mengeja
TS
mengeja
Konflik Nagorno-Karabakh, Jalan Terjal Armenia dan Azerbaijan Menuju Perdamaian


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Shalom, salam sejahtera. Om swastiastu. Namo buddhaya. Wei de dong tian.

emoticon-I Love Indonesia

Hai, GanSis. Apa kabar? Kali ini ane mau membahas tentang konflik Nagorno-Karabakh yang hingga sekarang belum selesai juga.

emoticon-I Love Indonesia


Peta wilayah Nagorno-Karabakh (merah).
Gambar: rferl.org
---------------


Ada beberapa konflik di dunia yang hingga sekarang belum selesai, salah satunya adalah Konflik Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan yang mempersengketakan wilayah Nagorno-Karabakh dan 7 wilayah di sekitarnya. Secara de factowilayah ini berada di bawah kendali Republik Artsakh yang mayoritas beretnis Armenia, tapi secara de jure merupakan bagian dari Azerbaijan.



Awal Konflik

Peta kawasan Transkaukasia saat ini.
Gambar: pinterest.com
---------------


Konflik bermula pada awal abad ke-20 ketika Kekaisaran Rusia runtuh. Dengan cepat wilayah jajahan di Kaukasia Selatan memerdekakan diri menjadi Republik Federasi Demokratik Transkaukasia yang beranggotakan Armenia, Azerbaijan, dan Georgia. Negara ini hanya berumur sebentar karena Georgia memisahkan diri. Pada perkembangannya Armenia dan Azerbaijan juga membentuk negara sendiri hingga menimbulkan sengketa wilayah yang berujung kerusuhan etnis di sekitar perbatasan.

Menyusul kekalahan Turki Ottoman dalam Perang Dunia I, pada Desember 1918, seorang Jenderal Armenia Andranik Ozanian memasuki Nagorno-Karabakh guna meredam kerusuhan. Inggris sebagai pemenang perang kurang setuju dengan langkah Armenia. Pada tahun 1919, pasukan Inggris mulai menduduki Kaukasia Selatan. Mandat atas Nagorno-Karabakh dikembalikan kepada Azerbaijan melalui Khosrov bey Sultanov yang menjadi Gubernur Jenderal Nagorno-Karabakh. Inggris memerintahkan untuk meredam kerusuhan yang justru berakhir Pembantaian Shusha dengan jumlah korban 20.000 etnis Armenia.



Di Bawah Kendali Uni Soviet

Vladimir Ilyich Ulyanov atau Lenin, penguasa Uni Soviet pertama.
Gambar: bbc.co.uk
---------------


Perselisihan kedua etnis ditangguhkan setelah Uni Soviet yang notabene entitas lanjutan dari Kekaisaran Rusia kembali menginvasi Kaukasia Selatan pada April 1920. Uni Soviet mendirikan Transkaukasia Soviet dan membentuk Biro Kaukasia (Kavbiro) untuk mengurus konflik. Kavbiro adalah sebuah komite beranggotakan 7 orang.

Pada 4 Juli 1921, terjadi pembahasan tentang Nagorno-Karabakh. Kavbiro sepakat memasukkan Nagorno-Karabakh ke dalam wilayah Armenia Soviet yang baru, tapi batal sehari kemudian setelah menerima wejangan dari Pusat (Moskow). Kavbiro memilih membentuk Nagorno-Karabakh Autonomy Oblast (NKAO), lalu menjadikannya bagian dari Azerbaijan Soviet. Kebijakan ini bertujuan menciptakan konflik abadi antaretnis untuk memastikan keduanya terus berperang satu sama lain, bukan melawan Uni Soviet.

Para sarjana modern Armenia dan Azerbaijan berspekulasi bahwa keputusan ini merupakan bagian dari divide et impera sebab Uni Soviet bukan hanya menerapkannya kepada Nagorno-Karabakh, tapi juga Nakhichevan. Sebuah wilayah yang terkurung Armenia, namun menjadi bagian dari Azerbaijan.

Selama beberapa dekade kendali Uni Soviet, orang Armenia di NKAO tetap berkeinginan kuat bergabung dengan Armenia Soviet. Pada tahun 1930-an, Sekretaris Komunis Armenia Aghasi Khanjian sempat melayangkan protes kepada Stalin agar NKAO dan Nakhichevan kembali kepada Armenia. Malang ia justru dibunuh oleh kaki tangan Stalin.



