Novianti686Avatar border
TS
Novianti686
Last Day
Last Day
Oleh: Novi Yanti Ovie



Dion menyugar rambut kesal, entah apa yang harus dilakukan jika melihat sang istri dalam keadaan seperti ini. Sungguh ini adalah hal yang paling dibencinya, menyaksikan perempuan menangis. Menyebalkan! Sering kali dirinya tidak paham dengan sikap kaum feminis ini. Manjanya luar biasa, dan suka sekali menggunakan air mata sebagai senjata.

“Ra, kan aku yang marah, kenapa kamu yang nangis, sih?“ lelaki itu duduk di ujung rajang. Maura duduk di sudut ranjang, memangku bantal dan menangkupkan wajahnya di sana. Tangisnya semakin menjadi, “please, sudah.... “ Maura bergeming, Dion di buat pusing dan suasana kembali hening. Sesal itu selalu datang terlambat, andai dia tadi tidak pulang cepat. Mungkin tidak perlu dirinya menyaksikan apa yang seharusnya tidak perlu dilihat.

Dion menatap perempuan tambatan hatinya. Meski sedang marah, wajahnya tetap menarik. Bibir indah itu sedikit maju ke depan, meski ini adalah wujud kemarahan. Tetapi entah mengapa, di mata Dion malah terlihat seksi. Ingin dia melumatnya, namun urung karena dirinya sadar bahwa saat ini si perempuan sedang murka. Jika memaksa bukan manis yang dirasa, mungkin bibirnya akan dibuat luka.
“Sudah dong!” suara Dion agak meninggi. “Nangis terus, lagian enggak ada suami kamu malah kelonan sama dia.”

“Ya, tapi enggak gitu juga! Dia tiduran di ranjang, aku kan lagi kerja.“ suara Maura pun tidak kalah meninggi, untuk sebuah pembenaran.

Dion geleng-geleng kepala dengan kelakuan sang istri. Sejak kedatangan Si Dave di komplek ini, Maura mulai berulah. Selalu! Pembelaan-pembelaan dan pujian-pujian hampir setiap hari diucapkan Maura, seolah si Dave menjadi yang utama setelah dirinya. Padahal Dave itu ada pemiliknya, entah setan apa yang membuat sang istri buta dan tergila-gila pada makhluk brengsek itu.

“Pasti Dave kedinginan di luar, mending kalo pagi balik lagi ke sini. Kalo enggak, kan kasian.“ Wajahnya kembali dibenamkan di bantal.

“Terlalu, kamu Ra! “ Dion murka, “sepenting apa sih dia buat kamu? Lalu aku ini apa? Dia pasti balik ke rumahnya-lah, repot amat!“ Dia meningalkan istrinya yang masih terus menangis.

Melihat Dion semakin marah, tangis Maura semakin menjadi. Perempuan itu merasa jika dirinya selalu berada di polisi salah. Hanya karena Dave ada di dalam kamar. Toh keduanya berbeda aktifitas, Dave tiduran di rajang dan Maura sibuk dengan naskah-naskah yang sedang dieditnya. Tidak melakukan hal yang aneh-aneh. Bagaimanapun Dion adalah belahan jiwa Maura, tidak bisa dibandingkan dengan Dave yang lebih banyak menemani hari-harinya saat sang suami sibuk bekerja.
Suasana kamar semakin hening, gemercik hujan menjadi suara pengiring sepi, ditingkahi isak tangis Maura yang masih belum berhenti. Hingga, terdengar ketukan dari pintu depan, diiringi ucapan salam dari seseorang yang tidak asing lagi. Maura menyusut basah di pipi dan sudut matanya, melemparkan bantal dan bergegas menuju pintu depan.

“Hai! sapa Maura. “

“Hai Ra, dia akan tinggal di sini selamanya, “ ucap Dion.

Wajah Maura sesaat berubah cerah, “sure? “

Dion mengangguk dan melemparkan senyum pada sang istri. “Tetapi jangan tidur di kamar, aku tidak suka bulu kucing!“

“Etapi, Dave kan kucing Tante Brenda. How can?“

“Aku sudah mengadopsinya dari Tante Brenda. Dia tidak keberatan, karena tahu kamu begitu menyayangi si Dave. But! One thing! Jangan masuk dan tidur di kamar kita! Deal? “

“Deal! Mr. Dion, I love u more.... “ Maura menghujani suaminya dengan peluk dan ciuman. Dion pun senang melihat istrinya kembali tenang dan tidak sedih lagi.

“Sayang, Dave biar bibi yang urus. Hemm... may i.... “

Tanpa perlu Dion meneruskan kalimatnya, Maura sudah tahu dengan apa yang lelakinya mau. Dia mengedipkan satu mata ke arah sang suami, “ tunggu sebentar, ya. “ satu kecupan pun mendarat di pipi Dion. Lalu Maura bergegas ke ruang belakang, membawa Dave agar disiapkan tempat tidurnya oleh bibi. “Hai baby, well come home.” Dave mengeong manja dalam dekapan Maura.

Dion tersenyum dan kembali menggelengkan kepala, “dasar perempuan, “gumamnya. Dia bergegas menuju kamar.

-Selesai-
Bandung, 10 Desember 2019


(Pict by: Google)
Diubah oleh Novianti686 10-12-2019 07:08
lina.wh
NadarNadz
nona212
nona212 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
926
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.