londo.046
TS
londo.046
Manusia-Manusia Senja


Quote:


Panggil dia Lenin. Aku mengenalnya lebih dari 10 tahun lalu. Saat aku dipidana, dan dia rajin mengunjungi temannya yang juga sedang menjalani masa hukuman di dalam penjara. Usianya 9 tahun lebih tua dari ku. Dia adalah singa podium pada masanya. Dia bukan anak ibukota, tapi saat ibukota sedang bergolak karena gelombang demonstrasi mahasiswa, dia ada di sana.

Apa alasan dia rutin mengunjungi penjara kala itu? Temannya adalah korban dari ganasnya dunia. Melaksanakan perintah atasan, hanya untuk menjadi bamper dan tumbal. Kejam, tapi itulah kehidupan. Aku tahu orang macam apa Lenin. Dia bergerak dan merangkul orang-orang pinggiran. Tak terhitung berapa anak yang dia angkat dari jalanan menjadi pemuda penuh masa depan.

Ternak bebek, ternak lele, sablon, sampai menjadi politisi adalah hasil didikan tangan dinginnya. Hari ini dia merasakan kegelisahan yang tak kunjung ketemu ujung pangkalnya. Kegelisahan yang membuat dia memutuskan untuk turun gelanggang dan bertarung memperebutkan kursi yang dulu kita sebut, kursi kotor. Lenin merasa, tidak akan membuat perubahan jika hanya berteriak dari luar. Itulah alasan yang dia kemukanan di malam dingin, di warung kopi mbah Jenggot.

Dia ingin masuk, dan dia ingin dukungan ku. Bukan dukungan finansial yang dia inginkan. Tapi dukungan moral, semangat, dan juga tulisan ku yang katanya tajam menusuk ke jantung orang-orang pragmatis. Apakah dia sudah kaya raya? Tidak! Dia biasa saja, khas keluarga menengah di kota kecil. Dia hanya punya rumah warisan dari orang tua, sebuah mobil hibah dari seorang yang pernah ditolongnya, dan pekerjaan di sebuah pabrik besar di kota ini.

Quote:


Diam-diam aku membenarkan semua alasan yang dia kemukakan. Diam-diam, aku malu pada diri ku sendiri. Memang benar, jika ingin membuat perubahan, maka mulai lah dari dalam. Aku selalu berfikir, sistem di negara ini sudah terlalu busuk. Ibarat kanker, ini bukan lagi stadium empat, tapi stadium lima. Jika semua diam, lalu siapa yang akan berkuasa dan menggunakan kuasa? Tentu para bandit-bandit tak tahu kenyang.

Kami terdiam dalam pikiran masing-masing. Aku ingat masa muda ku dan semua teman-teman pergerakan ku. Mereka sebagian besar terpental dan menyerah dengan keadaan. Yang kuat iman, tidak akan mendekat kepada kekuasaan dan pemerintahan. Mereka memilih berusaha di jalur yang lain. Entah jadi petani, pengusaha, pedagang, bahkan menjadi buruh serabutan sambil sesekali menelurkan tulisan.

Yang imannya tipis, akan memilih jalur pragmatis. Masuk ke pemerintahan, ke legislatif sebagai anggota dewan. Mereka inilah oportunis sejati pengejar kuasa. Tak peduli jalan yang mereka tempuh adalah jalan penuh darah dan air mata bangsa mereka. Aku takut Lenin menjadi seperti ini, aku takut dia menjadi manusia tamak yang menempatkan uang di atas segalanya. Itulah alasan mengapa aku tidak langsung meng-iyakan permintaan dukungannya.

Namun semua argumennya, sorot matanya dan track recordnya membuat aku akhirnya luluh. Aku masih ingat ketika dia menjual satu-satunya motor kepunyaannya untuk membayar hutang seorang janda tua yang terancam kehilangan rumah karena berurusan dengan rentenir. Padahal dari motif apapun, tidak ada keuntungan yang dia dapat. Apa yang bisa diharapkan dari janda 60-an tahun yang hidup sebatang kara?

Mendapatkan cintanya? Mungkin alasan paling logis adalah, mengharapkan doa darinya. Berminggu-minggu dia berjalan kaki untuk mencapai tempat kerjanya, karena motor itulah yang dia punya. Dia juga tetap rajin mengorganisasi dan bergerak menggalang kekuatan masyarakat untuk sadar akan posisi. Ketika ada yang menawarinya pinjaman motor, dia tolak mentah-mentah tawaran itu. Sampai akhirnya kita menemukan cara membantunya. Menjual motor STNK only  yang terjangkau kantong tipisnya.

 Atas dasar itulah,keyakinan ku pun menebal. Dia bisa aku pegang omongannya, dia bisa aku pegang janjinya. Baiklah, jika aku memang tidak bisa untuk berkontestasi, rasanya memberikan dukungan kepada mereka yang benar-benar siap adalah opsi paling masuk akal dan baik. Paling tidak, aku sudah melakukan sesuatu untuk perpolitikan negeri ini.

Quote:


Kawan ku akhirnya bisa tersenyum setelah sedari tadi pamer muka cemberut dan bingung. Padahal, dalam hati aku sendiri masih bingung mau ngapaindan mau kemana. Mendompleng tokoh, mungkin bisa aku lakukan. Tapi melakukan agitasi di media sosial? Aku kurang pandai dalam hal itu. Mungkin gerakan masif di lapangan lah yang akan banyak membantu ku.

Sembilan bulan setelah percakapan di warung kopi mbah Jenggot, Lenin tiba di hari yang sangat menentukan. Sebenarnya buat dia tidak berarti apa-apa. Ketika dia kalah, dia akan tetap bisa bekerja seperti biasa dan tidak kehilangan apa-apa. Yang rugi ketika dia kalah adalah masyarakat itu sendiri. Dia menawarkan banyak hal yang menurut ku sangat masuk akal.

Quote:


Di atas Vixion yang belakangan jadi tunggangan operasional ku, aku melihat kegetiran dari bangsa ini. Minimal yang ada di kota ku. Di mana masa depan hanya ditukar dengan lembaran uang. BSP, seorang caleg di dapil kota ku adalah bukti betapa masifnya permainan politik uang. Duhai Sang Pemilik Hidup, tolong bimbing jiwa-jiwa kami untuk tidak memilih manusia yang punya niat jahat pada negara kami.


Sumber Gambar : sini
Diubah oleh londo.046 15-04-2019 03:07
sinsin2806nomoreliesimamarbai
imamarbai dan 38 lainnya memberi reputasi
37
62.1K
338
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.