Meningkatnya Pertikaian

Renaissance Square, Stepanakert.
Gambar: armenianweekly.com
---------------


Setelah kematian Stalin, orang Armenia kembali menyuarakan ketidakpuasan terhadap Moskow. Pada tahun 1963, sekitar 2.500 orang Armenia di NKAO menandatangani petisi menuntut bergabung dengan Armenia Soviet atau berada langsung di bawah kendali Rusia. Hal ini menyebabkan bentrokan di Stepanakert ibu kota NKAO yang menewaskan 18 orang Armenia.

Berturut-turut pada tahun 1965 dan 1977, terjadi demonstrasi besar-besaran di Yerevan ibu kota Armenia Soviet yang kembali menyerukan penyatuan NKAO dengan Armenia. Titik terang mulai terlihat ketika tahun 1985, pemimpin Uni Soviet yang baru Mikhail Gorbachev menerapkan glasnost dan perestroika. Perestroika berkaitan dengan reformasi ekonomi, sementara glasnost berarti keterbukaan yang memberikan kebebasan terbatas warganegara Uni Soviet untuk mengungkapkan keluhan tentang sistem dan pemimpin Uni Soviet.

Kebijakan ini ditanggapi oleh anggota parlemen NKAO pro-Armenia yang mengungkapkan kebobrokan Azerbaijan Soviet karena telah menekan kebebasan budaya dan ekonomi masyarakat Armenia di NKAO, seperti pelarangan bahasa Armenia, ketiadaan buku pelajaran berbahasa Armenia, dan pemutusan saluran televisi berbahasa Armenia. Pernyataan anggota parlemen NKAO pro-Armenia ditutup dengan resolusi sepihak penggabungan Nagorno-Karabakh dengan Armenia Soviet pada 20 Februari 1988.

Sebelumnya pada akhir 1987, terdengar desas-desus tentang orang Azerbaijan di desa Ghapan dan Meghri, Armenia Soviet yang terpaksa mengungsi ke Azerbaijan Soviet karena persekusi dari orang Armenia. Hal ini meningkatkan ketegangan antara kedua etnis, terlebih saat kedua kepala desa menyangkal tuduhan. Pada 20 Februari 1988, bertepatan dengan resolusi anggota parlemen NKAO pro-Armenia, terjadi rudapaksaan yang menimpa dua perempuan Azerbaijan. Dua siswi yang sedang melakukan pelatihan medis di RS Stepanakert ini diduga dirudapaksa oleh orang-orang Armenia. Bentrokan antaretnis pun pecah di Askeran, NKAO. Tercatat 2 pemuda Azerbaijan tewas dalam bentrokan.

Bentrokan di Askeran menjadi awal pogrom (pengusiran dengan kekerasan) terhadap etnis Armenia di Sumgait, sebuah kota yang terletak di wilayah Azerbaijan Soviet, sekitar 25 km sebelah utara Baku ibu kota Azerbaijan Soviet. Selain sebagai balasan bentrokan di Askeran, orang Azerbaijan juga menganggap sebagai balasan persekusi di desa Ghapan dan Meghri. Tercatat 32 orang tewas: 26 orang Armenia dan 6 orang Azerbaijan. Data ini disangkal pihak Armenia sebab kemungkinan jumlah korban jauh lebih banyak.


Pogrom terhadap etnis Armenia di Sumgait, Azerbaijan.
Gambar: artsakhpress.am
---------------


Hampir semua populasi Armenia yang tersisa di Sumgait memutuskan mengungsi ke tempat aman di wilayah Armenia Soviet. Mereka dipukuli, dirudapaksa, dibunuh, dan dimutilasi di jalan-jalan Sumgait atau di dalam rumah selama 3 hari pogrom tanpa intervensi dari polisi lokal. Bentrokan mereda setelah pasukan Uni Soviet memasuki kota pada 1 Maret 1988. Kesaksian korban selamat mengingatkan masyarakat Armenia tentang kekejaman Genosida Armenia di masa lalu.

Pada 23 Maret 1988, Moskow menolak tuntutan penyatuan NKAO dengan Armenia Soviet. Pasukan Uni Soviet dikerahkan ke Yerevan ibu kota Armenia Soviet untuk mencegah protes lanjutan, walaupun gagal karena masyarakat Armenia percaya apa yang berlaku di Nakhichevan akan terulang di Nagorno-Karabakh. Sebelum pembentukan Nakhichevan, terdapat 40% etnis Armenia yang di masa depan menghilang total karena eksodus akibat persekusi. Begitu pula Nagorno-Karabakh yang pada 1920-an terdapat 94% populasi Armenia, namun menyusut menjadi 73% pada 1980-an.


