faranidaindriAvatar border
TS
faranidaindri
Kala taipan saham jadi tersangka 'penjarah' Jiwasraya & ASABRI


Senyum kecut Benny Tjokrosaputro tersungging usai diperiksa sebagai saksi. Dia tertunduk lesu saat keluar dari pemeriksaan sebagai saksi kasus skandal PT Asuransi Jiwasraya (Persero) di Kejaksaan Agung.

Tak sepatah kata pun keluar dari mulut konglomerat itu. Wajah muram pria yang akrab disapa Bentjok tersebut menyiratkan kegalauan lantaran dirinya telah ditetapkan sebagai tersangka.

Benny Tjokro yang sempat masuk jajaran 50 orang terkaya versi Majalah Forbes pada 2018 itu keluar dari Gedung Kejagung, Selasa (14/1) pukul 17.10 WIB petang. Taipan terkaya urutan 43 dengan kekayaan Rp9,3 triliun itu resmi ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan untuk 20 hari ke depan.


Sembari menundukkan wajah, Bentjok yang mengenakan rompi merah muda itu langsung masuk ke mobil tahanan Kejagung. Dia ditetapkan sebagai tersangka setelah diperiksa sebagai saksi untuk kedua kalinya.



Ya, Bentjok terseret kasus perusahaan asuransi pelat merah Jiwasraya dan PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero) atau ASABRI.


Kedua perusahaan asuransi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu mengalami kerugian dalam portofolio saham yang mereka investasikan, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui reksa dana.


Kerugian tersebut menyebabkan Jiwasraya mengalami gagal bayar polis JS Saving Plan sebesar Rp12,4 triliun per Desember 2019. Sementara itu, Kejagung memperkirakan Jiwasraya berpotensi mengalami kerugian sebesar Rp13,7 triliun hingga Agustus 2019. 


Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memperkirakan kerugian yang dialami ASABRI antara Rp10 triliun–Rp16 triliun.


Sponsored

Dari semua emiten yang diinvestasikan oleh kedua BUMN asuransi tersebut, PT Hanson International Tbk. (MYRX); PT Trada Alam Mineral Tbk. (TRAM); dan PT Inti Agri Resources Tbk. (IIKP) memiliki keterkaitan langsung dengan aktor dugaan korupsi Jiwasraya.

Di sinilah keterkaitannya, yaitu Benny Tjokrosaputro sebagai Direktur Utama MYRX serta Heru Hidayat sebagai Komisaris Utama IIKP dan TRAM. 

Dua konglomerat itu diduga berperan dalam investasi yang dilakukan oleh Jiwasraya. Bahkan, keduanya sama-sama kelahiran Surakarta, Jawa Tengah.


Ketiga emiten tersebut acapkali disebut ‘saham gorengan’, lantaran kapitalisasi pasarnya yang masih rendah dan pergerakan sahamnya fluktuatif, sehingga memiliki risiko yang tinggi. 


Selama tahun 2019, saham MYRX, TRAM, dan IIKP berturut-turut anjlok sebesar 57,16%, 70,59%, dan 79,17%. Kini, saham ketiga emiten tersebut hanya bernilai Rp50 per lembar. Lantas bagaimana kinerja ketiga perusahaan tersebut?




PT Hanson International Tbk. (MYRX)/ Perseroan

PT Hanson International Tbk. (MYRX)


Perusahaan ini mulai berdiri pada 7 Juli 1971 dengan nama PT Mayertex Indonesia yang bergerak di bidang tekstil. Keluarga Tjokrosaputro mendirikan perusahaan ini setelah membeli sebuah pabrik garmen. 


Pada 1990, perseroan melaksanakan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dan menjadi perusahaan terbuka dengan kode emiten MYRX. Kemudian, perusahaan berganti nama menjadi PT Hanson Industri Utama Tbk. pada 1994 dan PT Hanson International Tbk. sejak 2004 hingga sekarang. 


Benny telah menakhodai Hanson sejak 2014 sebagai direktur utama. Pada November 2017–November 2019, dia sempat menjabat sebagai komisaris utama dan kembali menjadi direktur utama setelahnya. Kakeknya, Kasoem Tjokrosaputro merupakan pendiri dari Batik Keris, sebuah nama batik ternama Indonesia asal Solo, Jawa Tengah.


Hanson International kini fokus bergerak di bidang properti sejak 2013 melalui PT Mega Mandiri Jaya. Per 31 Desember 2018, MYRX memiliki aset berupa tanah seluas 3.221 hektare (Ha) yang tersebar di Maja, Lebak (Banten); Tigaraksa dan Cisauk, Tangerang (Banten); Harapan Jaya dan Sukawangi, Bekasi (Jawa Barat), dan Parung Panjang, Bogor (Jawa Barat). 


Beberapa proyek yang sudah dikembangkan oleh MYRX di antaranya adalah Citra Maja Raya (bekerja sama dengan Grup Ciputra), Millenium City di Cisauk, serta Forest Hill di Parung Panjang. Pihaknya juga berencana mengembangkan 150 Ha lahan di sebelah barat Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. 



Hingga 30 September 2019, total nilai aset MYRX tercatat sebesar Rp12,9 triliun, lebih besar dari 31 Desember 2018 yang mencapai Rp11,62 triliun.


Kinerja keuangan MYRX terbilang positif. MYRX berhasil membalikkan kerugian bersih berjalan dari Rp85,27 miliar pada 2017 menjadi untung Rp148,79 miliar pada 2018. Pada kuartal III-2019, perseroan telah meraup laba bersih berjalan sebesar Rp98,13 miliar.


Pencapaian tersebut nampaknya tidak sejalan dengan pergerakan sahamnya. Setelah mengalami kenaikan saham sebesar 8,17% pada 2018, nilai saham MYRX ambrol hingga 57,16% pada 2019. 



Cek Berita Selengkapnya Di sumber
sebelahblog
4iinch
4iinch dan sebelahblog memberi reputasi
2
1.9K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.9KThread40.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.