kulitkacang10Avatar border
TS
kulitkacang10
Gadis Waktu Itu


Foto: pixnio.com

Gadis Waktu Itu
sebuah cerpen oleh kulitkacang10

Hiruk pikuk kota di pagi hari sudah akrab Iqbal jalani. Hari-harinya selalu dimulai dengan situasi yang sama selama dua belas tahun ia bersekolah dan kini, hal yang sama pun terjadi di masa Iqbal berkuliah. Ia selalu bertanya-tanya, kapan keadaan ini bisa berubah? Dia sudah lelah dengan polusi dan kemacetan.

Setelah selesai membayar ongkos angkutan kota dan turun tepat di halte pemberhentian transportasi umum, Iqbal melanjutkan kembali perjalanannya menuju kampus dengan berjalan kaki. Sambil terus membayangkan dirinya bisa berangkat kuliah menggunakan motor pribadi, Iqbal berjalan seraya menenteng buku Mekanika Tanah yang sempat ia baca di dalam angkutan umum selama perjalanannya menuju kampus. Hari ini, ia akan menghadapi ujian mengenai materi konsolidasi tanah dan atas alasan itu ia berangkat lebih pagi dari biasanya.

“Kalau jalan pakai mata dong Mas!”

“Mba sendiri kenapa jalan sambil main hape?”

Di trotoar jalan, tepat ketika Iqbal hendak menyeberang jalan, ia melihat seorang lelaki muda terlibat keributan dengan seorang perempuan berpakaian modis. Tampak mereka saling beradu argumen hanya karena bertabrakan ketika berjalan berlawanan. Keributan mereka berdua sempat mengundang perhatian orang-orang sekitar hingga akhirnya perselisihan dapat diakhiri walau keduanya masih terlihat sinis.

Iqbal sendiri tidak begitu tertarik dengan perselisihan yang terjadi.

Ia kemudian melanjutkan kembali perjalanannya menuju kampus yang hanya berjarak beberapa meter lagi. Iqbal ingin cepat tiba di kelas karena ia ingin memanfaatkan waktu yang ada untuk menghafal materi sebelum ujian dimulai.

Setibanya di kampus, Iqbal bingung dengan sesuatu yang dilihatnya.

“Siapa itu?”

Sebelumnya ia mengira bahwa dirinya adalah orang pertama yang tiba di kelas, akan tetapi pikirannya ternyata salah. Sambil menyipitkan mata memandang ke dalam kelas lewat kaca kecil di pintu, Iqbal melihat seseorang di dalam kelas. Gadis tersebut menyembunyikan wajahnya dengan kedua belah tangannya seraya sesekali menggosok matanya dengan punggung tangan kanannya.

Loh, ada apa?” Iqbal berkata dalam hati.

Gadis tersebut terus mengusap air matanya yang berjatuhan. Isak tangisnya bahkan dapat terdengar jelas oleh Iqbal di luar kelas.

Sebagai mahasiswa baru, Iqbal memang tidak begitu banyak memiliki teman di kampus barunya ini. Bahkan, ia pun belum begitu akrab dengan teman-teman sekelasnya sendiri. Iqbal memang tipe orang yang sulit bergaul dengan orang baru namun bukan berarti dia tidak bisa mengenali wajah-wajah kawan sekelasnya. Iqbal merasa belum pernah sama sekali melihat gadis itu.

Tiba-tiba saja, gadis itu berdiri dari kursinya di deretan belakang kelas.

Iqbal sedikit terkejut ketika melihat dia mulai menjatuhkan buku-buku yang berserakan di atas meja dengan kasar. Sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangan, gadis itu kemudian berlari ke arah Iqbal. Tampaknya gadis itu hendak keluar kelas.

Iqbal melangkah mundur dan membiarkan gadis berambut pendek tersebut keluar seraya terus menatapnya dengan tatapan bingung.

Di dalam kelas, Iqbal memperhatikan buku-buku yang berantakan di lantai. Ia meraih satu buku catatan dari lantai dan menatapnya sejenak, buku itu kusut dan sedikit lembab. Ketika Iqbal membuka buku catatan itu, segalanya menjadi jelas. Pada saat itulah Iqbal mengetahui alasan gadis itu menangis.

Anak haram, pramuria, murahan, kata-kata semacam itulah yang menghiasi hampir seluruh halaman di buku catatan itu. Bukan hanya buku catatan yang Iqbal genggam saja, bahkan di semua buku yang gadis itu miliki terdapat banyak sekali kata-kata serupa. Tampaknya buku-buku itu adalah kesedihan terbesar yang gadis itu miliki.

“Anak haram! Dasar hina.” Iqbal membaca salah satu kalimat yang tertulis di buku catatan itu.

Iqbal merasa tergerak, dirinya yang biasanya jelas tidak akan begitu peduli, tetapi kali ini berbeda. Orang itu butuh pertolongan.

Sambil membawa buku catatan yang dipungutnya, Iqbal berlari menyusul gadis itu. Dia belum lama pergi meninggalkan kelas dan itu kesempatan bagi Iqbal untuk menjangkaunya. Iqbal khawatir dia akan melakukan sesuatu yang berbahaya, setidaknya itulah yang dirinya pikirkan.

Ketika mengikuti arah lari yang sebelumnya sempat Iqbal lihat, gadis itu tidak ditemui di mana-mana. Iqbal sedikit menghela napasnya yang memburu akibat berlari sambil mencoba memikirkan berbagai kemungkinan tempat yang gadis itu datangi. Iqbal telah mencari di berbagai tempat namun tidak membuahkan hasil.