Gempa dahsyat Armenia 1988.
Gambar: medium com
---------------


Kegigihan rakyat Armenia terkait Nagorno-Karabakh sempat mereda saat gempa bumi dahsyat melanda Armenia pada 7 Desember 1988. Namun, wacana kembali mencuat ketika anggota Komite Karabakh yang baru terbentuk dijebloskan ke penjara oleh Moskow. Hal ini menciptakan konflik baru Armenia vs Moskow yang telah kehilangan kepercayaan kepada Gorbachev.

Pada bulan-bulan berikutnya, konflik antaretnis tak terhindarkan lagi. Pertukaran penduduk secara liar dan paksa terjadi di masing-masing wilayah. Orang Armenia dipaksa keluar dari wilayah Azerbaijan Soviet, begitu pun orang Azerbaijan dipaksa keluar dari wilayah Armenia Soviet. Kedua belah pihak mengantongi jumlah korban jiwa versi masing-masing, namun menurut berita Time pada Oktober 1989, menyatakan lebih dari 100 orang tewas di Armenia dan Azerbaijan sejak Februari 1988.



Perang Nagorno-Karabakh (1988-1994)

Permukiman di Nagorno-Karabakh yang hancur dan telah ditinggalkan pemiliknya.
Gambar: moderndiplomacy.eu
---------------


Resolusi anggota parlemen NKAO pro-Armenia pada 20 Februari 1988 terkait penyatuan wilayah dengan Armenia Soviet dianggap sebagai awal dari Perang Nagorno-Karabakh (1988-1994). Perselisihan ini berdampak pada populasi kedua negara sekaligus memburuknya stabilitas kawasan. Situasi di NKAO menjadi tak terkendali yang memaksa Uni Soviet untuk sementara waktu mengambil kendali wilayah ini, sebuah langkah yang disambut baik orang Armenia.

Pada September 1989, Azerbaijan Soviet memblokade jaringan kereta api yang secara efektif melumpuhkan perekonomian Armenia sebab 85% barang keluar-masuk melalui jalur kereta api. Ini sebagai balasan blokade Armenia Soviet atas wilayah Nakhichevan sekaligus hukuman terkait serangan gerilyawan Armenia terhadap awak kereta Azerbaijan yang memasuki wilayah Armenia Soviet.

Pada Januari 1990, pogrom terhadap etnis Armenia yang tersisa di Baku dimulai. Gorbachev mengumumkan darurat militer dan mengerahkan pasukan untuk memulihkan ketertiban. Konflik baru Azerbaijan vs Moskow pun pecah di Baku. Uni Soviet yang telah rapuh tak mampu mengendalikan massa yang beringas. Bentrokan di ibu kota Azerbaijan Soviet ini menyebabkan kematian 120 orang Azerbaijan dan 8 prajurit Uni Soviet.


Deklarasi Kemerdekaan Armenia pada 21 September 1991.
Gambar: panorama.am
---------------


Pada awal 1991, Gorbachev mengadakan referendum nasional guna memutuskan apakah Uni Soviet akan tetap bersama atau tidak. Lima republik memboikot referendum, termasuk Armenia yang segera mendeklarasikan kemerdekaan pada 21 September 1991. Bertolak belakang dengan Azerbaijan yang masih menuruti Moskow, Ayaz Mutalibov sebagai pemimpin Azerbaijan berpaling kepada Gorbachev demi mendapatkan dukungan atas konflik di NKAO guna melucuti gerilyawan Armenia yang telah mempersenjatai diri.

Operasi militer gabungan Soviet-Azerbaijan dengan sandi Operation Ring dikerahkan untuk mendeportasi paksa orang-orang Armenia dari seluruh wilayah Azerbaijan Barat, pegunungan Kaukasia Kecil, NKAO, dan sepanjang perbatasan barat laut Armenia-Azerbaijan. Operasi ini melibatkan kendaraan militer, artileri, dan helikopter tempur untuk menumpas gerilyawan Armenia. Deportasi massal ini dilakukan dengan pelanggaran HAM berat yang banyak didokumentasikan organisasi HAM internasional.


Operation Ring yang menyisir etnis Armenia.
Gambar: allinnet.info
---------------


Metode kekerasan, intimidasi, dan persekusi dalam Operation Ring terbukti gagal total. Orang Armenia yang seharusnya takut dan menyudahi tuntutan atas Nagorno-Karabakh justru semakin gigih berjuang. Tindakan kekejaman yang mereka terima telah memperkuat keyakinan bahwa satu-satunya jalan penyelesaian Nagorno-Karabakh adalah perlawanan bersenjata. Berbondong-bondong etnis Armenia di NKAO membentuk milisi sukarela yang terdiri dari unit-unit liar tak teratur.

