1 foto, maka itu sudah bisa membakar amarah 1 Indonesia!

Adil? Silakan menilai sendiri.

Jadi, intinya. TS sangat terganggu dengan mereka-mereka yang mengaku beragama, tapi perilakunya justru seperti setan. Takut melihat orang beribadah. Kalah sama pertapa yang bertapa di goa, diganggu binatang dan memedi sampai jin wanita cantik yang telanjang. Katanyaaaa...

Ayolah. Ini Indonesia. Bendera kebangsaan kita masih sama. Lagu kebangsaan kita masih sama. Kita menghirup udara yang sama. Minum dari tanah yang sama. Makan dari hasil alam yang sama. Kenapa kita harus selalu merasa paling benar? Padahal kebenaran itu hanya milik Yang Maha Mencipta. Dia lah yang akan menentukan layak tidak elu, elu, dan elu masuk surga atau jadi kerak neraka.

Bukan Xaruduy!
Paham?
Diubah oleh i.am.legend. 21-02-2020 18:23
sebelahblog4iinchnowbitool
nowbitool dan 62 lainnya memberi reputasi
63
7.4K
165
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.2KThread39.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.