kiratarupaAvatar border
TS
kiratarupa
Menemukan Identitas Bangsa Melalui Kisah Raja-Raja Majapahit

Menemukan Identitas Bangsa Melalui Kisah Raja-Raja Majapahit – Kerajaan Majapahit adalah kerajaan dengan sejarah panjang yang begitu masyur. Dalam perjalanannya mulai dari masa berdiri sampai dengan runtuhnya, kerajaan Majapahit dipimpin oleh beberapa raja yang berbeda-beda. Ada cukup banyak raja yang memerintah kerajaan Majapahit. Sebagai kerajaan besar dengan sejarah yang panjang, masing-masing raja memiliki cara memimpin dan mengendalikan pemerintahan yang tidak sama. Berikut adalah Kisah Raja-raja yang pernah Memimpin Kerajaan Majapahit:

1. Raden Wijaya (1293 – 1302)


Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana pada 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Di masa ini adalah awal Kerajaan Majapahit lahir. Raden Wijaya nampaknya lebih mengutamakan melakukan konsolidasi dan memperkuat pemerintahan. Ini perlu dilakukan karena pada masa awal itulah terjadi transisi dari kerajaan Singhasari menuju kerajaan Majapahit.


Di awal berdirinya, kerajaan Majapahit menghadapi masalah dengan adanya pemberontakan yang dilakukan orang terpercaya Kertarajasa yang disebabkan oleh konspirasi oknum pejabat pemerintahan. Sebut saja Ranggalawe, Sora, dan Nambi menjadi korban atas adanya konspirasi tersebut. Semua ini tersebut disebutkan dalam serat Pararaton.


Karakteristik Raden Wijaya yang kurang memiliki komitmen dan pendirian yang kuat, membuat patih Halayudha berhasil melaukan konspirasi untuk menjatuhkan orang terpercaya raja agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), halayudha ditangkap dan kemudian dihukum mati. Raden Wijaya kemudian meninggal pada tahun 1309 dan dimakamkan di Candi Simping.


2. Jayanegara (1309 – 1328)


Karena Raden Wijaya tidak memiliki putra dari permaisuri, maka Jayanegara putra dari selir ini yang kemudian menjadi raja Majapahit. Jayanegara memerintah kerajaan Majapahit dalam usia yang masih sangat muda. Bahkan dikisahkan juga bahwa Jayanegara memiliki tabiat yang tidak bagus sebagai raja. Pararaton menyebutnya Kala Gemet yang berarti “penjahat lemah”. Pemerintah Jayanegara ini tidak kuat sehingga banyak muuncul pemberontakan. Pada tahun 1328 Jayanegara meninggal karena dibunuh oleh tabibnya, Tanca.


3. Tribhuana Tungga Dewi (1328 – 1350)


Raja berikutnya adalah Tribhuana Tunggadewi yang seorang wanita. Karena Jayanegara tidak memiliki keturunan, maka tahta diserahkan kepada Gayatri atau Rajapatni yang merupakan salah satu permaisuri Raden Wijaya. Namun karena Gayatri telah menjadi Bhiksuni, maka diwakilkan kepada putrinya yang bernama Tribhuana Tunggadewi.


Masa pemerintahan Tribhuana Tunggadewi ini bisa dikatakan sebagai awal kejayaan kerajaan Majapahit. Meski masih ada beberapa pemberontakan, namun secara umum berhasil ditumpas. Pemerintah Tribhuana Tunggadewi lebih kuat dengan diangkatnya Mahapatih Gajah Mada yang diangkat pada tahun 1336. Pada masa raja Majapahit ini, kerajaan mengadaan perluasan kekuasaan besar-besaran di berbagai daerah di Nusantara. Tribhuana berkuasa di Majapahit sampai kematiannya pada tahun 1350.


4. Hayam Wuruk (1350 – 1389)


Raja Majapahit selanjutnya adalah Prabu Hayam Wuruk. Hayam Wuruk adalah putra dari Tribhuana Tunggadewi sekaligus raja yang berhasil membawa kerajaan Majapahit dipuncak kejayaannya. Dengan dimulai dari Tribhuana Tunggadewi dalam ekspansi ke berbagai daerah, kemudian Hayam Wuruk menyempurnakan dengan tata kelola yang bagus.


