• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Bingung Memulai Bisnis Karena Modal Terbatas? Coba Simak Pengalaman Saya Ini

onee643Avatar border
TS
onee643
Bingung Memulai Bisnis Karena Modal Terbatas? Coba Simak Pengalaman Saya Ini
Banyak orang yang menginginkan memulai suatu bisnis. Tapi seringkali sebelum memulai sudah terpaut rasa ragu, bingung produknya apa, mulai dari mana, belum ada gambaran pangsa pasar, terkendala waktu pada sebagian kecil orang karena kesibukan yang sedang eksisting saat ini, dan sebagian besar terkendala dengan modal. Permasalahan umum sebenarnya. Karena saya dulu juga merasakan demikian. Tapi dengan berwacana, berdiskusi dengan orang-orang terutama praktisi bisnis, sebenarnya ada jalan mudah yang bisa dicoba.

Karena ada satu dari beberapa cara notabene minim modal tapi bisa menjanjikan laba yang lumayan jika dilakukan dengan konsisten. Keluarga kami sudah coba melakukannya. Dan berjalan hingga saat ini.

Kalau bisnis secara umum, sepertinya bagi beberapa kalangan agak riskan juga, terutama bagi pebisnis yang baru saja memulai. Karena identik dengan pengadaan stok barang, tanpa kepastian berapa persen dari keseluruhan stok yang akan terjual dalam waktu dekat. Entah lagi jika bisnis terkait cukup menjanjikan, pangsa pasar alias calon pembeli sudah jelas, harga yang ditetapkan cocok dengan kita sebagai penjual dan nyaman di customer sehingga mampu memunculkan laba untuk biaya operasional keseharian serta bisa diputar untuk permodalan baru kedepannya.


Stok barang banyak, tapi kita masih mendalami pangsa pasar, perputaran uang juga masih berusaha mencari timing, padahal modal usaha juga lumayan yang dibutuhkan, dan belum ada jaminan semua barang akan bisa terjual dalam waktu dekat, sumber gambar cpr.org

Satu sisi bisa juga dilakukan bila kita sebagai bisnis baru bisa memanage, seberapa banyak stok yang diadakan pada awal, mempelajari pangsa pasar dulu baru penambahan stok berlebih bisa dilakukan di waktu ke depannya. Tapi di situ identik dengan uang yang harus disiapkan agak berlebih. Modal awal.

Kalau keluarga saya memulai bisnis beberapa tahun lalu dengan sistem dropship. Mengapa jadi pilihan saya dan pasangan, karena modal yang dibutuhkan untuk uji coba usaha awal tidak begitu besar seperti pengusaha perdagangan pada umumnya, kita tidak berbenturan dengan kebutuhan untuk memperbanyak stock.

Segi penjual
Saya mencari penjual, pedagang di luaran sana, memang harus agak selektif, kalau bisa tangan pertama (produsen barang langsung), atau bisa juga tangan kedua yaitu distributor, atau pedagang sejenis.

Alasan mengapa saya mencari pihak tangan pertama seperti itu pasti teman-teman pembaca sudah tahu. Karena kita mencari harga yang murah, miring, sehingga ketika barang itu dijual kembali, harganya masih tidak terlalu jauh dengan harga pasaran. Karena persaingan bisnis zaman sekarang cukup bisa memeras otak.


Bersaing juga penting di poin harga, karena kebanyakan customer membuat keputusan pembelian berdasarkan harga pula, maka kita cukup beruntung jika bisa mengambil dari distributor, tidak dari tangan yang ke sekian sekian, sumber gambar elangmedia.co.id

Kalau meragukan, ketika kita sudah menemukan calon pemasok barang, coba cari wacana, barang yang terkait pada umumnya di pasaran harganya berapa. Apalagi kalau kita ada modal lebih sedikit, pembelian secara kolektif, misalkan selusin atau sekardus biasanya mendapat potongan yang lumayan daripada pembelian eceran atau persatuan.

Coba renungkan dan dalami dulu, siapa tahu barang yang kita inginkan tidak jauh-jauh kita mencarinya di kota lain via dunia maya, tapi ada juga di daerah sekitar kita. Hal ini untuk memangkas biaya yang bisa muncul.

Sisi lainnya, menyikapi persaingan yang makin deras dewasa ini, paling tidak kita menyempatkan waktu juga, mempelajari daerah kita sendiri, barang apa yang khas, ada di daerah kita dan tidak ada di daerah lain, karena bila kita menemukan barang dengan tipikal seperti ini, saya yakin, kita menang 1 poin daripada pebisnis lain.

Segi barang
Kalau bisa pemilihan jenis usaha yang hendak dicoba sesuai dengan hobi atau kesenangan. Ketika barang tersebut adalah barang yang kita senangi, atau usaha yang memang kita hobi di dalamnya, saya jamin dominan waktu yang tersita buat bisnis tersebut berbalut rasa senang karena seperti menekuni hobi.


