andimulya
TS
andimulya
Pesan Kisah Wewayangan Sesungguhnya


Kisah Bharata Yudha..., adalah sebuah lukisan realita kehidupan sehari-hari..., tentang bagaimana kita memerankan peran yang seharusnya kita mainkan dengan baik.

Tidak banyak dari kita yang memahami..., apa pesan yang di sampaikan di balik kisah tersebut.

Kebanyakan hanya melihat..., bahwa Pandawa adalah wakil dari kebaikan..., dan Kurawa adalah wakil dari keburukan.

kita melupakan bahwa ada sebuah proses yang dilalui..., dan terjadi sebelum munculnya Pandawa dan Kurawa.

Ada 2 pihak yang berseteru dalam perang Bharata Yudha..., yaitu Pandawa dan Kurawa.

Pertanyaannya adalah....:

Apakah betul Pandawa mewakili kebaikan....?

Apakah betul bahwa Kurawa mewakili kejahatan...?

Awal dari Kurawa adalah Destarata..
, seorang Resi yang tergoda oleh seorang wanita..., dan akhirnya berbuah Kurawa.

Sedangkan Pandawa..., adalah putra Pandu yang merupakan Raja..., tetapi akhirnya mau mengabdikan dirinya menjadi pendeta (demi kebaikan meninggalkan semua keduniawian).

Duryudana sebagai Kurawa yang paling tua..., justru menganggap saudara seorang Adipati Karna..., yang nota bene adalah saudara Pandawa tetapi pandawa sendiri tidak mau menerimanya.

Karna dalam perang Bharata Yudha..., akhirnya menjadi lawan tangguh bagi Pandawa.

Bagaimana dengan Bisma..., paman dari Pandawa dan Kurawa yang mempunyai sikap netral dan serba salah...?

Bisma akhirnya harus mengorbankan jiwanya dengan tewas di tangan Srikandi (Ini merupakan perwujudan karma Bisma..., yang mengecewakan seorang perempuan yang sudah berkorban jiwa raga untuknya tetapi malah dikecewakannya).

Raden Harya Suman atau lebih di kenal dengan Sengkuni..., adalah tokoh inti dari Bharata Yudha.

Dialah sebenarnya yang membuka tabir kebaikan dan keburukan..., dari masing-masing pihak baik pandawa maupun kurawa.

Bagaimana dia selalu membantu Kurawa dan menjerumuskan Pandawa..., padahal sama-sama adalah keponakan semua.

Pandawa disuruh untuk ke hutan dan ke laut..., yang bertujuan untuk membunuh Arjuna dan Bima.

Dikarangnya cerita..., bahwasanya ada senjata hebat yang harus diambil Arjuna dan Bima..., padahal itu hanya karangan Sengkuni saja.

Tapi setelah Arjuna dan Bima mendatangi tempat-tempat yang seharusnya membunuh mereka..., di situ mereka malah mendapatkan apa yang diceritakan..., sehingga Sengkuni sendiri terheran-heran..., karena cerita karangannya malah menjadi kenyataan.

Pandawa juga pernah terpancing diajak berjudi oleh Kurawa..., dan akhirnya kalah.

Bahkan Isterinya..., Drupadi...., yang akhirnya menjadi bahan taruhan..., ternyata kalah juga.

Isteri Pandawa tersebut dipermalukan di depan umum oleh para Kurawa..., tetapi tidak bisa terjadi karena ketulusan dan kebaikan Drupadi.

Sedangkan karakter Sengkuni dalam pewayangan Jawa..., digambarkan sebagai seorang penghasut yang memicu perang besar sesama keturunan dinasti Kuru..., yang terkenal dengan nama Bharata Yudha.

Siapa saja yang dihasut Sengkuni....?

Pertama..., adalah Destarata/Dhritarashtra..., putra tertua dinasti Kuru saat itu..., yang seharusnya dinobatkan menjadi raja..., tetapi tidak jadi..., karena memiliki cacat fisik..., yaitu kebutaan/tidak bisa melihat.

Sengkuni menghasut Destarata..., mengatakan bahwa seharusnya ialah (Destarata) yang layak jadi raja..., karena dia merupakan putra tertua dinasti Kuru.

Perpecahan pun terjadi antar saudara..., antara Destarata dan Pandu.

Orang kedua..., yang dihasut oleh Sengkuni adalah Duryudana..., yang merupakan Putra tertua Destarata dan istrinya..., Gandhari.

Dari kecil..., Sengkuni menanamkan kebencian pada Duryudana terhadap keturunan Pandu.

Beragam tipu daya dilakukan oleh Duryudana dan saudara-saudaranya untuk melenyapkan para putra Pandu..., yaitu...: Yudhistira..., Bima..., Arjuna..., Nakula..., dan Sadewa.

Tapi sebenarnya..., dari semua tindakan “negatif” Sengkuni ini..., mungkin hanya segelintir orang Indonesia umumnya..., atau Jawa khususnya..., yang paham mengapa ia (Sengkuni) berbuat seperti ini.

