nikmat.kafirAvatar border
TS
nikmat.kafir
Kemarau Panjang, Warga Aceh Besar Merindukan Hujan
Di saat daerah lain disibukkan banjir karena hujan, warga Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh merindukan hujan. Musim kemarau yang panjang telah membuat sumur dan embung mengering. Sawah menjadi tanah tandus dan tanaman gagal panen. Musim kemarau diprediksi akan berlangsung hingga Agustus.


Kamis (23/1/2020) pagi, ratusan warga dari Desa Lambadeuk, Lambaro Neujid, Lamguron, dan Lampageu di Kemukiman Lampageu, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, berbondong-bondong menuju ke tengah sawah yang kering. Waktu baru pukul delapan, namun matahari sangat menyengat. Di sana, mereka menggelar shalat istisqa, shalat meminta hujan.

Ratnawati (46) warga Desa Lambadeuk terlihat khusyuk melantunkan doa-doa. Dia memohon kepada Tuhan agar diturunkan hujan. “Kondisi sekarang sangat parah (kekeringan). Semoga setelah shalat akan turun hujan,” kata Ratnawati.

Shalat istisqa digelar setelah hampir setahun daerah itu tidak turun hujan deras. Meski pada akhir 2019, Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisikasi (BMKG) menyebutkan Provinsi Aceh telah memasuki musim hujan, namun daerah timur-utara Aceh hanya diguyur hujan ringan. Minimnya curah hujan membuat sumber-sumber air warga menyusut.


KOMPAS/ZULKARNAINI
Ratusan warga dari Desa Lambadeuk, Lambaro Neujid, Lamguron, dan Lampageu di Kemukiman Lampageu, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, Kamis (23/1/2020) menggelar shalat istisqa, shalat meminta hujan.


Di wilayah Kecamatan Peukan Bada, kekeringan telah membuat sumur mengering, debit air di embung menyusut, dan lahan pertanian telantar. Beberapa sumur warga masih mengeluarkan air, namun debitnya sedikit. Sumur itu menjadi harapan warga memenuhi kebuhan air bersihnya.

Embung Lambadeuk di kawasan itu, yang dibangun tahun 2013 juga mengalami penurunan debit air yang mencapai tujuh meter dari ketinggian air sebelumnya. Tanah di waduk retak-retak dan mulai tumbuh semak belukar. Embung itu dibangun untuk pemenuhan kebutuhan air bersih bagi beberapa desa sekitar dan sumber air untuk lahan pertanian.

Untuk memenuhi kebutuhan air, Ratnawati mengambil air dari sumur tetangga yang berjarak sekitar 1 kilometer dari rumahnya.  “Kemarin saya antri sampai dua jam. Air saya angkut pakai galon isi ulang,” kata ibu dua anak ini.


KOMPAS/ZULKARNAINI
Embung Lambadeuk, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Besar mengalami penurunan debit air seperti terlihat pada Jumat (18/1/2020).


Air dari sumur itu dipakai untuk kebutuhan konsumsi dan memasak. Sebenarnya Ratnawati memiliki sumur sendiri, tetapi airnya sedikit dan keruh. Untuk kebutuhan mandi dan mencuci, ia masih menggunakan air sumur sendiri.

Muliana (30) warga Lambaro Neujid juga mengalami hal yang sama. Setiap hari usai shalat Subuh dia mengangkut air dari sumur yang berjarak 300 meter dari rumahnya. Terkadang dia harus menunggu sampai satu jam untuk bisa menimba air. “Karena yang ambil air di sumur ini ramai, jadinya kering, harus tunggu sampai satu jam baru airnya keluar lagi,” kata Muliana.

Ini adalah kali ketiga warga Kemukiman Lampageu melaksanakan shalat istisqa yakni pada tahun 1975, 1996, dan terakhir 23 Januari 2020. (Teuku Darmawan)

Kepala Mukim Lampageu Teuku Darmawan menuturkan sepanjang sejarah ini adalah kali ketiga warga Kemukiman Lampageu melaksanakan shalat istisqa yakni pada tahun 1975, 1996, dan terakhir 23 Januari 2020. “Pada 1975 kemarau sangat parah, pohon cengkeh mati semua,” kata Darmawan.