Sebenarnya tidak melulu barang, tapi bisa juga di bidang jasa, seperti pebisnis di atas, dia memulai usaha ini karena memang dia menyukai dunia barbershop, sumber gambar jurnalistik5b.blogspot.com

Jika pangsa pasar sudah jelas dan kita sudah benar-benar yakin, boleh saja melakukan usaha dengan barang yang bisa busuk, seperti kuliner, buah, jajanan, sayuran, food and beverages store dan lain-lain. Tapi kalau saya secara pribadi lebih amannya usaha yang barangnya tidak bisa busuk seperti usaha clothing, aksesoris, mungkin juga mesin, body part motor dan mobil, mungkin juga barang-barang elektronik seperti handphone, dan aneka barang lainnya.

Kalau barang yang mempunyai umur tertentu, seperti makanan tadi yang bisa busuk, sebagai permulaan usaha pasti kita mau memeras otak berlebih daripada berjualan barang yang tidak bisa busuk. Karena perputaran usaha kan belum begitu jelas, pangsa pasar juga masih didalami lebih lanjut lagi.

Sistem usaha
Bila melakukan dropship, cukup sederhana yang kita lakukan pada awalnya. Hanya mencari pemasok barang, lebih bagus lagi kalau kita bisa main ke tempatnya, berkenalan, melihat proses produksinya jika dia adalah tangan pertama sebagai produsen, mempelajari bagaimana tipikal dia, dan berbagai wacana lain sebagai pembelajaran kita dalam rangka menekuni bisnis yang akan kita lakukan.

Selanjutnya coba buka kerjasama, dalam ranah dropship. Kasarnya, kita minta display barang berbentuk foto, serta berbagai keterangan lain yang lengkap seperti bahannya apa saja, untuk kita lempar ke dunia maya, entah sosial media maupun beragam platform yang menyediakan tempat untuk berinteraksi jual beli sesama pengguna. Tentu dengan harga baru, di mana harga yang kita dapat dari penjual kita tambahkan sedikit sebagai laba kita.


Bagan simpel tapi sudah cukup mewakilkan apa yang terjadi, sumber gambar tabloidpeluangusaha.com

Ketika ada pembeli, kita tinggal mengkomunikasikan ke pemasok barang untuk mengirimkan ke alamat yang diberikan oleh pembeli barang tersebut. Ketika sudah dikirim, pasti muncul resi alias bukti pengiriman, tinggal kita minta fotonya, kita komunikasikan ke pembeli tersebut, dia kita minta mentransfer sejumlah uang sesuai harga yang telah kita cantumkan + biaya kirim, jika sudah transfer, kita tinggal melempar uang yang kita dapat tersebut ke penjual awal alias pemasok setelah dikurangi laba yang telah kita tetapkan sebelumnya, artinya kita hanya mentransfer harga pengambilan kita ke pemasok tersebut.

Minimalis modal kan? Uang yang kita lempar ke penjual adalah uang hasil penjualan kita, setelah dikurangin laba.

Manage customer kita
Untuk mencoba pangsa pasar awal, kita pasti mempromosikannya ke berbagai sosial media, platform jual beli di internet, diawali dengan teman-teman kerja atau teman kuliah atau teman sekolah, keluarga terdekat, kolega dan saudara-saudara.


Boleh juga kalau mereka dimasukkan ke grup, selain membatasi lingkar wacana mereka terhadap penjual lain, bisa jadi sarana mempererat tali silaturahim bisa berjalan di sini, sumber gambar apkpure.com

Ketika sudah ada permintaan pembelian, kita jaga eksistensi mereka siapa tahu ke depannya akan ada pembelian berikutnya, berupa memasukkan mereka misalnya ke grup WhatsApp. Itu kalau mereka mau. Minimal kita dapat nomornya sehingga jika kita ada produk terbaru yang bisa dipromosikan, kita tinggal meminta persetujuan mereka jika sewaktu-waktu kita tawarkan barang baru.

Paling tidak komunikasi kita jaga dengan mereka. Kalaupun mereka bisa masuk ke grup WhatsApp, secara intens kita upload gambar dengan rutin, jadi mereka bisa melihat selalu update barang baru.

Promosi dan pengembangan pangsa pasar
Selain menjaga intensitas promosi ke berbagai sosial media serta platform jual beli, untuk pengembangan pangsa pasar bisa kita komunikasikan ke mereka berupa kerjasama, misalkan sebentuk harga diskon atau harga miring jika mereka melakukan pembelian agak banyak, ataupun kebijakan seperti pemberian harga agak miring ke mereka bila mereka melakukan pembelian namun bukan dikonsumsi sendiri barangnya, tapi dijual lagi.

Pikir aja seperti konsep gurita, kita mempunyai basic customer, lalu tiap orang dari mereka menjual lagi ke orang lain, dan orang lain yang membeli dari mereka menjual lagi ke orang lain lagi. Gurita kan kakinya banyak, ya seperti itu konsep gurita, jika kita adalah titik puncak, maka bawah kita melebar kemana-mana. Ingat-ingat Squidward nya Sponge Bob.

