Mungkin menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah impian bagi sebagian besar angkatan kerja. Setiap tahun, ribuan orang mendaftar untuk menjadi pegawai "plat merah" namun hanya sebagian kecil yang diterima lantaran proses seleksi yang sedemikian ketat. Dari fresh graduate yang masih unyu-unyu sampai para profesional muda yang masih terikat kontrak dengan perusahaan lama ikut berkompetisi merebutkan kursi empuk di kantor pemerintahan.

Berprofesi sebagai PNS memang mempunyai keunggulan tersendiri dibanding pekerjaan yang lain. Image ini yang terlanjur terbentuk dalam masyarakat terhadap PNS sehingga menjadi nilai tambah yang belum tentu ditemukan pada jenis pekerjaan yang lain. 

Yap, saya bilang terlanjur terbentuk dalam masyarakat karena image ini sudah lama muncul bahkan pada generasi bapak ibu dan kakek nenek kita dulu. Orang tua jaman dulu akan sangat bangga bila anaknya menjadi orang yang sukses, sementara salah satu tolak ukur kesuksesan seseorang adalah melalui profesinya. Dan salah satu profesi yang menjadi "lambang" kesuksesan seseorang adalah menjadi pegawai negeri sipil. 

Betapa tidak, dengan menjadi pegawai pemerintahan berbagai tunjangan siap menghujani saldo rekening kita. Belum lagi masa tua yang lebih sejahtera karena ada dana pensiun sepanjang masa. Kemudahan untuk berhutang di bank juga menjadi alasannya walau cuma bermodal SK PNS. Terakhir sebagai bonus, mempunyai kesempatan besar untuk memenangkan hati calon pasangan. 

Masuk pada generasi sekarang, sepertinya image tersebut masih tertanam pada sebagian keluarga, meskipun tidak sekental dari generasi sebelumnya . Terbukti dari semakin banyaknya para angkatan kerja usia produktif yang mendaftar tes CPNS. Melihat fenomena seperti itu, pemerintah pun sempat menanggapi membludaknya peserta tes CPNS. 

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga mengajak kepada masyarakat agar tidak lagi memiliki cita-cita menjadi PNS. Lebih lanjut Pak Menteri menjelaskan bahwa kesempatan menjadi PNS semakin terbatas, bukan berarti tidak boleh menjadi pegawai pemerintah . Dalam kesempatan itu juga beliau juga mengajak masyarakat memilih profesi menjadi wirausaha karena pemerintah sudah memberikan dua kemudahan. Kemudahan tersebut antara lain menurunkan bunga pinjaman KUR sebesar 7% (sebelumnya 22%) serta tarif pajak penghasilan UKM sebesar 0,5%. 

Yang menarik bagi saya pribadi adalah bagaimana generasi setelah kita menanggapi image profesi PNS . Dalam hal ini, pendidikan dalam keluarga adalah koentji. Bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak dan mendukung cita-cita anaknya semasa kecil. Sekali lagi, ini menjadi hal yang menarik mengingat teman-teman seumuran saya sebagian sudah berumah tangga dan memiliki buah hati. Serta semakin mudahnya akses pendidikan parenting dimana dalam parenting pengembangan potensi sesuai minat dan bakat anak adalah hal yang utama. Orang tua diharamkan memaksakan kehendak kepada anak termasuk dalam memilih sebuah profesi. 

Melalui tulisan ini sebenarnya saya berharap para generasi mendatang bisa mengalahkan "kegarangan" profesi PNS dalam kelompok sosial. Membalikkan stigma-stigma sosial terkait sebuah profesi dengan menumbuhkan kebanggan bagi keluarga. Sehingga suatu saat, yang saya dengar adalah perkataan bangga orang tua terhadap anaknya bahwa anaknya telah sukses membangun perusahaan startup sendiri, atau bangga anaknya menjadi atlet esport dan bergabung dengan tim esport profesional, atau mungkin bangga anaknya dapat merancang prototype motor nasional. 

Menjadi seorang PNS tentu saja bukan profesi yang buruk, lagian siapa yang bisa menolak berbagai benefitnya. Hanya saja saya membayangkan apa jadinya jika orang-orang seperti Nadiem Makarim, William Tanuwijaya, Achmad Zaky, Iman Usman, dan Adamas Belva Devara memutuskan untuk menjadi PNS. Apakah kondisinya akan sama seperti sekarang?? 

Silahkan guyur saya dengan cendol ijo seger, rate, dan share thread ini agar teman-teman yang lain dapat menikmati. Tolong beritahu saya jika ada bagian-bagian yang salah dengan cara yang baik, tentunya. 

SALAM