rahma.syndromeAvatar border
TS
rahma.syndrome
Nyawa Untuk Sebuah Cinta
Hari ini Adel berkunjung ke rumah neneknya yang ada di sebuah Desa terpencil. Ia ingin menenangkan pikiran sekaligus hatinya. Hidupnya begitu sulit ketika Ayahnya menikah lagi dengan seorang perempuan. Rumah yang dulunya menjadi istana ternyaman bagi Adel, kini berubah menjadi seperti neraka yang kapan saja bisa membakar penghuni rumahnya, terutama Ibu tirinya. 



Adel hanya membutuhkan pelukan dari anggota keluarganya. Karena selain keluarga, ia tak memiliki siapa-siapa. Bahkan seorang temanpun ia tidak punya.
 
Delina Adora, seorang gadis cantik yang memiliki keterbatasan fisik yaitu tunawicara dan tunarungu. Saat ini ia baru saja lulus dari sekolah menengah atasnya dan memilih untuk berlibur ke rumah neneknya. 

“Del, makan dulu yuk,” ujar neneknya saat Adel sedang membaca buku.

Adel hanya mengangguk dan beranjak untuk pergi ke dapur. Rumah neneknya begitu sederhana, berbeda jauh dari rumahnya yang terkesan mewah. Namun dari kesederhanaan itu, tercipta sebuah keluarga yang begitu harmonis. Nenek dan kakeknya tinggal bersama Tante Maya, adik dari Papanya yang belum menikah.

“Adel mau lama disini?” tanya Tante Maya kepada Adel saat mereka baru saja selesai makan.

Adel buru-buru menuliskan sesuatu di notesnya. Adel memang terbiasa menulis di notes daripada menulis di ponselnya.

Iya Tante, Adel mau nikmatin liburan disini. Tulis Adel.

“Yaudah, besok jalan-jalan aja sekitaran sini Del. Bagus loh pemandangannya,” sahut Tante Maya. 

Adel hanya mengangguk sambil tersenyum. Ia memang sudah memikirkan rencana untuk berjalan-jalan di sekitar rumah neneknya. Ia benar-benar membutuhkan udara segar untuk saat ini. 

Malam ini Adel tak bisa memejamkan matanya. Pikirannya terus teringat kepada ucapan Ibu tirinya tiga hari lalu. Adel benar-benar sakit hati dengan ucapan Ibu tirinya yang mengatakan bahwa Adel hanyalah anak tidak berguna yang bisanya menyusahkan orang tua saja. Selain ucapan tersebut, masih ada lagi ucapan-ucapan yang membuat Adel emosi. Ingin sekali Adel berteriak dan memakinya balik, tapi Adel tak bisa melakukan itu semua dan hanya memendam emosinya didalam dada. 

Adel sudah benar-benar berada di titik terendah untuk sebuah kehidupan. Ia ingin protes kenapa ia terlahir dengan keadaan yang tidak sempurna. Tapi, ia bingung harus protes kepada siapa. Kepada Tuhan? Itu tidak mungkin. Kepada almarhumah Ibunya? Itu juga tidak mungkin. Satu-satunya hal yang bisa Adel lakukan adalah bersabar. 

Pagi ini, Adel berjalan-jalan disekitar rumah neneknya. Sepanjang jalan, banyak orang yang menyapa dan tersenyum kepadanya. Wajah cantik Adel menjadi pusat perhatian banyak orang di lingkungan sekitar. Setelah cukup lama berjalan-jalan, Adel memutusakn untuk berhenti dan duduk di sebuah bangku panjang yang berada di bawah pohon rindang. Ia menikmati sejuknya udara pagi sambil sesekali memajamkan mata untuk menghirup energi positif dari alam. 

“Hai,” tiba-tiba ada seseorang yang menyapa Adel. 

Adel bergeming dan tetap memejamkan matanya, ia sengaja melepas alat bantu pendengarannya untuk lebih menikmati suasana hening yang tercipta. Merasa diabaikan, seseorang itu menepuk bahu Adel perlahan. Sontak Adel terkejut dan langsung membuka mata. Melihat ada seseorang yang berada di depannya, ia buru-buru memasang alat bantu dengarnya. 

