shifu356Avatar border
TS
shifu356
Dengar Ahok Pimpin BUMN, Dahlan Iskan: Apakah Ahok Itu Orang Berprestasi?

Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan | ISTIMEWA

AKURAT.CO, Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) [url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=Dahlan+Iskan][color=#f9a01b][b]Dahlan Iskan[/b][/color][/url] ikut angkat bicara terkait wacana pengangkatan Basuki Tjahaja Purnama ([url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=BTP][color=#f9a01b][b]BTP[/b][/color][/url]) alias [url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=Ahok][color=#f9a01b][b]Ahok[/b][/color][/url] di salah satu BUMN.

Tanggapan itu disampaikan Dahlan lewat catatannya berjudul "Prestasi [url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=BTP][color=#f9a01b][b]BTP[/b][/color][/url]" di laman disway.di seperti dikutip Akurat.co, Senin (18/11/2019).

[url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=Dahlan+Iskan][color=#f9a01b][b]Dahlan Iskan[/b][/color][/url] mengawali tulisannya itu dengan menulis "Orang berprestasi cenderung sukses ditempatkan di manapun".

Baca Juga:

[url=https://akuraS E N S O Rnews/id-866189-read-soal-penggusuran-gembong-warsono-bandingkan-anies-baswedan-dengan-ahok][size=3][font=Roboto, sans-serif][color=#ef4623][b]Soal Penggusuran, Gembong Warsono Bandingkan Anies Baswedan Dengan Ahok[/b][/color][/font][/size][/url]

[url=https://akuraS E N S O Rekonomi/id-865829-read-celoteh-rizal-ramli-bongkar-kerja-ahok-selama-pimpin-dki-cuma-modal-makimaki][font=Roboto, sans-serif][color=#ef4623][b]Celoteh Rizal Ramli 'Bongkar' Kerja Ahok Selama Pimpin DKI, Cuma Modal Maki-Maki?[/b][/color][/font][/url]

[url=https://akuraS E N S O Rekonomi/id-865737-read-ketimbang-ahok-dahlan-iskan-sebut-sosok-ini-lebih-layak-jabat-bumn][font=Roboto, sans-serif][color=#ef4623][b]Ketimbang Ahok, Dahlan Iskan Sebut Sosok Ini Lebih Layak Jabat BUMN[/b][/color][/font][/url]

Ia menyebutkan, hal itu yang seringkali dia ucapkan di berbagai forum, termasuk kuliah umum di kampus-kampus. Kesimpulan Dahlan datang dari pengalaman panjang 30 tahun menggeluti dunia manajemen, mulai dari organisasi sosial, pesantren, perusahaan swasta, hingga BUMN. 

Lantas, apakah [url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=Ahok][color=#f9a01b][b]Ahok[/b][/color][/url] termasuk orang yang berprestasi menurut [url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=Dahlan+Iskan][color=#f9a01b][b]Dahlan Iskan[/b][/color][/url]? Simak selengkapnya tulisan [url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=Dahlan+Iskan][color=#f9a01b][b]Dahlan Iskan[/b][/color][/url] sebagai berikut :

Apakah [url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=Ahok][color=#f9a01b][b]Ahok[/b][/color][/url] --ups, maafkan-- apakah [url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=BTP][color=#f9a01b][b]BTP[/b][/color][/url] itu orang berprestasi?

Sehingga akan ditempatkan di salah satu BUMN?

Rencana itu sangat baik. Kalau [url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=BTP][color=#f9a01b][b]BTP[/b][/color][/url] memang dianggap orang yang selama ini berprestasi. Lepas siapapun ia. Apa pun pendidikannya. Di mana pun perjalanan karir sebelumnya. 

Bagaiman kalau ada penilaian [url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=BTP][color=#f9a01b][b]BTP[/b][/color][/url] itu hanya berprestasi dalam membuat kehebohan? 

Terserah yang menilai dan yang diberi nilai. Tapi kalau benar begitu penempatannya di BUMN merupakan sebuah perjudian. Kalau penempatannya di BUMN besar berjudiannya juga besar.

Apakah BUMN sebuah perusahaan yang layak diperjudikan?

Tergantung pemiliknya.

Mungkin saja sang pemilik menilai [url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=BTP][color=#f9a01b][b]BTP[/b][/color][/url] itu orang yang berprestasi.

Perusahaan itu ditentukan sepenuhnya oleh pemegang saham mayoritasnya.

Kenapa sudah heboh padahal itu baru tingkat rencana? Faktanya pun baru dua: [url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=BTP][color=#f9a01b][b]BTP[/b][/color][/url] dipanggil Menteri BUMN Erick Thohir. 

