Kisah ini terjadi di masa lalu, bahkan banyak orang menilai negara Brunei adem ayem saja tanpa ada perebutan politik hingga berdarah darah. Padahal semua itu salah Brunei sempat terjadi pemberontakan hingga menyeret Indonesia yang akhirnya berseteru dengan Malaysia.

Wahh kok bisa, salah apa Indonesia dengan Malaysia apa hubungannya dengan Brunei? Mau diceritain seperti dongeng atau bergaya narasi bak guru sejarah nih? Berhubung ini kaskus, sebuah forum untuk kasak kusuk sambil ngopi plus ngupil indah, jadi tak dongengin aja ya.

Alkisah, di tanggal 8 Desember 1962 Kesultanan Brunei Darussalam dalam polemik yang gawat, ekonomi dan politik Brunei yang saat itu di bawah protektorat Kerajaan Inggris tentu saja membuat pihak-pihak nasionalis yang ingin merdeka secara total.





Sosok nasionalis yang menggerakkan pemberontakan Brunei adalah AM Azahari, tujuannya satu ingin kedaulatan sebagai sebuah Negara Kesatuan Kalimantan Utara yang berdaulat ia ingin menggambungkan Sabah, Sarawak dan Brunei ke dalam satu wilayah. Sebuah pemikiran revolusioner dari keturunan Arab yang menjadikan Brunei sebagai tanah tumpah darahnya.

Ketika itu Partai yang dipimpinnya menang dengan suara terbanyak, tapi Inggris melihat hal itu sebagai pembangkangan. Negara kaya minyak itu tak ingin di lepaskan Inggris begitu saja. Namun pemberontakan itu gagal, bahkan pihak Inggris merasa ada permainan Sukarno dalam terbentuknya Negara Kesatuan Kalimantan Utara. Apalagi Azahari dari Partai Rakyat Brunei dekat dengan Jendral AH Nasution, maka sentimen terhadap Indonesia yang di pimpin Sukarno memuncak, Malaysia menilai pemberontakan Brunei ada sokongan dari Indonesia.



Terjadi beberapa kali perseteruan dengan Malaya hingga lahirnya federasi Malaysia 16 September 1963, hingga akhirnya 3 Mei 1964 Indonesia berusaha menghancurkan Malaysia dengan membantu rakyat Malaya, Singapura, Sabah, dan Sarawak. Walau tak berperang secara frontal namun aksi yang terkenal adalah ketika Usman dan Harun sukses meledakkan MacDonald House di Singapura pada 10 Maret 1965. Hingga akhirnya Indonesia pun keluar dari PBB di tahun 1965 ketika Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

Pertikaian etnis Melayu dan Cina di Malaysia memaksa Singapura dikeluarkan dari federasi Malaysia, hal ini terjadi pada Agustus 1965. Namun sayang Indonesia sudah tak sanggup konfrontasi lagi dengan Malaysia.





Sepertinya setelah adanya aksi dari PKI cita-cita Sukarno menghancurkan Malaysia pun gagal total, karena ada permainan dari dalam negeri sendiri. Perjuangan Bung Karno pun padam di masa orde baru, apakah di masa sekarang hal itu akan terjadi lagi ketika anak-anak Sukarno sedang berkuasa di Istana? Semoga saja tidak, namun kisah perseteruan tetap berlanjut di ranah Sepakbola.

Tapi yang menarik ketika Kalimantan Timur siap dijadikan Ibukota yang baru, dewan rakyat di Malaysia sempat ketar ketir pembangunan di semenanjung Malaya dengan Serawak dan Sabah memang sangat timpang, baik dari segi ekonomi dan tatanan sosial juga bermasalah.





Mereka takut bila Ibukota di kalimantan dan menjadi kota yang megah seperti Singapura, bukan tak mungkin Serawak dan Sabah akan meminta merdeka. Karena hingga saat ini keadaan mereka hampir sama dengan negeri kita, dimana ada beberapa wilayah yang meminta referendum terutama di Serawak dan Sabah.

Bila Ibukota Indonesia berada di Kalimantan bukan tidak mungkin pergolakan Malaysia akan kembali menghangat, Kesultanan Sulu sudah meminta bantuan di tahun 2016 lewat SBY lalu apakah nanti bisa terjadi lagi gesekan dengan tetangga ketika Ibukota sudah berada di Kalimantan?

Salam lur, saya c4punk see u next thread