Darmawan mengatakan kekeringan panjang saat ini membuat warga berada dalam kesulitan, terutama aktivitas pertanian. Dia khawatir ekonomi warga kian terpuruk lantaran tidak bisa menggarap sawah dan menggarap kebun.


KOMPAS/ZULKARNAINI
Sawah warga di Desa Lambadeuk, Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh kering karena tidak ada pasokan air seperti terlihat Jumat (18/1/2020)


Warga Kemukiman Lampageu mayoritas berkerja sebagai petani dan nelayan. Adapun jumlah penduduk di empat desa itu mencapai 1.000 keluarga. “Kami tidak bisa menggarap sawah dan tidak bisa menanam cabai. Bahkan pada April 2019 kami pernah gagal panen, karena kekurangan air,” kata Darmawan.

Posisi Kemukiman Lampageu diimpit pantai dan perbukitan. Perbukitan itu menjadi area budidaya milik warga. Mereka menanam cengkeh dan tanaman muda. Sebagian besar bukit itu berupa tanah berbatu dengan kemiringan terjal.

Tutupan hutan di perbukitan Lampageu masih terlihat lebat. Namun, kata Darmawan, di beberapa titik pohon-pohon besar telah ditebang. Padahal secara adat, warga dilarang menebang pohon yang berada dekat alur sungai. “Mungkin ada pengaruhnya (kekeringan) juga karena banyak pohon ditebang,” kata Darmawan.

Darmawan mengatakan warga kini butuh pasokan air bersih dari pemerintah. Dia berharap pemerintah mendengar kegelisahan warga Lampageu.

Direktur Perusahaan Air Minum (PDAM) Tirta Mountala Kabupaten Aceh Besar Sulaiman menuturkan akibat debit air di embung menyusut, jam operasi mesin PDAM yang biasanya 20 jam per hari kini dikurangi menjadi 4 jam dalam sehari. Dampaknya, 1.600 pelanggan tidak semua memperoleh pasokan air bersih. Sulaiman berjanji PDAM Tirta Mountala akan menyuplai air bersih kepada warga Lampageu.



Warga Desa Lambaro Neujid, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh menimba air di sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih, Jumat (18/1/2020). Kekeringan membuat warga mengalami krisis air bersih


Menurut Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Aceh, Zakaria Ahmad saat ini Aceh bagian timur-utara memasuki musim kemarau. Beberapa daerah yang akan dilanda kemarau adalah Aceh Besar, Banda Aceh, Pidie, Aceh Utara, dan Aceh Tamiang. “Musim kemarau akan berlangsung sampai Agustus. Walaupun ada potensi hujan, namun intensitas ringan,” kata Zakaria.

Kemarau terjadi karena pada bulan Januari matahari mulai bergerak ke utara garis khatulistiwa, akibatnya penguapan di Samudera Hindia menurun yang berdampak pada menurunnya potensi hujan.  Oleh karena itu mulai Januari hingga Agustus, Aceh bagian timur-utara masuk musim kemarau. Sedangkan kawasan barat tidak mengenal musim, sebab kawasan itu berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Perubahan arah angin dan penguapan air laut di Samudera Hindia berpotensi menurunkan hujan di daerah itu.

Dan musim kemarau tahun ini akan membuat penantian panjang warga Lampageu akan turunnya hujan semakin lama.

Azab Allah SWT


prilaku rakyat aceh yg masih saja mengimani agama yg penuh kebencian, langsung dibayar kontan oleh allah swt  emoticon-Takut


kasihan dgn orang2 kafir dan orang2 yg suka maksiat,
mereka jadi ikut kena celaka, karena prilaku orang2 yg yg mengimani agama penuh kebencian


Diubah oleh nikmat.kafir 24-01-2020 07:06
ontacomel
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 6 lainnya memberi reputasi
5
1.4K
34
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.