Seseorang itu lantas duduk disamping Adel sambil tersenyum ke arahnya.

“Bukan orang sini ya?” tanya-nya.

Adel hanya mengangguk perlahan. Ia sedikit canggung karena ini pertama kalinya ia duduk berdekatan dengan seorang lelaki. 

“Aku Fahmi, asli orang sini,” ucap laki-laki tersebut sambil mengulurkan tangannya.
Adel menyambut uluran tangan Fahmi sambil tersenyum. Setelah itu ia segera menuliskan sesuatu di notesnya.

Adel

Fahmi hanya mengangguk-angguk,

“Tinggal dirumah siapa?”

Nenek Imah, tulis Adel.

Pertemuan singkat namun bermakna, begitulah pikir Adel. Ia sama sekali tak menyangka bahwa ia akan bertemu dengan Fahmi, sosok laki-laki yang sederhana dan tidak terlalu tampan. Senyum Fahmi mampu menggetarkan hati Adel, begitupun sebaliknya. Fahmi mengagumi Adel dari pertemuan tersebut. Bukan hanya mengagumi, tapi juga menyukainya. 

Pertemuan mereka tak hanya terjadi sekali saja, namun berlanjut dengan pertemuan-pertemuan lain. Setiap hari mereka pasti bertemu di tempat yang sama, yaitu bangku panjang dibawah pohon rindang. Dalam pertemuan tersebut, Fahmi lebih banyak berbicara dan Adel hanya menanggapi dengan senyuman, anggukan, dan sesekali menulis di notesnya. 

Waktu terus berjalan sampai pada akhirnya mereka saling jatuh cinta. Fahmi adalah cinta pertama Adel. Cinta mampu membuat Adel melupakan masalah dengan Ibu tirinya. Dengan keberadaan Fahmi, Adel merasa bahwa dirinya sempurna dan berharga. Cinta sejati tidak pernah memandang fisik, kekayaan, ataupun kedudukan. 

Fahmi mencintai Adel dengan tulus tanpa mempermasalahkan kekurangan Adel. Mungkin orang lain akan berpikir bahwa mencintai seseorang yang tidak sempurna akan merepotkan, tapi itu tidak berlaku untuk Fahmi. Cinta mereka begitu murni, kasih sayang, ketulusan, kesetiaan, kejujuran, dan keyaninan semakin memperkuat cinta diantara mereka. Adel dan Fahmi sudah menjalani masa pacaran selama tiga bulan. 

Adel benar-benar bersyukur karena ada yang mencintainya dengan tulus. Selama dia hidup, baru kali ini ia merasakan apa itu cinta. Kabar tentang Adel yang berpacaran dengan Fahmi terdengar oleh Ayah dan Ibu tirinya. Tanpa diduga, Ibu tiri Adel datang mengunjungi Adel dan mengatakan bahwa ia ingin bertemu dengan Fahmi. 

“Jadi kamu Fahmi pacarnya Adel?” tanya Ibu tiri Adel saat dirumah nenek Imah.

“Iya Bu,” jawab Fahmi dengan ramah.

“Kamu yakin cinta sama Adel? Dia itu bisu sama tuli loh, emang gak nyusahin kamu?”

Hati Adel serasa diremas mendengar ucapan Ibu tirinya itu. Ia tak menyangka bahwa Ibu tirinya akan bertanya seperti itu.

“Dia itu anak yang gak berguna, Ibu juga heran kenapa dia lahir ke dunia ini,” sambungnya lagi.

Fahmi kaget mendengar ucapan Ibu tiri Adel. Benar-benar keterlaluan! Batin Fahmi. Disisi lain, Adel sudah tidak kuat menahan air matanya, ia menangis diambang pintu ketika mendengar ucapan Ibu tirinya. Apakah aku seburuk itu? Tanya Adel dalam hati.

“Saya tulus mencintai Adel Bu. Untuk soal perbedaan, itulah yan membuat cinta begitu indah. Cinta tak memandang perbedaan, yang terpenting ketulusan. Adel memang tidak sempurna, maka dari itu saya akan menyempurnakannya dengan melengkapi kekurangannya.”

Hati Adel menghangat mendengar jawaban dari Fahmi. 