Lalu [url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=BTP][color=#f9a01b][b]BTP[/b][/color][/url] mengatakan --bukan menteri yang mengatakan- bahwa dirinya dipanggil untuk ditempatkan di salah satu BUMN.

Belum ada indikasi di BUMN mana. Besar? Kecil? Yang sudah laba? Yang masih rugi?

Juga belum jelas sebagai apa. Direktur utama? Direktur? Komisaris Utama? Komisaris?

Masih banyak fakta yang harus saya lihat. Untuk bisa berkomentar lebih panjang.

Tapi ada prinsip yang harus dipegang: perusahaan pun perlu ketenangan. Perusahaan tidak bisa maju kalau hebohnya lebih besar dari kerjanya.

Itulah sebabnya saya menulis dengan penuh harap. Sampai beberapa kali. Di DI's Way. Tentang perlunya situasi tenang sekarang ini. Terutama setelah terbentuknya kabinet baru.

Isi tulisan saya adalah "semoga kabinet baru ini penuh ketenangan agar bisa fokus bekerja". Semoga tidak banyak usrek. Agar ekonomi bisa segera mulai bangkit.

Begitu juga di perusahaan: perlu kestabilan. Apalagi perusahaan besar. Yang ibaratnya kapal besar. Yang tidak mudah dibelok-belokkan.

Memang, bisa juga sukses diraih lewat kehebohan. Tapi sukses seperti itu biasanya hanya di permukaan. Dan untuk jangka pendek. 

Mungkin karena itu lahirlah filsafat "benang berhasil ditarik, tepung tidak terhambur". 

Filsafat itu sering juga salah dalam penerapannya: tepungnya memang tidak terhambur tapi benangnya juga tidak tercabut. Banyak perusahaan yang tenang tapi juga tidak maju.

Saya justru tertarik pada sosok lain. Yang sudah nyata-nyata berhasil menarik benang dan menjaga tepung: Arief Yahya.

Ia mantan Menteri Pariwisata. Yang sayang sekali tidak lagi mendapat kursi. Hanya karena ia tidak punya partai.

Selama [url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=Arief+Yahya+][color=#f9a01b][b]Arief Yahya [/b][/color][/url]menjadi menteri tidak terjadi kehebohan di Kementerian Pariwisata. Tapi hasilnya begitu nyata. Semua target tercapai. Bahkan masih sempat meletakkan fondasi.

Banyak pimpinan yang hanya mementingkan sukses jangka pendek. Sesuai dengan masa kerjanya. Atau hanya bisa meletakkan fondasi.

Fondasi seperti itu yang membuat pemimpin berikutnya cepat sukses. Meski ada juga pemimpin baru yang tidak mau pakai fondasi yang disiapkan.

[url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=Arief+Yahya+][color=#f9a01b][b]Arief Yahya [/b][/color][/url]bisa mengerjakan dua-duanya. Sukses dalam meletakkan fondasi juga sukses mencapai target-target. Tanpa heboh-heboh.

Untuk pertama kali dalam sejarah: pariwisata kita menghasilkan US$20 miliar dolar setahun. Tahun 2019 ini.

Itulah prestasi nyata pemerintahan Jokowi periode pertama. Yang jarang diekspos. Kalah dengan heboh-heboh yang lain.

Jenis orang seperti Arief Yahya  itulah yang saya maksud dengan orang yang berprestasi. Di mana pun ia ditempatkan akan seperti itu. Bahkan di bidang yang berbeda sama sekali pun.

Itu pula pertimbangan saya dulu menempatkannya sebagai Dirut Telkom Indonesia.

Orang sejenis [url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=Arief+Yahya+][color=#f9a01b][b]Arief Yahya [/b][/color][/url]hanya bisa tidak sukses untuk jadi caleg atau capres atau cagub dan cawali. Ia tidak populer. Padahal sistem pemilihan kita sekarang mementingkan yang populer --melebihi yang berprestasi.

Kita punya banyak sekali orang seperti [url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=Arief+Yahya+][color=#f9a01b][b]Arief Yahya [/b][/color][/url]itu.

Kalau saja orang jenis itu bisa banyak tampil alangkah cepat majunya Indonesia.

Pun tidak usah semua. Cukup 70 persennya saja. Agar yang populer juga tetap mendapat muara.([url=https://akuraS E N S O Rindeks?tag=Dahlan+Iskan][font=Roboto, sans-serif][color=#f9a01b][b]Dahlan Iskan[/b][/color][/font][/url]).[]


bebas.akses
sialan6
sebelahblog
sebelahblog dan 2 lainnya memberi reputasi
3
3.1K
51
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.