Setiap orang pasti tidak ada yang suka melakukan sesuatu atas dasar paksaan. Apalagi sesuatu itu bukanlah hal yang disenanginya. Apalagi jika perihal cinta yang dipaksakan. Dampak dari paksaan tersebut bisa saja menimbulkan perasaan sakit hati di dalam hatinya, atau istilah kata penyakit hati seperti dendam, marah, atau lain sebagainya.

Lalu, bagaimana dengan orang tua yang memaksa anak? Bagaimana dengan orang tua yang menginginkan anaknya seperti ini, tetapi itu bukan keinginan anak dan anak merasa tidak mampu melakukannya.

Memaksa disini ada dua maknanya, memaksa untuk kebaikan anaknya, atau memaksa untuk memenuhi keinginannya. Memaksa untuk kebaikan, misalnya si anak suka telat makan, lalu dipaksa untuk jangan telat makan dan makan yang teratur agar anak tidak sakit magh dan asam lambung. Itu untuk kebaikan anak. Karena merasa khawatir tentu tentang keadaan anaknya.

Memaksa untuk memenuhi keinginannya, misalnya si anak ingin mengambil jurusan Arsitek, tetapi dipaksa untuk ambil bahasa inggris. Sedangkan si anak tak mampu untuk melakukannya, karena ia sangat suka dengan arsitek, terkait gambar-menggambar.

Alangkah baiknya memang dirundingkan berkali-kali, dimusyawarahkan, lalu simpulkan dengan keputusan akhir yang tepat.

Apakah dampaknya begitu besar nantinya jika kedua orang tua memaksa anak agar mengikuti kehendaknya? Jika iya, apa? Bahkan, anak kecilpun ketika dipaksa juga akan menangis dan merengek.

Dampak dari kedua orang tua yang memaksa anak menuruti kehendaknya begitu besar untuk kehidupan. Padahal, alangkah baiknya kedua orang tua tidak memaksa kehendak anak karena itu dapat mempengaruhi psikis anak juga.

Dampaknya sebagai berikut:

1. Anak merasa bimbang


Anak akan merasa bimbang dalam pilihannya. Ia menginginkan ini, akan tetapi kedua orang tua tidak menyetujuinya dan tetap kekeuh terhadap pilihannya. Setiap waktu anak akan diliputi rasa bimbang. Bagaimana dengan pilihannya, sedangkan kedua orang tuanya tak menyukai pilihannya, sedangkan kedua orang tuanya tak sependapat dengannya. Sedangkan hatinya tetap pada pilihannya, dan juga ia merasa pilihannya sesuai dengan kemampuannya.

2. Anak menjadi minder atau kurang percaya diri


Anak akan merasa kurang percaya diri terhadap pilihannya. Sehingga dia akan menutup diri dari lingkungannya. Apalagi jika kedua orang tua tetap berkata: Kamu ambil ini aja, kenapa gak ambil itu waktu itu, besok kerja kamu disana ya, dan lain sebagainya.

Anak merasa kurang percaya diri akan pilihannya. Seakan-akan ia tak mampu menggapainya, karena tidak sesuai pilihan kedua orang tua. Ditambah pemikiran tentang bagaimana kehidupan selanjutnya, bagaimana nantinya, dll.

3. Anak merasa tertekan


Memaksakan kehendak anak membuat jiwa anak merasa tertekan. Ia akan ngotot memilih ini, namun kedua orang tuanya tetap kekeuh memilih itu. Ia menjadi tertekan dengan semuanya.

Jiwa yang tertekan, cenderung banyak pikiran, bisa membuat psikis terganggu, stress atau juga pola makan menjadi tak teratur. Karena terlalu banyak digunakan untuk berfikir. Apalagi jika anak tersebut introvert, ia memilih menyimpan masalahnya sendiri. Itu juga dapat berpengaruh buruk bagi tumbuh kembang anak juga bagi pemikiran anak nantinya. Memang tidak semua anak merasa dipaksa atau ditekan. Ada juga anak yang penurut. Tetapi berikan anak juga kesempatan untuk mengambil keputusan sendiri akan masa depannya, kedua orang tuanya yang memberikan arahan, mempertimbangkan keputusan anak nantinya bagaimana.

Pada dasarnya, sebagai kedua orang tua tidak boleh memaksa anak. Biarlah anak memilih pilihannya sendiri sesuai kemampuannya, juga tetap mendukung anak dan memantaunya agar anak tak salah langkah. Setiap kedua orang tua memang pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya, namun tetaplah ingat bahwa kemampuan setiap anak itu berbeda, dan setiap manusia itu sudah memiliki jodohnya masing-masing.




Sumber: opini pribadi
Sumber gambar: google