Setelah pertemuan itu, Fahmi semakin menunjukan rasa cintanya kepada Adel. Namun disuatu hari, Fahmi menghilang tanpa kabar. Adel berusaha mencari dengan mendatanginya ke rumah Fahmi. Tapi nihil, rumah itu kosong. Pikiran Adel berkecambuk, ia sangat khawatir dan takut terjadi apa-apa dengan Fahmi. 

Apa dia pergi ninggalin aku?apa dia gak tulus sama aku? Apa Fahmi menyadari jika aku hanya bisa menyusahkan saja lalu ia memilih untuk pergi? 

Berbagai macam pertanyaan bersarang di kepala Adel. Sudah lima hari Fahmi menghilang tanpa kabar sama sekali. Karena penasaran, Adel pun menanyakan kepada tetangga Fahmi.

Bu, ibu tahu dimana Fahmi? Tulis Adel sambil menyodorkan notes kepada Ibu-ibu tersebut.

Ibu itu menarik napas sejenak dan menghembuskannya perlahan. “Fahmi lagi ke rumah sakit, semua keluarganya juga ada disana. Fahmi menderita kanker hati stadium akhir, makanya dia sering bolak-balik ke rumah sakit.”

Hati Adel serasa berhenti berdetak, tubuhnya lemas dan tanpa sadar air matanya sudah keluar. Setelah ia pulang, ia memutuskan untuk menjenguk Fahmi dirumah sakit.

“Adel,” panggil Fahmi ketika Adel berada di ambang pintu.

Adel masuk dan memperlihatkan notesnya.

Kenapa kamu gak bilang kalo kamu sakit? Tulis Adel.

Fahmi tersenyum, “Aku gak apa-apa kok, lagian aku juga gak mau bikin kamu khawatir.”

Adel hanya menatap Fahmi dengan sebal. Tapi hatinya tak tega melihat Fahmi terbaring dengan berbagai macam alat yang Adel tidak tahu fungsinya untuk apa. 

Malam ini aku nginep disini, tulis Adel.

Fahmi hanya mengangguk lemah.

Tapi tanpa di duga, malam itu Fahmi kritis. Seluruh anggota keluarga berkumpul dan berdoa atas keselamatan Fahmi. Adel hanya bisa menangis pilu melihat kondisi Fahmi. Hatinya sakit, bahkan sangat sakit. Ia tak menyangka bahwa cinta pertamanya akan berakhir begitu memilukan. 

Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Entah perpisahan memang bukan jodoh, atau perpisahan yang terjadi karena maut menjemput. Sebagai manusia, tentulah harus siap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi.

Jika Fahmi akan tertidur selamanya, maka Adel harus bisa menerimanya dengan lapang dada meskipun hatinya hancur berkeping-keping. 

Adel ingin sekali berteriak dan menanyakan kepada Tuhan kenapa ia harus menerima semua ini. Menerima kenyataan yang begitu pahit. Tidak, kamu pasti akan hidup Fahmi. Batin Adel.

Adel menatap wajah Fahmi dari balik kaca. Hatinya teriris melihat kekasihnya sedang berjuang melawan sakitnya. Ingin rasanya ia menggantikan posisi Fahmi. 

Rasa cinta membuat seseorang rela melakukan apa saja untuk pasangannya. Bahkan ia rela menukar nyawanya untuk seseorang yang sangat dicintainya. Begitulah yang dilakukan oleh Delina Adora. Saat ini ia sedang berada di kamar operasi untuk mendonorkan hatinya kepada Fahmi. Ia memilih untuk memberikan seluruh hatinya kepada Fahmi karena ia sangat mencintainya dan tidak rela jika harus melihat kekasihnya tak bernapas. Untuk itu, Adel memilih untuk pergi terlebih dahulu dan membiarkan Fahmi hidup dengan hatinya. Aku mencintaimu Fahmi, ucap Adel didalam hati. Setelah ucapan itu selesai, mata Adel terpejam untuk selamanya. 
Diubah oleh rahma.syndrome 14-02-2020 02:03
Gimi96
NadarNadz
nona212
nona212 dan 11 lainnya memberi reputasi
12
2.4K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.