londo.046Avatar border
TS
londo.046
Nalar Mu Kau Gadai Berapa?


Entah gw yang teramat bodoh untuk bisa memahami atau ada alasan lain yang tidak gw ketahui. Gw merasa, orang yang hari ini membela Yang Mulia Gabener Ibukota Kita tercinta sudah mati nalarnya. DKI Jakarta dari dulu memang banjir, tidak bisa menyalahkan sepihak kepada Gubernur. Soal Jakarta dari dulu banjir, OK masuk akal. Karena Jakarta ada di wilayah dataran rendah. Muara dari banyak sungai yang Hulu nya ada di Bogor dan sekitarnya.

Tapi kalau tidak menyalahkan sepihak pada Gubernur, nanti dulu. Kalau dia, sebagai pemimpin sudah kerja dengan benar, mendaya gunakan semua policy nya dengan baik, punya gagasan yang logis dan masuk akan untuk meminimalkan bencana banjir, patut kita sematkan, banjir tidak bisa disalahkan sepihak kepada Gubernur.Kenapa, karena usaha keras tanpa kenal lelah yang maksimal dia usahakan, nyatanya masih kalah dengan limpasan air yang begitu deras.




Analogi dari Prof. Budi Santosa Purwokartiko di atas, mungkin akan sedikit memberi kemudahan dalam mencerna. Gini, kalau sang pemimpin dengan retorika yang berapi-api itu sudah mengerjakan apa yang dijanjikan, OK ini bukan salah beliau 100%. Beliau dengan pongah pernah mengatakan, normalisasi sungai itu menyalahi Sunnatullah. Air dialirkan ke laut, tidak sesuai dengan Sunnatullah. Lalu dengan pongahnya mengatakan, "JAKARTA SUDAH MEMBUAT KEPUTUSAN YANG FATAL."

Pada akhirnya dia terpilih, harusnya kalau dia otaknya sehat yang kata dia fatal dibenahi dong! Kerjakan dong Sunnatullah yang dia yakini! Air masuk ke tanah, naturalisasi sungai. Kalau ada yang bertanya, sampai mana proyek naturalisasi sungai? Ya jangan marah! Faktanya dia sudah dua tahun jadi Gubernur kok! Tinggal tunjukkan progresnya. Kendalanya apa, kapan rampungnya, kalau rampung dampaknya apa. Kalau beneran dikerjakan, apa susahnya menjelaskan semua itu? Tapi apa? Pernah dia menjelaskan hasil naturalisasi sungai?Bahkan, apakah sudah dikerjakan atau belum pun masih abu-abu!




Kembali soal konyolnya orang-orang yang marah manakala dia disalahkan. Lha dia emang salah, wong hasil kerjanya tidak bisa ditunjukkan. Boss (rakyat) marah sama pelayan masyarakat (pejabat) itu biasa dan sah! Wong gajinya dia yang bayar rakyat. Kalau ga mau kena marah, kerja yang benar! Kalau merasa sudah kerja, tunjukkan hasilnya! Profesor kok gobl*k! Profesor itu menyederhanakan teori super sulit menjadi mudah, bukan malah sebaliknya. Tinggal tunjukkan kerjanya apa, malah nantang debat, lu pikir debat bikin banjir surut?

Paling bodoh dan ga masuk akal, ya pembela nya itu. Mau dibela macam apa, kalau sebuah pertanyaan sepele "Apa yang sudah dilakukan pemimpin itu untuk mencegah banjir?"saja tak terjawab. Malah muter narasi basi soal banjir masa lalu, ga sekalian nyalahin Tuhan kenapa melepas hujan di Jakarta? Gw bertanya, motifnya apa? Karena dapat bayaran? Karena nge-fans sama Gabener? Atau malah karena benci sama Jokowi?




Kalau motifnya uang, selesai. Gw ga akan kejar lagi. Emang bisanya kerja kayak gitu, mau diapakan? Tapi kalau motifnya karena nge-fans berat, apa yang mau ditiru dari orang yang ga bisa kerja? Hadeh, punya otak, nalar dan logika kok ya tega-teganya dimatikan kayak gitu, nikmatnya di mana sih? Coba jelaskan sama gw ya di kolom komentar.



Merdeka!


Sumber Gambar : sini, sini, sini
sebelahblog
4iinch
999999999
999999999 dan 60 lainnya memberi reputasi
59
13.1K
205
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.