ayya83Avatar border
TS
ayya83
MEMANIPULASI HATI
Perihal cinta, luka, rindu dan lara




MEMANIPULASI HATI



Pada punggung mega pernah kita langitkan bait doa. Menitipkan mimpi dan kasih putih. Meramu bidara cinta.

Namun, seiring masa. Tampak sudah paparan nasib. Goresan kisah kita tak terjamah takdir. Maka, seharusnyalah dibelokkan arah tuju. Atas nama penerimaan, kerelaan ... Keikhlasan.

Kini ... di sisa waktu, aku membilang detik berlalu. Terpekur, mencoba memanipulasi hati. Demimu. Ya, kamu!

Aku hanya ingin kau melangkah, terus berjalan ... Berhenti hatimu itu, terus menanti!

Atas nama selaksa cinta. Setulusnya tisna di lakuna jiwa. Aku bersedia menjadi penjahat cinta bagimu. Membungkam rasa itu dengan kebencian yang menggebu.

Setelah lelah aku mencoba melerai, menjamu rasamu dengan pedasnya kekata. Mencabik rongga dada itu, dengan lelampah durjana.

Namun, kau bergeming dalam hening. Meyakini asa itu bersambut suratan takdir. Rasamu tak jua surut. Kau tak hendak mundur atau, menepiskan asa, mengebaskan rasa, nan kadung meraja di palungnya sukmamu.

Sedang aku,
Kian terjerembab rasa bersalah ... meratapi kesusahanmu, menangisi ketidakberdayaan kita.

Kini ....
Selepas sandiwara cinta. Selepas aku berlaku peran di pentas drama terhebat. Kulihat ludira mengalir deras di pelupuk matamu. Kiranya aku berhasil menyibak keyakinanmu. Memupus tunggu itu, yang takkan pernah ada temu.

Kulihat kau terluka, terkapar, berdarah-darah. Patah hati, patah arang, patah keyakinan. Melaung. Menjerit ....

Oh, Sungguh aku berjaya ....

Setelah ini, kau pasti mengira kaulah yang paling merana, paling menderita, benar bukan?


Tetapi tidak,
Tidak begitu! Kau salah! Sungguh salah! Senyatanya akulah yang paling di dera luka. Akulah yang paling nestapa. Melara ....

Sebab,
Setelah kesan yang kutorehkan. Kau akan menggelariku penjahat cintamu. Kau akan mengumbar cerita aral pada semesta. Menasbihkan benci yang menjalar, mengakar. Memahkotai namaku dengan kesumat. Menjubahiku dengan kotoran kekata tersadis, meski kuyakin kelak berakhir manis untukmu.

Kau akan mengenangku dengan segenap kebencianmu. Sementara aku menyimpan bayangmu, sebagai matahariku. Tak lekang, selalu benderang dalam kenang.

Tak apa.
Sungguh tiada mengapa bagiku. Aku rela. Demi melihatmu memaksakan diri untuk bangkit, berdiri. Menapakkan lagi langkah ke bumi. Setelah kau memilih bersemedi dalam bejana harapan semu. Atas nama kesetiaan asa, dan keagungan cita.

Mungkin ....
Kau akan tertatih, terseok bahkan terjungkal diawal menapak. Namun, itu lebih baik, jauh lebih baik. Daripada aku membiarkanmu mati perlahan dalam kesunyian yang kau pilih. Menjadikan dirimu, seolah raga nan tak lagi bernyawa, mandul dalam cipta, di rimpuhnya masa.

Kini ....
Diluar sana, rinai hujan tempias sudah. Lalu desau angin hantarkan gigil dingin, dan uarkan aroma bencimu. Kiranya, aku berjaya memanipulasi rasa.

Kini, biarlah aku berlalu. Menjamu rinduku dengan kemarahanmu.

Apa mau dikata. Memang ini adanya. Bintang hanya akan nampak di punggung rembulan. Bukan saat mentari tengah berpendar. Meski, sejatinya dia ada ... selalu ada. Membaur bersama cakrawala tertinggi.

Sajak senja memang ditakdirkan hanya sekias bukan? Melintas sebagai kesan terindah bagi semesta. Menasbihkan nirmala pada netranetra pemilik rindu. Meski kemudian bias, melangkah pias. Dijamu kelamnya sang malam panjang. Bersama puisi cinta paling menyayat dan merajam.


Anggadireja, 20-01-2020
Tsurayya Tanjung






Sang Penyunting Hati



Pada dada kupetakan rasa
Menyarang pancang sejuta asa
Bergejolak degub rona cinta
Denyar berdendang kidung asmara

Kau sang penyunting hati
Sungguh berjaya menjamu sepi
Lindap bersama pelangi kini sunyi
Berpendar cita warna warni

Riuh suara jiwa mencumbu romansa
Gelorakan kuncupkuncup renjana
Menguar aroma dama di jejak masa
Kita moksa dalam temu tanpa raga

Hingga, kau memilih menepikanku
Atas nama cintamu yang keliru
Terbangun dirimu, katamu
Sadari ini hanya kisah semu

Aku yang masih terperangkap
Tak jua mampu singkirkan bayangmu, hirap
Butuh waktu bagiku memastikan asa ini melindap lenyap
Memastikan kau sungguh tak mampu lagi kutatap

Bld, 21 Januari 2020
Tsurayya Tanjung





di dinding kamar bayangmu menyapa
menyetubuhi sunyiku yang kian bertakhta
terkapar aku di gigilnya rasa kesepian
menikmati nestapa mendera tak berkesudahan



Nelangsa Sendiri
Tsurayya, Bdg 03012020



"Cinta menyapa memang tidak bisa diatur. Tidak terukur. Namun, jika hadir pada sosok yang tidak semestinya. Maka asa dan rasa itu merupa ujian dari Sang Pemilik Hayat. Adalah Iman, yang akan menggiring lampah, menimbang dan menimang."

Quote:
Diubah oleh ayya83 26-03-2020 13:59
NadarNadz
alizazet
nona212
nona212 dan 31 lainnya memberi reputasi
30
4.8K
66
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Poetry
Poetry
icon
6.1KThread5.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.