Sempat ada upaya perdamaian yang mempertemukan kedua belah pihak dibantu Kazakhstan dan Rusia di Zheleznovodsk, Rusia. Namun, terhenti sebab di lapangan kedua pihak terus saling menyerang. Puncaknya saat sebuah helikopter Azerbaijan yang membawa tim mediasi Rusia, pengamat Kazakhstan, dan pejabat tinggi Azerbaijan ditembak jatuh oleh milisi Armenia di desa Karakend, NKAO.


Pengungsi Azerbaijan di Nagorno-Karabakh.
Gambar: wikipedia.com
---------------


Pada akhir 1991, milisi Armenia mulai merampas desa-desa yang dulu dihuni etnis Armenia. Dalam beberapa kasus pasukan gabungan Soviet-Azerbaijan yang tak ingin terlihat gagal memilih membumihanguskan desa-desa sebelum meninggalkannya. Di saat yang sama, milisi Armenia juga berhasil merebut desa-desa etnis Azerbaijan. Pada 19 Desember 1991, Uni Soviet memutuskan berhenti dari Operation Ring. Seiring pembubaran Uni Soviet pada 31 Desember 1991, berangsur-angsur pasukan Uni Soviet keluar dari NKAO yang membuat zona konflik semakin tak terkendali.

Kedua belah pihak mulai mempersenjatai diri. Masyarakat diaspora Armenia di seluruh dunia kompak menyalurkan bantuan untuk negeri leluhur, bahkan di Amerika Serikat mereka berhasil melobi Kongres untuk mengembargo Azerbaijan secara ekonomi dan militer. Sementara itu, Azerbaijan memperoleh banyak dukungan dari Turki dan beberapa negara Arab. Azerbaijan percaya diri mengobarkan perang berskala besar.

Pada 21 November 1991, Azerbaijan mencabut status otonomi Nagorno-Karabakh dan mengubah nama ibu kota dari Stepanakert menjadi Khankendi. Sebagai tanggapan, masyarakat Armenia di Nagorno-Karabakh mengadakan referendum pada 10 Desember 1991 tanpa peran etnis Azerbaijan. Pada 6 Januari 1992, Republik Nagorno-Karabakh (NKR) mendeklarasikan kemerdekaan dari Azerbaijan.

Pada Februari 1992, Rusia bersama beberapa bekas wilayah Soviet membentuk Commonwealth of Independent States (CIS). Azerbaijan enggan bergabung, sedangkan Armenia yang khawatir akan invasi Turki menjadi anggota CIS. Secara tidak langsung Armenia mendapat payung keamanan kolektif organisasi di bawah komando Rusia. CIS mendirikan markas baru di Stepanakert untuk mengambil peran lebih aktif dalam konflik Nagorno-Karabakh.

Selama musim dingin 1991-1992, Stepanakert diblokade oleh pasukan Azerbaijan yang bermarkas di Khojaly dan Shusha. Serangan udara AU Azerbaijan secara serampangan meneror penduduk sipil, menghancurkan banyak bangunan, RS, dan pos-pos militer. Khojaly memiliki satu-satunya bandara di kawasan NKR yang berperan penting bagi kelangsungan hidup penduduk sebab NKR memang tidak memiliki akses darat dengan Armenia. Hal ini menjadi alasan kuat milisi Armenia untuk merebut Khojaly dari pihak Azerbaijan. Dibantu oleh Resimen ke-366 CIS, pasukan Armenia berhasil merebut Khojaly yang berakhir pada peristiwa Pembantaian Khojaly. Sedikitnya 161 warga sipil Azerbaijan terbunuh, namun otoritas Azerbaijan menyatakan 613 korban tewas.


Pembantaian Khojaly.
Gambar: change.org
---------------


Pembantaian Khojaly memaksa Mutalibov menyerahkan kekuasaan kepada parlemen Azerbaijan yang kemudian menunjuk Yaqub Mammadov sebagai Presiden. Pada 7 Mei 1992, dialog damai kembali diadakan, kali ini atas prakarsa Presiden Iran Akbar Hashemi Rafsanjani. Upaya perdamaian batal saat pasukan Azerbaijan yang tersisa di Shusha terus melancarkan serangan artileri berskala besar dengan roket GRAD ke Stepanakert.