Sengkuni atau Shakuni..., adalah seorang Pangeran Gandhara.

Kerajaan Gandhara pernah ditaklukkan oleh Kerajaan Hastinapura..., dalam sebuah operasi militer.

Pasca penaklukkan ini..., seluruh laki-laki Gandhara dipenjara..., dan mereka hanya diberi makan sebutir beras perhari untuk tiap-tiap orangnya.

Karena itu semua laki-laki Gandhara yang ditahan menyepakati..., bahwa satu orang harus hidup untuk membalaskan dendam mereka.

Maka seluruh butir beras yang mereka terima diberikan pada Sengkuni..., tujuannya adalah supaya Sengkuni menuntaskan dendam rakyat Gandhara terhadap Hastinapura.

Ayah Sengkuni..., yaitu Raja Subala akhirnya mengaku takluk pada Hastinapura..., hal yang kemudian membuat seluruh laki-laki yang dipenjara dan yang masih hidup dibebaskan.

Walaupun demikian..., dendam Gandhara terhadap Hastinapura belumlah tuntas.

Sengkuni sebagai sang pembalas dendam tersebut..., juga merasa dihinakan oleh lamaran pernikahan Hastinapura terhadap adiknya..., Gandhari.

Ia merasa terhina..., karena yang melamar adalah kerajaan yang pernah menyengsarakan dan membunuh rakyatnya.

Karena itulah Sengkuni bersumpah untuk menghancurkan klan Bhisma (tetua Hastinapura)..., atau wangsa Kuru..., yang memerintah Hastinapura.

Karena tidak punya pasukan yang cukup kuat untuk menaklukkan balatentara Hastinapura..., maka Sengkuni memilih menghancurkan dengan operasi senyap.

Perang Bharata Yudha..., sebenarnya adalah hasil dari operasi senyap Sengkuni..., untuk menghancurkan wangsa Kuru yang dibencinya.

Perang saudara ini..., kemudian menimbulkan banyak korban jiwa dari wangsa Kuru.

Walaupun Sengkuni akhirnya terbunuh..., tetapi tujuannya untuk menghancurkan wangsa Kuru hampir sepenuhnya berhasil.

Praktis hanya segelintir wangsa Kuru yang bertahan hidup pasca perang Bharata Yudha.

Bagaimana dengan Kresna....?

Dalam plot kisah Mahabharata..., karakter Kresna ini adalah titisan Dewa Wisnu.

Tugasnya adalah untuk memerangi “angkara murka/kejahatan”.

Seperti halnya Sengkuni..., Kresna atau Krishna juga berasal dari bangsa yang tertindas.

Perbedaannya kalau bangsa Sengkuni (Gandhara) dijajah bangsa luar..., sementara bangsa Kresna, yaitu wangsa Yadawa..., ditindas oleh Tiran yang berasal dari bangsa sendiri.

Tiran yang menindas wangsa Yadawa itu adalah Kansa.

Kansa ini merupakan saudara laki-laki dari ibu Kresna..., yang bernama Dewaki.

Dewaki ini adalah putri dari Raja Ugrasena yang merupakan raja Kerajaan wangsa Yadawa..., yaitu Mathura (Mandura).

Kansa kemudian mengkudeta ayahnya sendiri..., dan mengangkat dirinya sebagai raja Kerajaan Mathura.

Karena takut akan prediksi bahwa ia (Kansa) akan dibunuh oleh keturunan ke-8 Dewaki dan suaminya..., Wasudewa..., maka Kansa memenjarakan Dewaki dan Wasudewa.

Selanjutnya Kansa membunuhi enam anak Dewaki dan Wasudewa..., sementara anak yang ke tujuh secara gaib ditransfer ke rahim Rohini..., istri pertama, Wasudewa.

Anak yang ketujuh ini kemudian lahir dengan nama Balarama (Baladewa).

Kresna..., yang merupakan keturunan ke-8..., kemudian diselundupkan oleh ayahnya..., Wasudewa..., ke luar sel.

Kresna kemudian dibesarkan oleh pasangan suami istri..., Nanda dan Yasoda.

Setelah dewasa..., duet Kresna dan Balarama ini kemudian berhasil menghabisi nyawa Kansa..., dan mengembalikan tahta kerajaan Mathura pada raja sebelumnya..., yaitu Ugrasena.

Dalam perkembangan berikutnya..., Kresna kemudian mendirikan kerajaan baru yang bernama Dwaraka..., dan ia juga membawa serta wangsa Yadawa ke kerajaan baru tersebut.

Kresna memiliki kedekatan dengan para Pandawa..., karena ia (Kresna) adalah sepupu mereka (para Pandawa).

Sepanjang persahabatannya dengan para Pandawa ini..., Kresna melakukan tindakan yang kurang lebih sama dengan Sengkuni.

Sebagai seorang titisan Dewa Wisnu..., Kresna dikisahkan sudah paham bahwa perang besar akan terjadi.

