newbie2895Avatar border
TS
newbie2895
[CATPER] PENDAKIAN SALAK 1-3-5-4-6
Berawal dari ajakan teman saya mendaki salak, sebut saja namanya Bang Ndo sebagai leader. Wah asik nih. Tapi tiba2 saya ragu untuk ikut, saat itu saya masih dari recovery dari sakit perut + ini pendakian tektok. Saya khawatir akan tidak kuat tektok karena memang fisik saya tidak sekuat yang lain (kilas balik dari pendakian sebelumnya).

“Bang Ndo, saya ikut mendaki, kalau masih sakit, nanti saya kabari H-1”.
“Oke”, jawabnya

Kucek peralatan mendaki gunung, kusadari sepatu gunung kesayanganku rusak emoticon-Belo. Padahal dengan sepatu tersebut, saya sudah bersama nya selama 4 tahun.



Akhirnya saya browsing merek sejenis di Inet. Oh iya, itu kan dulu belinya di pinggir jalan. Bukan sepatu merek terkenal semacam Eiger, HiTec, Outdoor Pro, AREI, SNTA, dsb. Akhirnya saya keliling2 mencari sepatu. Saya pribadi senang sepatu yang Ringan, sol nya nge-grip, tipe mid cut (melindungi mata kaki), dan tentunya awet+nyaman. Bagi saya masalah waterproof pun belakangan. Akhirnya kujatuhkan pilihan pada sepatu Outdoor Pro seri Krypton. Bismillah, semoga Awet dan Nyaman.

Jumat, 8 November pun tiba. Alhamdulillah sehat. Galau nih. Bawa tas gunung atau ransel ya... Setelah merenung dan berpikir panjang... Bismillah...  Saya memutuskan pakai ransel aja. Isinya pakaian ganti+jaket+SB mini+jaket celana hujan+nesting kotak+kompor portabel+cemilan+air 3 liter.

“Wah kok berat ya?”, gumamku yang udah lama gak olahraga ini.

Setelah packing siap di malam sebelumnya, saya pun melihat berita.

“Gunung Salak kebakaran”

“Wah batal deh”, gumamku. Hiks sedih. Ini adalah pembatalan ketiga dari saya ke gunung salak.

“Wah lebay tuh ilustrasi berita nya”, celetuk bang Ndo, leader pendakian kami. “Itu kebakaran di lahan warga yang sangat jauh dari lokasi pendakian. Kebakarannya pun tidak sebesar ilustrasi berita”. Oke saya percaya leader saja. Berangkaat.

Jam 21.00, akhirnya saya menaiki KRL manggarai – Stasiun Bogor. Sampai disana jam 22.00. Leyeh-leyeh di pinggiran stasiun. Akhirnya full team kami berisi total 10 orang. 7 laki dan 3 perempuan. Ternyata oh ternyata, memang semua pada pakai ransel doang. Bahkan ada yang ranselnya lebih kecil dari punya saya. Saya pun tidak menyesal membawa ransel.

“Besok pagi gak ada warung yang buka, jadinya beli sarapan sekarang yang tahan sampai besok pagi”, titah leader.

Wuz, saya pun bersyukur dapat membeli nasi + ayam krispi di jam 22.30. Ini makanan favorit saya.

Leader kami telah memesan carter angkot. PP bayar 500rb. Berhubung ada 10 org, jadinya bayar 50rb/org untuk pulang pergi.

Jam 23.00-01.00 adalah perjalanan menuju villa abah di dekat basecamp cimelati. Kami pun tidur di bekas garasi nya (ngemper). Tapi sepertinya penjaganya lagi badmood. Emosian banget masa WC aja gak diizinin masuk. Semoga ke depannya nemu alternatif tempat yang lebih baik.

01.00-04.30 kamipun tertidur pulas.



04.30-05.00 bangun, tidak lupa kami sholat subuh, dan saya pun melahap nasi+ayam krispi hehe. Semoga jadi cadangan energy yang banyak selama mendaki.

05.00 kamipun memulai mendaki setelah briefing dan berdoa. Tap tap tap, loh loh kok saya udah ngos ngosan. Saya pun meminta izin agar jalan di depan (posisi kedua).



