Kaskus

News

i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
]Drone Tempur BPPT Akan Dipersenjatai Rudal, Minta Dukungan Jokowi
]Drone Tempur BPPT Akan Dipersenjatai Rudal, Minta Dukungan Jokowi

Drone Tempur BPPT Akan Dipersenjatai Rudal, Minta Dukungan Jokowi

TEMPO.CO, Jakarta - BPPT memamerkan purwarupa pesawat udara nir awak alias drone yang telah dikembangkannya sejak 2015 lalu. Elang Hitam, nama prototipe drone kelas medium altitude long endurance itu, hadir dalam pameran industri pertahanan yang digelar Kementerian Pertahanan dan dikunjungi Presiden Joko Widodo, Kamis 23 Januari 2020.

]Drone Tempur BPPT Akan Dipersenjatai Rudal, Minta Dukungan Jokowi

Kepala BPPT Hammam Riza menerangkan bahwa purwarupa PUNA MALE Elang Hitam (EH-1) sudah ditarik keluar dari hanggar milik PT. Dirgantara Indonesia (DI) sejak akhir 2019 lalu. Selanjutnya, sesuai rencana pengembangannya, drone berkelir coklat dengan panjang 8,3 meter dan bentang sayap hingga 16 meter itu akan dipersenjatai rudal. Kemampuannya terbangnya diklaim hingga 30 jam nonstop dengan ketinggian jelajah hingga 23 ribu kaki.

Dikatakan Hammam, 2 unit prototipe PUNA MALE akan dibuat lagi tahun ini. Pengintegrasian sistem senjata pada prototype PUNA MALE itu, juga dilakukan 2020. "Kedua purwarupa PUNA MALE tersebut, nanti akan diuji kekuatan struktur di BPPT, yang juga akan melakukan uji terbang," katanya dalam keterangan tertulis yang dibagikan, Kamis 23 Januari 2020.

]Drone Tempur BPPT Akan Dipersenjatai Rudal, Minta Dukungan Jokowi

Hammam menekankan, PUNA MALE Elang Hitam merupakan solusi teknologi dalam menjawab tantangan, terkait pengawasan kedaulatan NKRI baik di wilayah darat maupun laut. Mampu meminimalisir risiko kehilangan jiwa, karena dioperasikan tanpa awak, PUNA MALE buatan dalam negeri ini dapat mengisi kebutuhan skuadron TNI AU dalam mengawasi wilayah NKRI melalui wahana udara.

Namun Elang Hitam ini tak bisa begitu saja langsung dioperasikan usai seluruh rangkaian uji. Pemanfaatannya, Hammam mengingatkan, membutuhkan pula rangkaian sertifikasi.

Mulai dari sertifikasi produk militer, yang prosesnya sudah dimulai sejak 2019. Setelah itu, diperlukan Sertifikat Tipe dari Pusat Kelaikan Kementerian Pertahanan RI (IMAA), yang ditargetkan rampung pada akhir tahun 2021. Selanjutnya diharapkan PUNA MALE mendapatkan sertifikasi tipe produk militer pada 2023.

"BPPT dan konsorsium PUNA MALE sangat membutuhkan dukungan Presiden, Menhan dan Panglima TNI untuk akselerasi program MALE Kombatan Elang Hitam," katanya.
sumber

☆☆☆☆☆

Akhirnya.... Setelah sekian lama merindukan mata-mata udara untuk melindungi dan mengawasi langit diatas Indonesia yang begitu luas, UAV Black Hawk atau Elang Hitam bisa hadir.

Jangan dulu membandingkan dengan kemampuan drone milik AS yaitu MQ-9 Reaper yang mampu terbang hingga 50.000 kaki dengan kecepatan 310 km per jam, drone Elang Hitam masih dibawahnya yaitu mampu terbang dengan ketinggian hingga 20.000 kaki dengan kecepatan jelajah 235 km per jam. Ini hampir sama dengan kemampuan drone buatan China CH-4 Rainbow yang dianggap duplikat dari MQ-9 Reaper yang mampu terbang hingga ketinggian yang sama dengan Elang Hitam. Kemampuan melesatnya juga sama. Namun kemampuan bertahan di udara hingga 40 jam non stop.

Jika dilihat sekilas, Elang Hitam memang mirip sekali dengan CH-4 Rainbow. Jika MQ-9 Reaper mempunyai sirip ventral tambahan dibawah sirip V, CH-4 Rainbow dan Elang Hitam sama-sama tidak menggunakan. Jangan sampai dianggap bahwa ini kw dari CH-4 Rainbow.

Masalah aerodinamis, ketiga drone yang disebut diatas hanya mengambil pola aerodinamis di kepala atau kokpit pesawat, sementara badannya secara keseluruhan biasa saja.

Kemampuan mengusung senjata yang akan menjadi penentu nantinya. Apa yang akan digendong oleh Elang Hitam? Sebagai perbandingan, drone MQ-9 Reaper yang membunuh Jenderal Soleimani, Komandan Pasukan Al-Quds Iran sanggup mengusung beban hingga 680 kg.

Drone MQ-9 dilengkapi dengan enam tempat munisi di dalam pesawat, yang masing-masing bisa mengangkut beban 680 kilogram dan memungkinkan pengangkutan tangki bahan bakar eksternal.

Bagian bawah sayap tengah dapat masing-masing membawa munisi maksimum 270 kg, sementara sayap luar dapat membawa masing-masing maksimum 91 kilogram.

Drone MQ-9 Reaper memiliki dua tangki bahan bakar eksternal 450 kilogram dan 450 kilogram amunisi.

Drone MQ-9 Reaper memiliki daya tahan 14 jam saat terisi penuh dengan amunisi. MQ-9 Reaper mampu membawa berbagai senjata termasuk GBU-12 Paveway II yang dipandu laser, AGM-114 Hellfire II rudal udara-ke-darat, AIM-9 Sidewinder, [17] dan GBU-38 Joint Direct Attack Munition (JDAM).

Sementara MH-4 Rainbow sanggup menggotong beban hingga 345 kg. Senjata yang bisa diusung adalah rudal anti tank udara ke darat AR-1 sebanyak 6 buah dan bom dipandu laser dan GPS FT-9. Rudal AR-1 sendiri hampir setara dengan rudal Hellfire.

Elang Hitam? Masih jadi pertanyaan.
Yang terpenting adalah, sebuah drone harus mampu menahan serangan jamming, sebab jika tidak, sebuah drone akan kehilangan arah dan bisa diambil alih oleh pihak musuh seperti yang dilakukan oleh Iran terhadap MQ-170 yang berhasil didaratkan dengan mulus serta membuat MQ-9 jatuh karena kehilangan kendali operatornya.

Lalu, satelit apa yang dipakai oleh Elang Hitam? Apakah kita punya satelit militer yang terlepas dari kepentingan sipil dan komersial?

Apapun juga, kita sebagai warga negara Indonesia patut berbangga dengan pencapaian ini, meskipun pastinya akan ada pihak-pihak yang nyinyir bahwa Indonesia memang menjiplak penuh drone MH-4 Rainbow milik China.

Silakan komen deh.






4iinch
tien212700
viniest
viniest dan 27 lainnya memberi reputasi
26
9.1K
141
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
KASKUS Official
679.5KThread48.1KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.