Oleh karena itu..., sikapnya kemudian bukanlah mencegah perang itu..., sebaliknya ia berusaha untuk menyingkirkan musuh-musuh para Pandawa..., dengan operasi senyap maupun dengan tipu daya terang-terangan.

Salah satu contoh tipu daya Kresna..., adalah usahanya untuk memperdayai Guru Dorna..., dengan cara membuat Yudhistira..., karakter terjujur dalam kisah Mahabharata, untuk berbohong pada gurunya ini.

Jadi ketika perang tengah memanas..., dan pihak Kurawa yang dipimpin oleh Dorna sebagai panglima perang..., berhasil memporak-porandakan pasukan Pandawa.

Dorna dengan kesaktiannya..., memang tak mungkin dikalahkan..., bahkan oleh Arjuna..., sang jago panah sekalipun.

Kresna kemudian membuat skenario kebohongan..., Bima disuruh membunuh seekor gajah yang bernama sama dengan anak Dorna..., Aswatama.

Kemudian setelah membunuh gajah tersebut..., Bima berteriak keras-keras pada Dorna bahwa ia telah membunuh Aswatama.

Karena tidak mau percaya begitu saja..., maka Dorna bertanya kepada orang yang dia anggap paling jujur..., yaitu Yudhistira...., putra tertua Pandu.

Yudhistira kemudian dengan sangat berat hati..., terpaksa berbohong pada gurunya itu.

Dorna yang sangat mempercayai kata-kata Yudhistira..., kemudian kehilangan semangat, dan akhirnya dibunuh dengan mudah oleh Drestajumena.

Tidak hanya itu saja..., pada perang hari terakhir, yaitu duel gada antara Bima dan Duryudana..., Duryudana yang dianugerahi ilmu kebal oleh Gandhari..., ibunya..., ternyata tidak mempan dipukuli berkali-kali oleh Bima dengan gadanya.

Gandhari yang bersumpah untuk menutup matanya sebagai rasa solidaritas terhadap suaminya..., dianugerahi kesaktian oleh Dewa Siwa.

Dengan matanya..., Gandhari bisa membuat semua bagian tubuh yang dipandanginya menjadi kebal dari berbagai senjata.

Hanya saja..., Duryudana yang malu bagian vitalnya dipandang oleh ibunya sendiri..., ternyata menutupi area sekitar pahanya.

Karena itu..., bagian sekitar paha tersebut menjadi tidak kebal.

Akan tetapi..., berdasarkan etika perang gada..., bagian paha tersebut tidak boleh dipukul.

Barang siapa yang memukul bagian itu..., maka dianggap kalah.

Kresna yang memahami hal itu..., kemudian membuat isyarat supaya Bima memukuli paha Duryudana dengan gada..., sebagai perwujudan sumpahnya (Bima) untuk mematahkan paha Duryudana.

Balarama..., kakak Kresna yang berjiwa ksatria..., tidak terima dan marah besar melihat hal itu.

Baginya kemenangan Bima tidak sah..., karena melanggar etika perang gada.

Usaha Kresna yang paling terkenal..., untuk merealisasikan perang Bharata Yudha..., adalah “petuah”nya pada Arjuna..., yang tengah galau karena tidak mau memerangi saudara-saudaranya sendiri.

Petuah Kresna terhadap Arjuna..., sebelum perang besar ini..., terkenal dengan nama Bhagawat Gita.

Isi petuah itu intinya adalah supaya Arjuna tidak ragu melakukan tugasnya..., untuk memerangi kubu Kurawa.

Kutukan Gandhari..., yang melihat bahwa Kresna tidak berusaha mengakhiri perang..., membuat Kresna dan wangsa Yadawa musnah dengan cara mengenaskan.

Kutukan Gandhari ini..., merupakan karma bagi semua muslihat dan tipu daya yang dilakukan oleh Kresna.

Kresna kemudian meninggal karena terkena panah nyasar seorang pemburu..., sementara wangsa Yadawa musnah akibat saling bunuh.

Dalam sebuah cerita..., semua karakter digambarkan serba hitam putih.

Di satu sisi..., digambarkan ada karakter baik tanpa cela..., yang walaupun berbuat kesalahan..., tetap dipuja karena tujuan dari perbuatannya adalah baik.

Di sisi lain..., ada karakter jahat..., yang selalu digambarkan salah..., walaupun dia berperang dengan etika perang yang benar..., tetap saja digambarkan salah.

Di sinilah gambaran kehidupan yang sebenarnya yang terjadi dari dahulu sampai nanti..., itulah sejarah yang akan terus berulang.

Tinggal bagaimana kita bisa menyikapi segala sesuatu dengan bijaksana..., serta menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi sesama untuk kedamaian dunia.

Rahayu.....
www.gusmul.us
Diubah oleh andimulya 13-12-2019 16:07
ForbiddenEtclaanasabilasebelahblog
sebelahblog dan 2 lainnya memberi reputasi
3
940
6
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.4KThread81.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.