rahma.syndromeAvatar border
TS
rahma.syndrome
Kumpulan Cerpen by rahma.syndrome
Aku duduk di kursi sambil membaca sebuah novel karya Adenita yang berjudul 9 matahari. Suasana di dalam perpustakaan daerah ini sangat sepi. Hanya ada 5 pengunjung saja, termasuk aku. 



Tiba-tiba ada seseorang yang duduk tepat di depanku. Mau tak mau aku mendongak untuk melihatnya karena penasaran.

“Boleh kan duduk disini?” ia bertanya sambil tersenyum.

Aku hanya mengangguk dan kembali membaca novel tanpa berniat untuk menyapa orang tersebut.

“Suka baca novel,” tanya orang asing tadi.

“Iya,” jawabku singkat sambil terus melanjutkan membaca.

“Kenapa suka baca novel,” lagi-lagi ia bertanya kepadaku. Aku heran kenapa ia banyak bertanya, kupikir perpusakaan tempat untuk membaca buku, bukan untuk mengobrol.

Aku menghela napas sejenak dan menatapnya heran. 

“Karena dengan kalimat sederhana bisa merubah hidup kita. Itulah kenapa aku suka baca novel. Penulis bisa merubah pola pikir kita dan bisa memotivasi,” jawabku.

“Oh ya?” ia bertanya dengan nada seolah-olah tak percaya dengan apa yang ku katakan.

“Contohnya,” sambungnya lagi.

“You can’t choose your family, but you can choose your friend to be your family."

“Aku gak tau apa itu keluarga,” ucapnya sambil menatapku dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

Bagaimana mungkin seseorang bisa mengatakan hal seperti itu. Padahal setiap anak yang lahir didunia ini pasti mempunyai Ibu dan Ayah yang merupakan keluarganya.

“Maksudnya?” aku mulai tertarik dengan kalimat yang keluar dari mulutnya.

“Aku gak pernah mendapatkan kasih sayang orang tua, perhatian, bahkan kebahagiaan.” Lagi dan lagi wajahya sulit diartikan ketika ia mengatakan itu.

“Aku gak percaya,” jawabku tegas.

“Kamu gak percaya karena kamu gak pernah ada diposisi aku. Kedua orang tuaku sibuk mencari uang, mereka tidak pernah ada waktu buatku. Saat di rumahpun mereka sibuk dengan laptop masing-masing atau urusan lainnya. Rumah hanya tempat untuk tidur dan mandi, bukan tempat pulang untuk saling memeluk satu sama lain. Aku punya kakak yang sibuknya melebihi orang tuaku.” ia menghela napas sejenak lalu melanjutkan ceritanya lagi.

“Ketika aku sakit, mereka hanya membawaku ke rumah sakit dan meninggalkanku begitu saja. Hanya ada perawat yang menemaniku. Ketika aku ingin menceritakan kegiatanku atau hal menakjubkan yang aku lakukan mereka selalu tidak mempunyai waktu. Kita berada di rumah yang sama namun seperti ada tembok yang memisahkan antara satu dengan yang lainnya.”

Aku memperhatikan mimik wajahnya yang mulai berubah menjadi sendu. Terlihat jelas bahwa ia mempunyai beban yang ia pendam. Entah aku harus percaya atau tidak dengan orang asing tersebut tapi aku sedikit iba dengannya. Keluargaku yang begitu sempurna dan selalu menjadi tempat pulang ternyaman seolah berbanding terbalik dengan keluarganya.

“Saat aku SD, aku ingin sekali mengatakan bahwa aku mendapatkan nilai bagus di sekolah. Tapi aku tidak pernah mempunyai kesempatan untuk mengatakannya. Sampai saat inipun aku tidak pernah mendapatkan kesempatan itu. Pernah suatu kali aku menghampiri Ibuku dan ingin menceritakan bahwa aku akan ikut lomba debat antar sekolah, tapi aku tak bisa menceritakan karena Ibuku dengan tegas mengatakan bahwa ia harus menyelesaikan pekerjaaanya untuk presentasi besok,” ia tersenyum getir dan menarik napas dalam.