Lambat kok malah di depan? Ya iya dong. Kalo lambat tapi dibelakang, ntar saya makin ketinggalan jauh di belakang…

Sweeper pendakian kali ini adalah Mas Togi. Bagi saya, sosok terkuat di dalam suatu pendakian adalah sweeper. Bayangkan, kamu harus memastikan menyapu bersih agar tidak ada pendaki lain yang dibelakangmu. Ketika ada apa-apa dibarisan belakang, sweeper lah harus paling sigap.

05.00-08.00 kami pun sampai di pos 3. Tidak lupa kami mengisi air botol. Sepanjang perjalanan, saya melihat beberapa percabangan. Bersyukur leader kami hafal jalan dan menuntun kami ke jalan yang benar.



“Isi seberapa banyak ya?”, Tanya temanku

“Yaaa tergantung kamu suka minum atau tidak”, jawab leader.

Oke saya merasa seperti unta yang suka minum. Akhirnya bawa air 2,5 liter saja. Ini merupakan mata air terakhir.

08.00 kami melanjutkan perjalanan ke puncak manik. Wah trek semakin menjadi-jadi. Trek yang gak hujan aja udah licin, apalagi kalo hujan yah. Bisa jadi bakalan seperti air terjun nih. Tiba-tiba:

JEDUK, oowwh, lutut kaki ku terantuk ujung ranting yang agak tajam. Sekarang bukan jantung saja yang berdetak, lutut ku ikutan berdetak.

“Sebentar, istirahat sebentar, kakiku sakit”. Bersyukur cidera nya tidak terlalu parah. Memang sakit tapi masih dapat ditahan, pendakiannya berlanjut.

Pendakian di lanjutkan sambil menahan rasa sakit, aku pun sempat disalip cewek rekan pendakianku. Gila pikirku, nih cewek-cewek kok lebih strong dari saya. Usut punya usut, ternyata ceweknya ada yang pernah mendaki Puncak Sejati Raung. emoticon-GenitSalah 1 gunung terekstrim di Indonesia.



Alhamdulillah. Jam 11 pun kami sampai di puncak manik. Saya lapar tentunya wkwk. Kalori dari nasi + ayam krispi sepertinya sudah habis.

Saya pun sempat ngemil. Waah ternyata ada yang bawa rendang. Bahagia banget bisa makan rendang di gunung + dikasih sedikit nasi. Kado terindah bagi saya ketika sudah sampai puncak dan bercengkerama ria + cuaca cerah sekali. Pakaian ku yang bahas keringatpun saya jemur agar kering.

Saat makan, kulirik makanan di samping.

“KFC”. Aku pun cukup kaget. Ketika melihat KFC dicampur bumbu rendang. Maasyaa Allah. Nikmat yang tidak akan terlupakan.



“KFC ini dibeli tadi malam di seberang stasiun bogor”. Kata temanku. Wah ternyata tahan yaa dan tidak basi.

Setelah makan, terlihat rombongan pendaki dari komunitas Trashbag Community. Mereka sedang bersih-bersih gunung. Akhirnya kami ikutan membersihkan sampah di puncak manik termasuk sampah pendaki lain. Sedih yaa.. Semakin ramai suatu gunung, maka semakin kotor gunung tersebut.

Gunung bukan tempat sampah!

Hakikatnya, yang disebut pencinta alam itu adalah pendaki yang merawat alam, bukan sebaliknya. Tujuan saya mendaki salah satunya untuk men-tadabburi ciptaan-Nya. Maha Besar Allah dalam segala ciptaan-Nya

Tidak lupa ritual pendaki ketika di puncak. Yah betul, kami foto-foto di plang puncak tertinggi hehe. Puas foto-foto di puncak, akhirnya kami melanjutkan ke puncak 3.



Baru 15 menit menuju trek ke puncak 3, kesanku:

Perawan banget jalurnya, ini mah bukan jalur pendakian, jalurnya ketutupan dedaunan yang gugur sehingga mengecoh jalur pendakian. Banyak lumut juga di bebatuan sehingga potensi kepeleset lebih besar.



Trek menuju puncak 3 ternyata… Terjal. Trek nya Naik turun. Naik turun. Naik turun.





Oke saya kembali mencicil kisah cinta eh kisah pendakian ini.

Trek menuju puncak 3 bermula dari puncak manik. Didekat makam, ada jalur tersembunyi yang harus merunduk agar tersingkap jalur yang semestinya.