Tantangan dropship
Bukannya tidak ada tantangan, sistem semacam ini banyak tantangan. Pernah saya ulas beberapa di artikel ini.

Tantangan pertama dalam segi barang, utamanya ketika kita tidak mengenal penjual atau belum pernah bertemu sekalipun, dan kita juga belum merasakan atau melihat langsung barang yang kita jajakan karena selama pengenalan dengan pihak penjual tersebut hanya melalui dunia maya.


Cukup repot juga kalau barang belum pernah kita lihat langsung, sumber gambar udroppy.com

Takutnya, display yang diberikan kepada kita bagus, alias foto yang dikirim, tapi kenyataan kan belum tentu seperti itu juga. Ada baiknya sebelum melempar produk ke publik, kita merasakan dulu order sekali atau dua kali untuk pemakaian sendiri atau dijual, sebelum menuju sistem dropship. Harapannya kita jadi tahu sejauh mana matching antara foto dan barang nyata.

Tantangan kedua, ketika seseorang order barang ke kita, jangan lupa ketika sudah ada statement "udah dikirim" oleh penjual, ada dokumentasi yang kita terima, seperti dia melakukan packing, juga resi, alias barang bukti pengiriman, dan faktor ini yang paling penting, selain buat bukti, kita juga enak meyakinkan customer.


Lagian zaman udah canggih, status barang di mana, sedang dibawa kurir atas nama siapa, udah nyampe atau belum, bisa kita cek di website mereka, bahkan customer service jasa pengiriman siap melayani kita dengan baik perihal barang yang kita kirimkan, sumber gambar id.carousell.com

Tantangan ketiga, paling tidak kita memperbanyak wacana dulu, terutama besaran biaya kirim, dari satu titik ke daerah-daerah tertentu, dengan banyak ragam jasa pengiriman, misalkan bila JNE dari Jakarta ke Batam, Jawa Timur, Kalimantan, berapa biayanya kita harus tahu. Atau dari kantor pos ke wilayah-wilayah seluruh Indonesia. di website mereka ada kok dan kita harus tahu karena pastinya customer bakal nanya berapa biaya kirimnya.

Tantangan keempat, biasanya kita kurang tenang kalau hanya murni dropship, entah khawatir barangnya tidak sesuai permintaan customer atau tidak cocok dengan display barang yang diberikan oleh penjual secara bahasa maupun fisik performance, dan berbagai hal lain. Sepertinya kita kurang tenang. Tapi ada cara lagi sih untuk menyikapi perasaan seperti ini.

Yaitu kita memposisikan diri sebagai reseller, atau penjual ulang. Bedanya apa?

Kalau dropship dikirimkan langsung dari tempat penjual ke alamat customer kita, kalau reseller, barang dari penjual yang diinginkan oleh customer dikirimkan ke tempat tinggal kita sendiri, lalu kita yang melakukan cek barang dan packing ulang, baru dikirim ke tempat customer.


Butuh tenaga serta biaya ekstra cuman kita tenang di dalam hati, sumber gambar blog.supershopping.id

Memang ada biaya berlebih, yaitu biaya kirim dari tempat penjual ke tempat tinggal kita. Juga waktu yang dibutuhkan karena dari pihak penjual ke tempat kita, kemudian kita packing, selanjutnya kita kirimkan ke tempat customer, ada timing yang tersita. Tapi dengan begitu kita menjadi lega, tidak khawatir dengan poin barang. Kalau saya secara pribadi dulu memang melakukan dropship, tapi sekarang dominan kami mampirkan dulu ke rumah barangnya, di packing ulang kemudian dikirim. Labanya memang lebih sedikit, tapi paling tidak ada kelegaan di dalam hati. Lagian kita jika melakukan bisnis bukan perkara besaran laba, tapi 'intensitas penjualan' yang stabil bahkan meningkat.

Jika semuanya sudah berjalan dengan baik dan lancar, laba berjalan cukup bagus, pangsa pasar terbaca dengan jelas, mulai pikirkan untuk memproduksi barang manual, beri brand milik sendiri.



Semoga bermanfaat, karena artikel ini berangkat dari request salah satu netizen, yang memang dia penasaran banget perihal bagaimana cara memulai usaha utamanya dengan sistem dropship.

Percayalah banyak orang melakukannya di luaran sana. Jual aja apa gitu kek, satu atau dua barang dulu. Karena menurut kacamata agama, pintu rezeki paling besar adalah dari dunia perdagangan, dan usaha pada umumnya. Masuk akal juga kan? Misalkan kita bekerja di perusahaan saja, rejeki finansial yang didapat per bulan sudah hampir paten, kecuali ada kenaikan gaji.

Kalau bisnis? Tidak terbatas selama kita mempromosikannya giat, dan memperbaiki pelayanan agar service excellent.

Okay, see you next time!




Furqon643




Sumber
Pengalaman pribadi.

anasabila
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 41 lainnya memberi reputasi
42
13.9K
236
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.