Sekilas Iqbal melihat sesuatu.

Seraya menumpukan kedua tangannya pada lutut, Iqbal menatap tangga besi tua memutar yang terletak tidak jauh dari tempatnya beristirahat. Tanpa pikir panjang, Iqbal segera menaiki tangga itu menuju rooftop. Iqbal yakin dia berada di tempat itu karena hanya rooftop yang belum Iqbal datangi.

Dan benar, di tempat itulah gadis itu berada.

Seraya mencoba menahan isak tangisnya, satu kaki gadis itu sudah berada di ujung bangunan. Dan ketika Iqbal berhasil menaiki seluruh anak tangga menuju rooftop, semuanya sudah terlambat. Gadis itu menjatuhkan diri sambil memandangi kedatangan Iqbal.

Iqbal tidak bisa melakukan apa pun. Dan sekilas, gadis itu sudah hilang dari pandangannya. Iqbal terkejut dengan apa yang dilihatnya barusan. Dengan kondisi badan yang bergetar, ia coba datangi tempat gadis itu melompat.

“Hah?!” Iqbal mundur beberapa langkah seraya menutup mulutnya.

Logikanya memberontak, tapi ia yakin dengan penglihatannya. Iqbal tidak bisa berkata-kata. Tanpa terasa, ia menjatuhkan buku catatan yang dibawanya. Iqbal tidak menyangka ketika ia melihat ke bawah, dia tidak menemukan gadis itu. Dia hilang.

Iqbal tidak pernah bisa melupakan kejadian yang dilihatnya di atas gedung itu. Waktu berlalu cepat dan ia masih bertanya-tanya tentang kejadian itu. Iqbal tidak menemukan jawabannya sebelum tanpa sengaja, ia menemukan sesuatu yang menarik di rak buku perpustakaan kampus.

Ketika Iqbal menarik buku itu dari rak, kondisinya sudah cukup parah. Terdapat sobekan sana sini dan bahkan, buku itu tidak memiliki sampul depan. Iqbal menemukan buku itu di bagian belakang rak buku, tersembunyi di antara buku-buku yang berderet di rak buku kategori sejarah. Tampaknya buku itu sengaja disembunyikan dan dibiarkan berada di tempat itu sampai seseorang menemukannya.

Dan, orang yang beruntung menemukannya adalah Iqbal.

Pada mulanya tidak ada bagian yang membuat Iqbal tertarik untuk membaca buku kusam itu. Akan tetapi, setelah tidak sengaja Iqbal membaca daftar isi buku itu sekilas, semuanya berubah. Ada sesuatu yang buku itu simpan dan Iqbal ingin mengetahuinya.

Tangannya bergetar ketika mencoba membuka halaman yang ia tuju. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Sesuatu itu terletak di pertengahan buku.

Kali ini intuisinya benar. Iqbal mencoba mencerna informasi yang tertera di buku itu dengan seksama. Memang, ia bukan orang yang bisa menyembunyikan keterkejutannya. Itu terbukti ketika Iqbal tertegun melihat sesuatu yang tercetak di halaman itu.

“Kayla Annisa.” Iqbal membaca nama yang tertulis.

Sumber keterkejutan Iqbal berada pada foto yang terpampang bersamaan dengan nama yang ia baca. Foto itu, tidak salah lagi, adalah gambar yang bisa menjawab semua pertanyaan Iqbal selama ini. Jelas, di halaman kusam itu, tercetak foto gadis yang Iqbal temui waktu itu. Gadis misterius yang gagal Iqbal selamatkan. Gadis misterius yang memutuskan untuk melompat dari gedung kelas waktu itu.

Semua itu belum merupakan hidangan utama yang bisa buku itu tawarkan pada Iqbal. Judul besar yang tertera di halaman itu sepertinya merupakan kejutan lain yang dipersiapkan selain nama dan foto.

“Kasus Bunuh Diri Akibat Depresi”

Iqbal membaca perlahan beberapa informasi yang ada di buku itu. Semuanya mengarah pada suatu kesimpulan yang Iqbal sendiri sulit ucapkan.

“Kejadian kasus ini...” Iqbal tercekat, ia menggantung kata-katanya sendiri. “Terjadi tepat tujuh tahun yang lalu.” Lanjut Iqbal bergumam pelan.

Iqbal menahan napas beberapa saat. Informasi yang baru saja diterimanya masih sulit untuk dicerna.

Ia penasaran.

Iqbal kemudian membalikkan buku itu untuk membaca sinopsisnya. Ia mendapati bahwa buku tersebut merupakan penelitian seorang alumni kampus yang menyukai misteri. Target penelitiannya adalah kasus-kasus yang terjadi di kampus tempat Iqbal berkuliah pada rentang dua puluh tahun terakhir. Lebih spesifik lagi, ia mencari kasus-kasus misterius yang tidak pernah terselesaikan secara resmi.

Setelah membaca itu, timbul pertanyaan mendasar yang begitu mengganggu Iqbal namun tetap harus ia keluarkan. Pertanyaan itu adalah: siapa gadis yang ia temui seminggu lalu? Atau lebih tepatnya, apa yang ia lihat seminggu yang lalu?

lina.wh
NadarNadz
nona212
nona212 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
810
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.