“Aku ingin seperti anak-anak lain yang mendapatkan dukungan dan semangat dari keluarga.”

Sebenarnya aku bingung harus mengatakan apa. Aku menyimpulkan bahwa orang asing ini kurang mendapat kasih sayang dan perhatian dari orang tua.

“Orang tuaku sudah tidak peduli lagi denganku, aku benar-benar merasa tidak ada artinya,” ucapnya lirih. 

Aku sedikit kaget mendengar ucapannya. Bagaimana bisa seorang lelaki yang terlihat keren dan tampan sepertinya terlihat begitu lemah dan putus asa.

“Kamu kuliah,” tanyaku.

“Iya.” 

“Kenapa kamu hanya sibuk melihat kekurangan keluargamu saja? Coba kamu lihat kembali kebaikan mereka kepadamu. Bagaimana usaha orang tuamu untuk membiayai sekolahmu, usaha mencukupi segala fasilitas kamu, uang jajan kamu, bahkan hal-hal kecil yang tidak terlihat.”

“Misalnya?” Tanya-nya penasaran.

“Do’a,” orang tuamu pasti mendoakan yang terbaik untukmu, apapun itu. Orang tuamu selalu memohon kepada Tuhan untuk melindungimu, untuk memberikan kesehatan untukmu. Mereka sibuk bekerja untuk siapa? Kamu! Mereka mau kamu itu mempunyai kehidupan yang layak dan serba kecukupan. Meskipun kasih sayang mereka hanya melalui uang, tapi ingatlah bahwa selembar uang yang kamu terima itu ada setetes keringat dari orang tuamu. Di luar sana masih banyak orang yang lebih susah darimu. Kamu bukan satu-satunya orang yang merasa paling menyedihkan. Kamu hanya kurang bersyukur dan ikhlas,” jawabku panjang lebar.

Ia berpikir sejenak lalu mengangguk. 

“Bersyukur?”

“Iya, kunci bahagia adalah dengan cara mensyukuri apa yang ada dan hargai selagi ada,” jawabku mantap.

“Kalau kamu tidak bisa bersyukur dengan apa yang kamu miliki sekarang, sampai kapanpun kamu tidak akan bahagia dan akan merasa sebagai orang paling menyedihkan. Orang tuamu itu sayang banget sama kamu. Kalo gak sayang gak mungkin mereka mau kerja banting tulang,” sambungku.

Ia hanya mengangguk-angguk dan tersenyum getir.

“Mungkin aku emang kurang bersyukur dan tidak pernah melihat kebawah, makasih ya atas nasihat kamu. Ya udah aku pergi dulu,” ucapnya sambil berlalu meninggalkanku.

Aku hanya memandangnya tak percaya. Dia datang dan menceritakan segala masalahnya, lalu pergi begitu saja. Bahkan aku tidak tahu siapa namanya, di mana ia tinggal dan kenapa ia bercerita panjang lebar? 

Memang hidup ini penuh dengan tiba-tiba. Segala sesuatu bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Yang terpenting adalah bagaimana kita menghadapi kejadian itu. Masalah akan selalu datang kepada siapa saja. Tidak mengenal umur, derajat, ataupun status sosial. Tidak ada masalah tanpa solusi. Dan Tuhan tidak akan memberikan masalah diluar batas kemampuan umatnya.

Setelah orang asing itu benar-benar pergi, aku kembali membaca novel yang baru sedikit kubaca. Aneh rasanya ketika ada orang asing yang tiba-tiba datang dan curhat lalu pergi begitu saja setelah mendapatkan solusi. Harusnya aku bahagia karena bisa merubah hidup seseorang hanya dengan kalimat-kalimat sederhana.
Gimi96
NadarNadz
nona212
nona212 dan 21 lainnya memberi reputasi
20
3K
56
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.