djrahayuAvatar border
TS
djrahayu
Tarian Kata Cinta (2)


Sejak malam tadi, aku memikirkan sebuah puisi. Namun, tiada inspirasi menghampiri. Lalu, akankah postingan thread kuundur lagi.

Huff  ... akhirnya tangan ini tergerak untuk melihat snap sahabat setia yang katanya bakal pulang untuk beberapa hari.

"Alhamdulillah bisa makan pecel buatan bunda lagi." Aku tersenyum, anak ini pasti ada di rumahnya.

000

Lima menit kemudian, setelah pamit dengan umi, aku langsung tancap gas ke rumahnya. Anak itu, bernama Anastasya. Gadis slengek-an dan super tomboy. Sama sekali nggak peduli dengan penampilan dan itulah kenapa aku nyaman dengannya. 

"Buka pintu." Aku meneleponnya via whatapp dan seperti biasa, langsung to the point.

"Nggak dikunci, aku lagi mager, nih."

Kuputuskan sambungan telpon dan segera masuk. Tak lupa mengucap salam dan menyalami bunda dan ayah yang sudah seperti orang tua sendiri.

"Anak lanang di mana, Nda?" tanyaku.

"Di kamarnya. Udah kayak kebo aja dia. Makan tidur, makan tidur." Bunda menggerutu kesal.

"Ya udah, Dira ke atas ya, Mi?" 

"Iya, Sayang."

Kuinjak setiap anak tangga secara perlahan. Takut sama medusa yang siap merubahku menjadi patung. Ya, siapa lagi kalau bukan anak semata wayang bunda dan ayah.

Ternyata, sepelan apappun. Medusa punya indra pendengaran yang bagus. Ia keluar dari kamar dengan wajah bantal, rambut berantakan, pakaian lusuh dan kusut, serta jari telunjuk yang lagi gali harta di hidung. Tak lupa, salah satu tangan menggosok perut.

"Bila medusa membuat orang jadi patung, karena tatapan. Kamu mengubah orang jadi patung dengan sikap jorokmu." Huff ... punya teman kok, gini amat. Setidak pedulinya aku dengan kecantikan tubuh, tapi kebersihan dan adab nomor satu.

"Mandi, sana!" Aku mengibaskan tangan agar dia kembali ke sangkar emasnya untuk membersihkan diri.

"Nanti aja. Kamu ke sini, ngapain? Kangen ya? Sini aku peluk."

"Bunda, cah lanang mau peluk aku!" jeritku sambil kembali turun mencari bunda. Kalau sudah begini, kami akan kejar-kejaran, sampai ayah datang bawa seember air dan menyiram ke putrinya.

"Huss! Pergi kau setan!" seru ayah dengan penuh jahil. 

Tasya, cemberut. Ia segera berlari ke kamar dan membanting pintu. Tak lama kemudian, ia keluar kamar dengan keadaan wangi dan bersih.

"Ini baru namanya, cah wedok." Aku tersenyum dan memeluknya. "Kangen!" seruku.

"Ck! Sana jauh-jauh! Aku nggak kangen." Ia mengusirku.

"Ya ampyun! Gitu aja, ngambek." Aku melangkah ke ruang keluarga. Menghidupkan tv dan duduk, tak jauh di sana. "Sini! Jangan sungkan. Anggap aja rumah sendiri."

"Bukannya, aku yang harus ngomong kayak gitu, ya?" Akan tetapi, dia malah ikut duduk juga.

"Kalau mau tempe soal doi. Alhamdulillah baik-baik aja dan sehat. Kenapa nggak move on aja, sih?"

"Susah, Ca. Kalau semudah membalikkan telapak tangan, dah dari dulu aku move on." Aku yakin, mukaku sudah bertekuk. "Tapi, aku ke sini bukan mau tahu soal dia. Aku ke sini mau cari inspirasi."

"Ya udah, kita hang-out yuk?!"

"Ke mana?" Aku bertanya dengan penuh penasaran.

"Penulis itu, inspirasinya ya, buku. Jadi kita hari ini ke perpusda, gimana?"

"Nggak, ah. Aku lagi nggak mood. Lagi pula aku udah sering kesana dan nggak ada buku yang menarik lagi."

"Hufff ... ya, udah. Kita ke alun-alun atau jalan-jalan ke mana gitu."

"Oke. Aku ambil jaket dulu." Aku beranjak naik ke lantai atas, meninggalkan dia yang entah-lah.

000

Saat turun. Aku memberikan sebuah jaket untuk dipakai Tasya. Iya, jaket itu bukan, untukku. Melainkan untuk dia yang hanya memakai kaos ketat, celana jeans dan jilbab instan pendek. 

"Makasih, tapi kita nggak jadi pergi. Ada Andini dan Dwi di ruang tamu." Aku terdiam dan melangkah perlahan.

"Loh, Dira di sini juga?" Pria itu, pria yang telah kucintai.

"Iya. Soalnya aku kangen sama Tasya. Kalian?"

"Oh. Sebenarnya, kami nggak sengaja bertemu di depan. Ya, terus barengan aja deh, masuk." Dia menjelaskan, "gimana tulisanmu? Ada yang tembus?"

Aku meneguk ludah dengan susah payah. Karena, tatapan Andini yang menusuk.

"Belum, sih. Sekarang ya, sambil belajar nulis dan cari inspirasi gitu. Apalagi, semenjak tahu tentang kaskus. Alhamdulillah, lumayan lah, buat isi paket."

"Jualannya gimana?"

"Aduh! Aku lupa mau bantu umi. Hari ini, ada paketan baju pesanan orang yang sampai. Maaf, aku harus pulang dulu." Aku segera berlari ke dalam. Mengambil tas slempangku dan berpamitan pada bunda dan ayah.

"Aku pulang ya, Din? Ca, aku pulang, ya?" Aku menyalami mereka dan cepika-cepiki, seperti biasa. "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Kupacu kendaraan roda dua menuju rumah. Sampai di sana, aku segera berlari ke kamar. Mengurung diri dan menangis. Untung saja, umi sedang membantu salah seorang warga yang hendak mengadakan hajatan.

Selesai menangis, aku mengambil buku dan pena.


Aku Ingin Melupakanmu

Kau adalah bintang yang sulit sirna
Dari pikian dan hatiku
Membuatku sakit dan bahagia

Namun, kini
Rasa sakit mendominasi
Saat kutahu, hatimu
Bukan untuk gadis sepertiku

Kau terlalu silau untuk dilihat
Telalu jauh untuk digapai
Terlalu pedih untuk dirindu

Aku ingin melupakanmu
Menghilangnya hingga ke akar
Bahkan, kuharap, tak lagi bertemu jejak bayangmu

Argamakmur, xx Desember 20xx


Handphone di tas bergetar. "Maaf, Ra." Tasya mengirim sebuah pesan.

"Kamu tidak salah, Ca. Maaf, aku sedang tidak ingin diganggu."

Aku meringkuk di atas kasur. Biarlah hari ini, air mataku mengalir dan beranak sungai. Tanpa suara dan dalam sunyi.



Argamakmur, 1 Desember 2019

Tarian Kata Cinta (1)

Tarian Kata Cinta (3)
Diubah oleh djrahayu 06-12-2019 12:19
Gimi96
NadarNadz
nona212
nona212 dan 21 lainnya memberi reputasi
22
2.5K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.