Sepertinya yang dijelaskan sebelumnya trek nya naik turun naik turun. Jalurnya rapat membuat saya menjaga jarak agar tidak terpencar-pencar.

Pada suatu tempat yang agak lapang, saya pun istirahat. Tiba-tiba leader celetuk

"Nah ini puncak 3".

"Ah masa?, mana plang nya?", protes saya

"Iya plangnya hilang", katanya sambil menunjuk pohon yang menurutnya dahulu sempat dipasang plang.

"Ini loh bukti lubangnya. Disini dulu ada paku tempat nancapin plangnya", dia berusaha meyakinkan.

"Okelah saya yakin", gumam saya.

Disini saya sholat zuhur+ashar karena saya sudah dihitung musafir.

Kami lanjutkan perjalanan ke Puncak 5

Trek masih sama. Naik Turun, Banyak dedaunan yang nutupin jalur, jalur rapat vegetasi. Terjal. Cuma ada satu pembeda. Disini ada jurang.disisi kiri. Saya harus melipir agak kekanan supaya jikalau kepleset, jatuhnya ke arah kanan.

Terlihat jelas ada longsoran di suatu puncak salak dibalik jurang. Hanya saja saya tidak tahu. Apakah itu Puncak 1 ataukah Puncak 2?. Bahkan ada yang mengatakan longsoran itu merupakan bekas tabrakan sukhoi. Wallahu a'lam. Saya tidak tahu.



Akhirnya sejam lebih, kami sampai di Puncak 5. Disini lagi-lagi tidak ada plang. Saya yakin ini puncak setelah diinfokan oleh leader kami. Kesempatan ini saya gunakan untuk tidur siang. Cuaca mulai berawan. Kabut mulai ada namun sangat sedikit.

Perjalanan dari Puncak 5 ke Puncak 4, saya menemukan tantangan baru. Apa itu? Yaaa tanaman Paku. Saya pribadi sering memegang tanaman sekitar untuk membantu selama mendaki/menurun. Kali ini semakin sulit karena khawatir salah pegang. Benar saja. Tangan saya pun sedikit baret akibat terkena duri.

"Wah kaki ku sakit kena duri dan lenganku kena duri. Tapi untung kulitku hitam, gak keliatan luka bekas baretannya", celetuk temanku.

Oke.. Saatnya melanjutkan cerita yang terhenti kemarin. Ini akan diusahakan update ceritanya setiap hari hingga selesai. Stay tune emoticon-Smilie

"Bro, nanti kalo ada percabangan, pilih kiri, soalnya kalo ke kanan ntar ke curug", celetuk leader.

"Luar biasa bisa hafal sampai sedetil itu", gumamku

Perjalananpun sampai di Puncak 4. Di Puncak 4 terdapat sebuah dinding yang roboh. Sungguh aku salut siapa yang pernah bikin dinding tersebut. Katanya sih, dulu itu bekas bangunan Belanda. Wallahu a'lam, saya tidak tahu. Oh ya, disini juga nggak ada plang Puncak. Leader kami terheran-heran kenapa semua plang Puncak kok menghilang.

Perjalanan pun lanjut ke Puncak 6. Kami membawa webbing untuk berjaga-jaga bilamana ada turunan terjal shingga bisa dijadikan pegangan bilamana ada turunan terjal.

"Nanti kalo ada turunan terjal menjelang Puncak 6 (Puncak Mossa), dipasang ya webbing nya", tukas leader

Saya nggak tahu sudah berapa banyak turunan yang saya lalui. Setiap ada turunan terjal, saya selalu mengesot atau turun dengan berbalik badan sembari memegang ranting tanaman sekitar. Eh Tetiba saja sudah sampai Puncak 6 pada jam 16.30.

"Oh iya bener, turunan terakhir tadi yang saya maksud untuk dipasang webbing", sahut leader. Waduh ternyata dia lupa dimana turunan yang dimaksud.

Di puncak 6, tidak terdapat plang namun ada tugu yang berisi memoriam pendaki yang wafat. Tugu ini sudah di cor sehingga tidak bisa dibongkar. Leader kami pun berkisah sedikit tentang wafatnya pendaki tersebut (versi cerita sepengetahuannya).



