Hi sobat kaskus, semoga setiap hari kita berdo'a di jauhkan dari orang-orang yang berbuat kerusakan entah itu dengan label agama, komunis, nasionalis, maupun liberalis. Semua pihak yang ingin bertindak teror karena tak sepandangan dengan pemerintah jelas makar. Efeknya ya kita ini yang hanya jadi tumbal idiologi yang tak rasional dari mereka, Indonesia bukan negara kemarin sore bentuk teror dari semua idiologi sudah dirasakan nenek moyang kita.

Di thread kali ini kita akan membahas bom bunuh diri terkadang disebut harakah istisyhadiyah (gerakan mati syahid), walah gendeng ini masa bunuh diri kok mati syahid dalilnya hanya perkataan ulama itjihad, tambah error dah entar pemahamannya.



Entah darimana pelaku bom bunuh diri bisa dinamakan mati syahid, mau adu argument sama TS juga boleh kalau bom bunuh diri dinamakan mati syahid, mati sangit ya sudah jelas. Pengikut bom bunuh diri ini melihat timur tengah yang bergejolak dan muncullah banyak aksi bom bunuh diri yang dilakukan untuk menyerang lawan, ulama mereka membolehkan tapi sebenarnya itu bid'ah yang sesat karena bertindak dzalim terhadap diri sendiri dan orang lain karena korban bukan di wilayah peperangan, apalagi banyak korban sipil yang dilindungi Rasull dengan tata cara perang yang rasull tanamkan pada para sahabat.

Maka tak heran Rasull tak menyuruh umar untuk maju sendirian ke wilayah musuh, dengan asumsi wilayah musuh akan rusak dan pastinya Umar juga akan binasa bila itu ia lakukan alias bunuh diri kenapa? Padahal sekelas Umar tentu saja bisa melawan pasukan arab quraish karena ia lebih paham dengan para pemimpin arab di tempat itu. Tapi nyatanya tidak, karena Islam tetap menghormati pemimpin arab, bisa dibilang pemimpin negara.



Lalu yang dimaksud harakah istisyhadiyah (gerakan mati syahid) itu yang mana? Ketika kalian berperang melawan orang yang ingin menguasai daerahnya, keyakinannya seperti di Surabaya terjadi peperangan besar di tanggal 10 November teriakan takbir bergema, dan mereka yang maju ke medan perang itulah para pejuang yang mencari mati syahid.

Sama akan halnya tentara Jepang yang terdoktrin dengan 'Kamikaze' mereka akan melawan hingga tetes darah terakhir, begitu juga dengan harakah istisyhadiyah. Tapi sekarang bukan di wilayah perang, lalu bom bunuh diri ikut-ikutan timur tengah yang sebenarnya mereka bukan perang agama tapi perang saudara dan wilayah kekuasaan. Kan jadi mati konyol namanya!

Hal ini dipertegas dengan keadaan mereka yang radikal seakan-akan Islam hanya miliknya, maka tak heran mereka itu bergerak atas nama Islam tujuannya simple hanya ingin menggulingkan singgasana dari para penguasa dan para pemimpin yang mereka anggap tidak berbuat adil. Terlihat jelas secara lahir mereka bergerak untuk Islam memakai simbol Islami, tapi secara batin sebenarnya mereka ini sangat haus dengan kekuasaan, siapa yang haus kekuasaan ya pemimpin mereka yang ingin mendirikan negara baru namun secara lahiriahnya tak mungkin.



Kaum seperti ini bukan ada baru-baru ini tapi sudah ada sejak zaman Usman bin Affan terbunuh, dilanjut Ali dan Husain. Hingga Muawiyah berkuasa maka terlihat penggantian pemimpin setelahnya pasti berawal dari pemberontakan, dinasti ummayah berganti Abbasiyah tidak diberikan secara cuma-cuma tapi dengan skenario politik yang berdarah begitu juga dengan hancurnya Abbasiyah pun sama kelompok suku-suku ingin merdeka hingga lahirlah dinasti Ustmaniyah dari Turki, banyaknya pemberontakan yang terjadi membuat dua dinasti besar Islam pun tersungkur, sedangkan lengsernya dinasti Ustmaniyah ada kerjasama antara Inggris dan Saudi maka jangan heran bila Arab Saudi dekat dengan US dan Inggris. Hal ini sudah terjadi sejak zaman Ibrahim Pasha melawan Emirat Diriyah atau Negara Saudi kala itu merekapun kalah perang melawan ustmaniyah di tahun 1811-1818, hingga akhirnya Negara Saudi sukses seperti saat ini berkat campur tangan Inggris. Tanpa Inggris tak akan ada negara Saudi.



Mirip dengan orde lama berganti orde baru, lalu masuk orde reformasi dan kini pun sengaja di goyang lagi karena tak sepaham, permainan politik itu memang licik seperti memegang belut di dalam air tak tahu di mana kepala dan buntut bahkan susah di tebak kemana arahnya ia berkelit.

Jadi pemberontakan itu hanyalah untuk sebuah kekuasaan, dan mereka yang sebagai martir adalah konyol di peralat oleh pemimpin yang ingin berkuasa. Makanya otak digunakan untuk berfikir taklid itu hanya kepada kitab suci bukan kepada ulama, bahkan hadist saja jumlahnya jutaan bila kita mempelajari hadist dan ada hadist yang tak sesuai konteks Qur'an maka tinggalkan loh kenapa? Tidak semua hadist shahih, bahkan hadist tidak di tulis oleh Sahabat manapun selama rasull masih hidup karena rasull sendiri yang melarang, sesudah wafat pun jaraknya jauh hingga puluhan tahun hadistpun baru ditulis.

Hafalan sahabat tentang hadist tak seperti Qur'an, mereka yang melihat sosok rasull pun tak pernah menulis hanya membicarakan melalui mulut ke mulut. Ingat kata-kata mulut bisa berkurang atau berlebihan. Terlebih kata-kata sahabat ketika ditanya soal hadist umurnya sudah senja ingatannya tak sekuat ketika masih muda, jadi tak ada standart baku dalam mempelajari hadist. Simplenya di sesuaikan saja dengan konteks Qur'an, karena hadist saja banyak yang palsu apalagi itjihad ulama yang menyalahi Qur'an ya wajib di tinggalkan. Karena hadist berbeda dengan Qur'an yang ditulis dan dihafal oleh banyak orang.



Contoh simple,

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allâh adalah Maha Penyayang kepadamu. [An-Nisa’/4:29]

Lalu ada perkataan ulama boleh bom bunuh diri, dan itu termasuk syahid? Suruh saja ulama tersebut yang bunuh diri duluan, dan bertemu dengan bidadari lebih dulu. Selama ini yang koar-koar bom syahid, bahkan dengan suara lantang tak pernah melakukan aksi, bahkan ulama-ulama model begini kok ga mau mati duluan malah asik di singgasana. Mbok ya pinter dikit otak di pake, sayang Tuhan menciptakan akal tapi kita tak pernah asah dan digunakan. Jangan mau dibodohi orang pakai.... silent...

Salam hangat lur, gw c4punk see u next thread.