Pada 8 Mei 1992, ratusan milisi Armenia dengan tank dan helikopter menyerang Shusha. Pertempuran sengit terjadi di jalan-jalan kota menyuarakan perang mati-matian dari kedua belah pihak yang menginterpretasikan Kristen (Armenia) vs Islam (Azerbaijan). Pada keesokan harinya milisi Armenia yang kalah jumlah dan senjata malah berhasil merebut kota dan memaksa orang Azerbaijan keluar dari Shusha.


Monumen peringatan Pertempuran Shusha. Tampak tank T-72 milik Armenia.
Gambar: wikipedia.com
---------------


Peristiwa ini menyulut Turki untuk berperan dalam konflik Nagorno-Karabakh dengan memberikan bantuan dan penasihat militer bagi Azerbaijan secara substansial. Pada Mei 1992, komandan CIS bernama Yevgeny Shaposnikov mengeluarkan ancaman bagi Barat, terutama Amerika Serikat agar tak ikut campur dalam konflik di Kaukasia. Atas dasar persamaan agama, milisi Checnya juga berpartisipasi di belakang Azerbaijan, walaupun akhirnya mengundurkan diri dengan alasan Azerbaijan lebih mementingkan nasionalisme daripada Islam.

Kegagalan mempertahankan Shusha membuat parlemen Azerbaijan kembali mengangkat Mutalibov secara sepihak. Sebagian besar rakyat Azerbaijan menganggap hal ini sebagai kudeta. Sementara itu, kubu demokrat terus merongrong parlemen agar segera melakukan pemilu yang lebih demokratis. Saat itu parlemen Azerbaijan memang dihuni para pejabat bekas rezim komunis Azerbaijan Soviet.


Peta wilayah Lachin yang menjadi akses darat utama Armenia dengan Nagorno-Karabakh.
Gambar:
---------------


Konflik internal Azerbaijan dimanfaatkan maksimal oleh Armenia yang memutuskan menyerang Lachin, kota kecil Azerbaijan di celah sempit yang memisahkan Armenia dengan Nagorno-Karabakh. Untuk pertama kalinya Armed Forces of Armenia (Angkatan Bersenjata Armenia) terjun ke dalam konflik Nagorno-Karabakh. Pasukan Armenia mengambil alih kota dan mengusir semua warga Azerbaijan. Praktis konvoi militer dan suplai mengalir deras menuju NKR karena kini akses darat telah terbuka.

Sementara itu, unjuk rasa besar-besaran di Baku mendapat perlakuan represif dari rezim Mutalibov. Pada 16 Juni 1992, Abulfaz Elchibey menjadi Presiden Azerbaijan setelah kudeta bersenjata yang didukung Front Rakyat. Di bawah kepemimpinan Elchibey, Azerbaijan betul-betul menolak bantuan Rusia dan mendekat ke Turki.


Abulfaz Elchibey, Presiden Azerbaijan kedua.
Gambar: aniarc.am
---------------


Azerbaijan melakukan serangan berskala besar ke NKR pada pertengahan 1992. Lebih dari 8.000 personel AD Azerbaijan dengan 4 batalion tambahan, 90 tank, 70 kendaraan tempur infanteri, dan beberapa helikopter tempur digunakan dalam operasi militer yang dikenal dengan Goranboy Operation. Berturut-turut pasukan Azerbaijan di bawah komando Suret Huseynov menguasai wilayah Askeran, Goranboy, dan Mardakert.


Pasukan Azerbaijan dalam Goranboy Operation.
Gambar: nostalgiya.az
---------------


Sikap brutal pasukan Azerbaijan dalam operasi ini membuat Pemerintah Armenia mengeluarkan ancaman untuk turun langsung membantu para milisi Armenia yang bertempur di NKR. Pada 18 Juni 1992, NKR mengumumkan keadaan darurat. Pada 15 Agustus, Komite Pertahanan NKR dibentuk atas konsolidasi dari Pemerintah Armenia. Reformasi militer berlangsung cepat yang kemudian bersatu di bawah panji Pasukan Pertahanan NKR.

Perlahan pasukan NKR berhasil membendung laju pasukan Azerbaijan. Pada akhir 1992, pasukan Azerbaijan mulai kelelahan yang membawa kerugian besar. Dengan sangat terpaksa Huseynov menarik mundur pasukannya kembali ke Ganja, Azerbaijan untuk pemulihan.

Bersambung ke post selanjutnya....
MUF0REVERdellesologyibianconeri404
ibianconeri404 dan 19 lainnya memberi reputasi
20
14.9K
84
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.