Puas mendengar cerita, jam 17.00 pun kami melanjutkan perjalanan. Ada 2 percabangan disini. yang lurus menuju desa Sukamantri, yang serong kanan akan ke desa Tajur Halang. Tujuan kami adalah Tajur Halang.. Perjalanan turun lebih jelas ketimbang jalur sebelumnya. Banyak tanaman rotan-rotan disekitar jalur pendakian. Hari sudah gelap, kamipun memakai headlamp untuk turun.

Jam 18.00, kami sampai di perbatasan antara pintu rimba dengan kebun warga. Wah saya kehabisan air. Saya seperti unta mulai kehausan. Tiba-tiba kami menemukan rombongan pendaki mau naik. Sepertinya mereka mahasiswa yang ingin camping. Rupanya tujuan mereka hanya sampai puncak 6 saja. Tiba-tiba mereka mengajak mengambil air. Waah akhirnya.

"Eh disini ada sumber air??, tuh kamu ikut mereka buat ambil air", kata leader penasaran sambil meminta tolong saya untuk ambilkan air

Saya pun mengikuti mahasiswa tersebut untuk mengambil air pada sumber air. Tidak disangka ternyata ada rumah warga didekat sana, mereka minta izin minta air minum pada warga tersebut. Adududuh saya kira beneran ada mata air pegunungan. Pasca mengambil air, tidak lupa kami salaman dan pamit pada warga tersebut.

Perjalanan turun dibagi menjadi 2 grup. 3 Orang termasuk saya dimintai duluan ke bawah supaya bisa dapat sinyal untuk komunikasi dengan supir angkot sebelumnya. Tujuan kami adalah rumah Mang Aliy. 5 orang lagi menunggu 2 org yang jalannya paling belakang.

Trek turun ini agak menyesatkan karena sudah masuk lahan warga. Tidak jelas mana jalur pendakian dan mana jalur bertani milik warga. Treknya pun berupa susunan batu makadam. Persis seperti jalur Gede via Cibodas. Diantara 3 orang tersebut, saya yang paling lelet. Hiks emoticon-Frown

Saya pun tidak tahu siapa dan dimana rumah Mang Aliy. Sayangnya malam itu tidak ada orang sama sekali. Drap drap drap.. Saya merasa ragu dengan jalan yang telah ditempuh. Akhirnya saya menemukan bayang-bayang bangunan dari kejauhan.

"Mari kita tanyakan orang di bangunan itu dimana lokasi rumah mang aliy", bisik saya yang ngos ngosan ke rekan yang lain.

Eh ternyata eh ternyata

KANDANG SAPI.

Akhirnya balik kanan, Gerak!.

Saya pun melihat google maps ciptra satelit. Terlihat ada bangunan lain di HP. Oke ini bisa jadi rumah mang aliy. Kami pun bergegas kesana. Benar saja itu rumah Mang Aliy. Saat itu pukul 19.15. Berarti total 14 jam 15 menit pendakian saya. Langsung saja saya melepaskan semua isi perut, ganti baju, cuci muka, sholat. Tidak lupa plastik sampah dari puncak manik juga saya taruh ke tempat sampah.

FYI desa Tajur Halang ini dekat dengan villa botani. Coba aja search di google biar tau ancer2 kesana.

Pukul 20.45, semua rekan kami sudah sampai di Mang Aliy. Kamipun bersih-bersih dan pada pukul 21.15, angkot kami pun mengantar ke stasiun Bogor. Jam 22.30, kami sudah di dalam kereta. Pas sekali, ternyata kereta yang kami naiki merupakan kereta terakhir.



Alhamdulillah, pendakian kali ini berjalan dengan lancar dan selamat tanpa kekurangan. Saya pun sampai pada tempat tinggal saya pada jam 01.00 dini hari (Minggu, 10 November, 2019).

Terima kasih kepada semua pihak yang mendukung pendakian ini. Semoga kami bisa mendaki bersama dilain waktu dengan keadaan yang jauh lebih baik.



[THE END]
Diubah oleh newbie2895 17-11-2019 01:32
not.a.member.
rajin.meremas
Darpox
Darpox dan 18 lainnya memberi reputasi
17
5.5K
38
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Catatan Perjalanan OANC
Catatan Perjalanan OANC
icon
1.9KThread1.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.