Gelar Hayam Wuruk adalah Rajasanegara. Menurut Kakimpoi Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura), dan sebagian kepulauan Filipina. Salah satu faktor penunjang kesuksesan Hayam Wuruk dalam memerintah Majapahit adalah keberadaan para orang kepercayaannya yang sangat mumpuni. Sebut saja Mahapatih Gajah Mada, kemudian Adityawarman dan Mpu Nala. Orang-orang tersebut memiliki kapasitas yang sangat mumpuni dalam menjalankan sebuah negara untuk mencapai kemajuan.


Dengan kebesaran Majapahit, tak sulit bagi Majapahit untuk menjalin kerjasama (Mitrekasatat) dengan kerajaan-kerajaan tetangga seperti Campa, kamboja, Siam, Birma bagian selatan, Vietnam, dan bahkan Tiongkok.


Di masa ini juga raja Majapahit berhasrat mempersunting Citraresmi (Putaloka) putri Kerajaan Sunda sebagai permaisurinya. Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Namun karena kesalahpahaman antara Hayam Wuruk dan Mahapatihnya yaitu Gajah Mada, maka terjadilah perang di lapangan Bubat antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit yang menewaskan raja Sunda. Sang putri yang kecewa dengan hati remuk redam melakukan “bela pati” atau bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya. Kisah itu dituliskan dalam naskah Kidung Sunda dan juga naskah Carita Parahiyangan.


Kakimpoi Nagarakretagama yang disusun di tahun 1365 menyebutkan budaya keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, dengan sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga  menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa yang membentang dari Sumatra ke Papua, mecakup Semenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit.


5. Kusumawardani-Wikramawardhana (1389 – 1399)


Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan tahta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani yang menikahi sepupunya sendiri yaitu pangeran Wikramawardhana. Disaat yang sama Bhre Wirabhumi atau Mina Jinggo, yaitu putra Hayam Wuruk dari selirnya juga menuntut haknya adas tahta.


6. Suhita (1399 – 1429)


Tahta selanjutnya diteruskan oleh Suhita yang merupakan putri dari Wikramawardhana dengan seorang selir. Dari sinilh kemudian pecah konflik yang akan membawa keruntuhan Majapahit. Bhre Wirabhumi alias Minak Jinggo merasa lebih berhak atas tahta kerajaan Majapahit melakukan pemberontakan dan terjadi perang saudara yang dikenal sebagai perang Paregreg pada tahun 1401 – 1406. Minak Jinggo ahirnya erhasil dibunuh oleh Damar Wulan.


Perang Paregreg ini kemudian membuat banyak daerah yang berada di bawah kekuasaan Majapahit memisahkan diri dan semakin membuat Majapahit terpuruk. Pada 1447 Suhita mangkat dan pemerintah dilanjutkan oleh Kertawijawa, adik laki-lakinya. Di masa ini berturut-turut terjadi perang saudara demi perebutan tahta dari keluarga raja Majapahit. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja di kerajaan Majapahit akibat krisis pewarisan tahta.


7. Kertawijaya (1447 – 1451)


8. Rajasawardhana (1451 – 1453)


9. Purwawisesa (1456 – 1466)


10. Kertabhumi (1466 – 1478)


Di masa raja Majapahit ini kerajaan benar-benar mengalami keruntuhannya. Brawijaya V atau Kertabhumidihianati oleh istri dan anaknya sendiri yaitu panembahan Jimbun (Raden Patah). Brawijaya digulingkan dan Raden Patah pun mendirikan kerajaan Islam yang bernama Demak. Sebenarnya pada masa ini kerajaan Majapahit masih ada. Namun dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi yang berarti “sirna hilanglah kemakmuran bumi”.
 


 
Baca juga artikel menarik lainnya:
Mengulas Fakta Kerajaan Majapahit Lengkap Hingga Keruntuhannya
Rekomendasi Wisata ke Dieng yang Bisa Kamu Jadikan Tempat Liburan Akhir Pekanmu
Biografi Singkat Sunan Ampel dan 7 Fakta Menarik Tentang Sunan Ampel
starcrazy
dellesology
atamlee
atamlee dan 2 lainnya memberi reputasi
1
11.2K
43
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.