Entah apa motifnya, Reuni Akbar 212 akan kembali digelar oleh Persaudaraan Alumni (PA) 212. Sebenarnya banyak pihak yang tidak setuju dengan agenda tersebut, sedangkan sebagian lagi mempertanyakan urgensinya.


Yang jelas, agenda Reuni Akbar 212 ini tidak memberikan kontribusi bagi kebhinekaan di Indonesia. Hal ini seperti diutarakan oleh Wakil Ketua Setara Institute, Bonar Tigor Naipospos.

Menurutnya, Reuni Akbar 212 hanya kegiatan eksklusif dari sekelompok umat Islam yang membenci Presiden Jokowi. Bahkan cenderung bersikap diskriminatif terhadap pihak lainnya.

Berkenaan dengan itu, apabila tak mau dihakimi publik dengan tudingan seperti itu, maka sebaiknya PA 212 merangkul juga kelompok yang berbeda dengan dirinya. Hal tersebut penting untuk membuktikan bahwa 212 tidak lagi bersikap eksklusif.

Masyarakat Indonesia pada dasarnya sudah jengah dengan keberadaan PA 212 yang menggelar Reuni Akbar 212 setiap tahunnya. Agenda itu sudah tak ada urgensinya lagi, sekaligus tak jelas juntrungannya.

Apalagi, saat ini kontestasi politik sudah selesai. Dan, tak ada satu pun alasan yang masuk akal bagi mereka untuk menggelar aksi-aksi berjilid lagi.

Lantas, untuk apa lagi Reuni Akbar 212 digelar? Apa kepentingan politiknya? Inilah pertanyaan yang menggelayuti publik.

Jika itu tidak bisa dijawab, maka sebaiknya Reuni 212 tak usah digelar saja. Pihak kepolisian harus bersikap tegas agar tidak memberikan izin acaranya.