ZenMan1Avatar border
TS
ZenMan1
Ritel Loyo, Daya Beli Masyarakat Lesu & Ekonomi Melemah


Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan ritel dalam negeri terus mengalami perlambatan. Rilis data survei penjualan eceran Bank Indonesia (BI) bulan September tumbuh terendah sejak Juli.

Penjualan ritel bulan September tumbuh 0,7% year on year (YoY). Laju ini melambat dibanding bulan sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 1,1%. Pertumbuhan ini merupakan yang terlambat sejak Juli dan meleset dari perkiraan BI sebelumnya yang memprediksi penjualan naik 2,1% pada September.

Secara kuartalan penjualan ritel tanah air juga mengalami penurunan. BI menyebut penjualan ritel kuartal III-2019 tumbuh 1,4% YoY jauh melambat dibanding kuartal sebelumnya yang mampu tumbuh 4,2%. Kalau dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu pertumbuhannya turun lebih dalam karena penjualan eceran tumbuh mencapai 4,6% pada kuartal III-2018.

Lantas apakah ini menjadi tanda bahwa daya beli masyarakat menurun? Mari tengok data inflasi yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Inflasi pada kuartal III-2019 tercatat naik 0,16%. Namun angka tersebut merupakan tingkat inflasi terendah kedua di era Jokowi sejak kuartal III-2018 yang hanya tumbuh minimalis 0,05%.

Kalau dicermati, rendahnya inflasi di kuartal III-2019 diakibatkan oleh terjadinya deflasi yang mencapai 0,27% pada bulan September dan merupakan deflasi terdalam pada kuartal III setidaknya dalam lima tahun terakhir. Padahal pada Juli dan Agustus terjadi inflasi masing-masing sebesar 0,31% dan 0,12% secara bulanan.

Pada September 2019, terjadinya deflasi disumbang oleh penurunan harga bahan makanan yang merosot hingga 1,97% secara bulanan. Sementara itu pos-pos pembentuk inflasi lainnya mencatatkan kenaikan.



Jadi Melemah Nih Daya Beli Masyarakat Indonesia?
Untuk melihat apakah daya beli masyarakat melemah atau tidak mari tengok pos inflasi inti. Inflasi inti merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga barang dan jasa yang cenderung kecil fluktuasinya.

Dalam perhitungan inflasi inti, barang dan jasa yang fluktuasi harganya cenderung tinggi seperti bahan makanan serta barang dan jasa yang harganya diatur oleh pemerintah tidak diikutsertakan.

Inflasi inti sebenarnya terus mengalami kenaikan. Namun tak bisa dipungkiri bahwa daya beli masyarakat tanah air tumbuh melambat dan tidak sekuat dulu.

Senada dengan inflasi inti, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesai bulan September turun menjadi 121,8. IKK terus mengalami penurunan sejak Juni.

Walau masih di atas angka 100 yang menunjukkan konsumen masih optimis, namun kalau ini terus terjadi maka tentu optimisme akan tergerus dan jadi pesimis. Ketika konsumen pesimis terhadap perekonomian saat ini dan masa depan, maka mereka cenderung akan membatasi konsumsi mereka.

Berdasarkan rilis data BPS terakhir, pada bulan Oktober terjadi inflasi sebesar 0,02%. Pada pos bahan makanan masih terjadi deflasi namun tidak sedalam pada bulan September.



BI memprediksikan bahwa penjualan eceran pada Oktober akan naik dengan pertumbuhan mencapai 2,9% YoY. Peningkatan akan ditopang oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan pertumbuhan 4,4% serta kelompok peralatan informasi dan komunikasi yang tumbuh 0,5%.

Namun ketika melihat IKK yang terus turun tak menutup kemungkinan bahwa pertumbuhan penjualan ritel tidak akan naik terlalu tinggi atau bahkan malah semakin tertekan. Terakhir BI merilis bahwa angka IKK bulan Oktober kembali turun ke level 118,4.

sumur

https://www.cnbcindonesia.com/news/2...nomi-melemah/1
Richy211
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.9K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.8KThread40.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.